2. Sulit

71 7 0
                                    

Dita termenung disini,disebuah bangku taman. Dia menunduk dan menangis. Di sekelilingnya banyak anak kecil yang bermain. Dita tidak perduli,dia hanya ingin lega. Lalu dia pun melanjutkan tujuan utamanya,kerumah temannya Nindi. Lebih tepat Sahabatnya sejak SMA hingga kuliah. Nindi memiliki nasib yang bagus. Dia terlahir sebagai anak orang mampu. Dan kini dia sudah menikah,memiliki 2 orang anak yang besar berusia 5 tahun dan seorang lagi berusia 2 tahun. Suaminya memiliki perusahaan dan dia mengenal Bramantyo,pria itu.

Dita hampir sampai,dia tidak terasa berjalan dari tadi mengikuti langkah kakinya. Sampai disebuah rumah minimalis,dita memencet bel. Yang membuka pembantu mereka. Dita masuk dan duduk.
" hei... " sapa nindi
Mereka berpelukan.
" ta... Are you ok?" tanya nindi
Dita mengangguk. Nindi memperhatikan sahabatnya itu. Anindita wanita yang selalu berusaha kuat dan tegar selama dia kenal. Selalu berpura pura baik di depan semua orang.

" elo gak bisa pura pura baik di depan gue,paham"
Dita lalu memeluk nindi dan tanpa terasa dia menangis di pelukan sahabat nya itu.
" menangis ta,menangis itu perlu supaya kita lega,jangan di tahan,keluarin"
Dita menangis setelah selama ini dia tahan,berbulan bulan,bahkan bertahun tahun. Dita berhenti ketika mendengar suami nindi datang. Dita menghapus air matanya.
" maaf, ganggu " ujar suami nindi Marcell
" kebiasaan deh papa" Omel nindi
" sorry ta, apa bram udah kasih surat cerai itu?"
Dita mengangguk.
" kapan?"
" tadi... Sebelum kesini"
" baguslah,tapi... Mudah banget seorang bram mengiyakan itu,dia gak akan melepaskan begitu saja"
" kamu juga pa,kenapa gak kasih tahu dari awal kalau kenal brengsek itu"
" masih aja dibahas"
" sulit, gue dipecat dari kantor 2 minggu yang lalu dan udah usaha ngelamar tapi gak diterima juga ditempat lain"
" sulit emang ta, dia punya banyak pengaruh, dan gue gak bisa bantu juga, sialnya gue udah kontrak kerja sama dia"
" iyah ... Gue ngerti kok"
" aduh... Ke siapa ya"
" mungkin gue bakal pindah haluan,jadi pelayan restoran,toko atau apalah,yang gak nyangka buat dia"
"Oh my good, dita,im so sorry"
"gak perlu minta maaf"
" mendingan elo tinggal di rumah punya gue aja, itung itung ada yang rawat nempatin,setidaknya aman ta dari jangkauan brengsek itu"
" iya... Ta, nanti gue suruh orang buat rapihin,elo tinggal masuk aja, anggep aja ini sebagai permintaan maaf karena telat ngasih tahu"
Dita terdiam.
" please kalau gak,kita gak usah sahabatan,tenang aja kompleknya aman, nanti gue bisa koordinasi sama satpamnya"
" ok..kalau gitu... Makasih banyak ya kalian emang baik banget"
" gak... Ta...ini juga karena elo,gue bisa nikah sama marcell" kata nindi
Mereka lalu tertawa. Mengingat kejadian 6 tahun yang lalu. Dan sekilas membuat dita teringat seseorang.

****
Dita sudah pindah ke rumah lama milik nindi. Dita bersiap mencari pekerjaan yang jauh dari spsifikasinya. Tepatnya menurunkan level. Dita masuk ke sebuah rumah makan,karena tertulis lowongan. Akhirnya dita diterima walau hanya sebagai pelayan,untuk sementara. Setidaknya dia punya penghasilan. Pekerjaan sebagai pelayan lebih berat dari yang dia bayangkan. Dita mencoba sabar menjalaninya.

Dita melayani pengunjung. Dia menyapa pengunjung yang datang dan memberikan buku menu.
" silakan pak mau pesan apa?" tanya dita sopan
Pengunjung itu menatap dita.
" sebentar,sepertinya saya kenal kamu"
Dita tergagap.
" tunggu,anindita,bu anindita,istri pak bram" ujarnya membuat dita kesal
" bb.. Bukan pak,siapa itu bram"
" iyah... Saya yakin,bagaimana bisa, istri bos jadi pelayan" hinanya
" permisi pak,apa bapak mau memesan sesuatu" tanya dita profesional
" owh... Baiklah"
Dia memesan beberapa menu. Dita lalu ke belakang,dia kesana masih saja ada yang mengenalinya.

Dita dipanggil oleh manager resto, dita diminta untuk ke salah satu meja. Dita menghampiri meja,disana duduk seorang pria ,dari posturnya dita tau persis siapa orang itu. Dita melangkah ragu. Tepat di hadapannya, dihadapan pria itu.
Bram tertawa melihat penampilan istrinya,mantan istrinya itu.
" lihat... Ini jalan yang kamu pilih" hinanya
Dia tertawa. Lalu menyiram dita dengan minumannya. Dita terkejut. Tetapi dia tidak bisa berbuat apa apa.
" perempuan bodoh,pecat dia,atau resto ini saya buat bangkrut" Kata bram dengan emosi
Lalu dia mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu. Dan menebarkan ke wajah dita.
" itu... Harga diri kamu" makinya
Bram lalu pergi. Dita menitikkan air mata. Lalu dia segera meletakkan apronnya dan mengambil tas,lalu pergi dari resto. Sebelumnya dia mengambil uang bram yang tercecer. Dia yakin bram masih menunggunya.

Benar saja ,mobil bram masih terparkir disana. Dita mendekati mobil bram. Dan pintu bagian belakang terbuka. Dita masuk ke mobil dan bram nampak senang.
" pasti kamu datang" ujarnya sambil bertepuk tangan
Dita melemparkan uang itu ke bram. Membuat bram kesal.
" ambil uang anda,saya tidak butuh"
Bram mencengkeram tangan dita,sehingga dita kesakitan. Lalu menampar dita.
" perempuan bodoh,kamu gak akan bisa berbuat apa apa,hidup kamu dalam kendali saya" ujar bram tersenyum sinis
Bram menatap tajam dita. Dita menatap pria dihadapannya. Bram terus mencengkeram lengan dita. Sampai dita tidak bisa bergerak.

Bram meminta supirnya masuk dan menjalankan mobil.
" lepasin" ronta dita
Bram hanya tersenyum. Dita merasa sangat kesakitan. Dia pun tidak terasa menangis. Bram semakin mencengkeram lengan dita.
" kita mau kemana tuan?" tanya supirnya
" kerumah"
Dita meronta. Dia tidak ingin kembali kerumah itu lagi. Susah payah dia keluar dari sana. Namun dia tidak bisa lepas,bram terlalu kuat. Dita terus meronta.
"Diam,semakin kamu berontak semakin saya keras"
Dita melunak. Tiba tiba bram menyuruh supirnya berhenti. Lalu membuka pintu mobil dan mendorong dita keluar dengan kasar.
" hari ini cukup sekian" ujarnya
Bram tersenyum lalu meninggalkan dita yang jatuh tersungkur. Dita berusaha bangun.

Dia menangis,fisik dan hatinya luka. Dita berusaha bangun dan jalan tertatih. Berjalan terpincang pincang sambil menangis. Tak ada seorang pun yang menolong. Lebih baik tidak ada. Dita mencari taxi. Dia pulang dengan naik taxi. Sampai dirumah,dita mengobati lengannya yang memar juga lututnya yang lecet. Air matanya terus mengalir,karena hanya sendirian tidak ada orang lain. Keesokan harinya dita merasa badannya lemas sekali seperti tertimpa benda,dia tidak bisa bangun. Mengingatkan dimana hari hari saat bersama bram. Dia berharap penderitaan nya berakhir dengan bercerai dari bram. Nyatanya semakin menjadi kebrengsekan bram. Dita tidak bisa menggugat apapun. Karena semua diputar balik oleh bram. Dita menangis dan berharap Penderitaan nya segera berakhir.

*****
Gimana????
Jangan lupa vote ya

Jalan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang