44.

15 3 0
                                    

Bram masuk ke kamarnya,dia melihat istrinya masih sandaran di ranjang sambil membaca buku. Bram membuka kaos yang dikenakannya,lalu mendekati istrinya. Membawa Dita kepelukannya,lalu mengecup kepala Dita. Dita meletakkan buku yang dibacanya,kemudian memeluk erat Bram.
" kenapa Mas?"
Bram menghela napas.
" belum ketemu?"
Bram menggeleng.
" sayang... Bisa gak kamu biasa aja,jangan terlalu sayang sama dia"
" kenapa?"
" aku gak mau kamu sedih nantinya"
" Mas...kalau aku gak keguguran pasti sekarang kita lagi nimang nimang anak kita" kata Dita sedih
Bram mengusap punggung istrinya.
" maaf...itu semua salahku"
" Mas... Kalau sampai 1 minggu ini dia gak ketemu juga keluarganya, kita adopsi ya"
" adopsi?"
" iya... Kita angkat anak... Supaya aku gak bete"
" kan kita juga lagi berusaha kan?"
" iya..  Siapa tahu kita ngurusin dia,trus kita punya anak lagi"
" kita lihat nanti ya"
Dita mengangguk. Bram mengecup kepala Dita dan tangannya bergerilya di punggung polos Dita menurunkan gaun tidur Dita yang sedari tadi sudah cukup menggoda Bram.

Bram mengecup bibir Dita,Dita membalasnya dengan melumat bibir Bram. Dengan penuh gairah Bram membalas lumatan istrinya. Kemudian menyusuri leher Dita dan semakin menurun sampai tiba di dada Dita,Bram tengah mengulum puting Dita. Terdengar ketukan pintu dan Bram tahu pelakunya.
Dia sangat kesal,Dita mendorong Bram kemudian membenahi gaunnya. Dan bangkit dari ranjang menuju pintu. Dita tersenyum setelah membuka pintu.
" kenapa sayang?"
" Rai.. Takut... Mau bobo sama Mama"
"Bobo sama Mama?"
"No..kamu tidur dikamar sebelah saja" terdengar suara Bram yang berjalan menuju pintu
Rai menatap Bram,dengan tatapan memelas.
" kamu tidur di kamar sebelah saja"
" please ...ayah... "
" no..." kata Bram kesal
Dita malah meraihnya dan menggendongnya. Bram menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dita mengajak Rai tidur di ranjangnya. Mau tidak mau Bram ikut menyusul.

" Mama... Nyanyi ..."
" Nyanyi apa sayang?"
" pelangi"
" cepet tidur... Berisik"
" ayah... Panas ya...kok gak pake baju"
Bram melihat tubuhnya,lalu mengambil kaosnya yang dia lempar di lantai. Dita terkekeh.
" ayah..."
" stop... Im not your daddy... Stop call me ayah" Bentak Bram
Rai langsung memeluk Dita dan terisak.
" Mas...kamu ini..."
Dita menenangkan Raiden. Tak lama kemudian terdengar hembusan napas teratur Raiden. Menandakan anak itu sudah tertidur pulas.
" sini...aku pindahin ke kamarnya"
" jangan mas...biar aja dia tidur disini"
" sayang... Ayolah... Kita punya urusan yang belum kita selesaikan" ujar Bram
" aku...ngantuk mas" ujar Dita memejamkan mata
" hei... Gak boleh nolak suami"
Dita tetap memejamkan matanya. Bram mengerling jahat. Dia bangkit dari ranjang dan beralih ke sisi Dita kemudian mengangkat tubuh Dita ala brydal style. Dita memekik.
" kita yang ke kamar sebelah... Ok" ujar Bram
Bram membopong Dita ke kamar sebelah. Setelah menidurkan Dita,Bram mengunci pintu kamar. Dan mereka melanjutkan aktivitas mereka yang terhenti karena Raiden.

****
Keesokan paginya,pintu kamar diketuk dan terdengar suara Raiden. Dita menggeliat,Bram masih memeluknya posesif.
" biarin aja... Bi Mirah biar urusin dia" ujar Bram menarik Dita lebih erat
" Mas..."
Tangan Bram malah bergerilya di dalam selimut. Membuat Dita memekik. Mereka masih sama sama polos dibalik selimut. Bram menciumi ceruk leher Dita,turun ke pundak kemudian dada membuat Dita kegelian.
" Mas...bangun yuk"
Bram tersenyum sambil menggeleng.
" aku mau lagi..."
" ya ampun... Masih kurang apa?"
" akan selalu kurang sayang" ujar Bram nakal
Bram melumat bibir Dita. Mereka melakukan lagi aktivitas panas mereka,tanpa terganggu apapun. Setelah Bram puas,mereka keluar kamar dan masuk ke kamar mereka untuk mandi. Mereka mandi bersama. Selesai mandi, Dita membantu Bram bersiap ke kantor.
" sayang... Hari ini kamu mau kemana?"
" rencana mau ketemu bu Niken Mas"
" jam?"
" 9 an  Mas"
" ok... Diantar supir ya"
" aku bawa Rai ya"
" terserah kamu"
" Mas...jangan galak galak sama Rai"
" aku galak... Aku kesel dia rebut kamu dari aku"
" lhoh...nanti kalau punya anak gimana?"
" ya...beda lagi sayang"
Dita tersenyum. Bram semakin hari semakin gemas. Bram tiba tiba melumat bibir Dita. Terdengar ketukan pintu kamar dan suara Rai memanggil Dita.

" Mama...ayah"
Bram menahan Dita yang hendak membuka pintu. Bram semakin menekan tengkuk Dita. Hingga terdengar suara Bi Mirah mengajak Rai pergi. Bram menyeringai. Dita menyudahi dengan menggigit lidah Bram. Bram kesakitan.
"Aw.. Sayang..."
Dita terkekeh.
" udah ayo... Nanti kamu telat"
Bram menarik Dita ke dalam pelukannya. Lalu mengecup pucuk kepala Dita.
" janji ya... Selalu disamping aku,jangan tinggalin aku, apapun yang terjadi,bertahan ya"
Dita mendongakkan kepalanya. Kemudian mengangguk sambil tersenyum.
" dont afraid my husband"
Kemudian Dita mencium pipi Bram kanan dan kiri lalu mengecup sekilas bibir Bram.
Mereka lalu keluar kamar berjalan ke ruang makan. Disana sudah ada Rai dengan wajah kesalnya. Bram melihat ekspresi anak kecil ini,gemas. Namun dia gengsi.
" Rai sudah makan sayang?"
" sudah Mama"
" ok.. Selesai makan kita pergi ya"
" kemana?"
" ehm... Kita beli pakaian buat Rai"
" horee"
Raiden sangat senang.
" makasih Mama"
" makasihnya sama ayah"
Rai menatap Bram. Kemudian dia turun dari kursinya. Dia berdiri di samping Bram kemudian sedikit membungkukkan tubuhnya.
" Gamsahamnida appa" ucapnya membuat Bram terkejut
Bahkan anak ini tahu tata krama.
" iya sama sama" balas Bram
Rai tersenyum. Lalu memegang lengan Bram.
" ayah... Rai mau sama ayah juga boleh?"
Bram mengernyitkan dahinya. Lalu menghela napas melihat wajah memohon Rai. Bram menghubungi Damar.
" jadwal saya? Ok kalau gitu,kamu langsung ke kantor saja"
Bram menyudahi teleponnya.
" ok...kita lunch bareng, sekalian ayah meeting, setelah itu kita ke mall ayah"
Mata Rai membulat.
" ayah...punya Mall"
" iya... Mall yang besar itu punya ayah"
" wah.. Ayah Rai kaya raya" ujarnya polos
Sudut bibir Bram tertarik. Dita senang melihatnya. Bram sudah luluh,siapa yang tidak luluh. Rai sangat cerdas dan lucu. Dita melihat kemiripan antara Raiden dan Bram. Dita menepis buru buru pikiran buruknya. Dia terngiang perkataan Marcell. Namun Dita tetap berpikir positif.


*****
Aku tuh sedih ya

Sebenarnya ada yang baca gak sih cerita aku....
Apa kurang menarik kah...
Sampai gak ada satupun yang komen...

Ada yang mau bantu up gak?
Kalau yang rajin kasih bintang
Komen
Sama up
Tag ke temennya
Buat rekomendasi baca ceritaku
Bakal q kasih hadiah...
Kalian bisa inbox aku ya

Saranghaja
Exo L
Minoz

Jalan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang