34. Kebenaran

27 2 0
                                    

" apa bapak punya musuh? Mungkin pesaing bisnis atau apa?" tanya inspektur polisi yang menangani kasus kebakaran pabrik Bram
Bram nampak berpikir.
" saya pikir,tidak ada,saya tidak punya musuh pesaing bisnis" jelas Bram
" kami menemukan kejanggalan dari beberapa kejadian, pabrik sengaja di bakar,karena kami menemukan dirigen berisi bensin tidak jauh dari gudang penyimpanan"
Bram menyimak penjelasan polisi,ditemani Damar dan Dita yang duduk disampingnya.
" bukannya pabrik ada banyak cctv bukan?" tanya dita " kita bisa cek rekaman cctv" lanjut Dita
" itu dia, pelaku sepertinya tidak sendiri dan dia tahu dimana saja letak cctv berada"
" dengan kata lain,ada orang dalam yang membantu " kata damar
"Apa ada orang yang anda curigai?" tanya polisi
Bram mengangguk.
" tolong periksa pria bernama rayhan"
" bram?kamu jangan asal menuduh"
" cuma dia yang mencurigakan "
" maaf pak... Saya pikir bukan dia, pasti ada orang lain" kata Dita ke polisi " kamu juga jangan terlalu percaya sama petinggi di kantor"
Bram menghela napas.
" Damar tolong,berikan data para direksi ke polisi"
" baik tuan"
Damar memberikan data data para Direksi di perusahaan Bram. Polisi sudah pergi setelah mendapat data yang diberikan oleh Damar.

Di dalam kamar Dita dan Bram bertengkar. Dita tidak suka Bram asal menuduh,sedangkan Bram merasa cemburu dengan Rayhan.
Bram meraup wajahnya kasar. Dita keluar dari kamar Bram menuju ke kamar lain. Bram mengikuti Dita.
" sayang..."
" apa... Kamu jangan ikutin aku"
" ayolah... Please,batalkan pengajuan kamu itu"
" gak akan... Aku udah capek bertahan"
" sayang... Bulan depan anniversary kita"
Dita berhenti,karena Bram memeluknya dari belakang. Dita sedih,namun dia benar benar terluka dengan perlakuan Bram. Kali ini tidak ada yang perlu dipertahankan untuk tetap bersama Bram. Dita berusaha melepas pelukan Bram. Namun Bram semakin mempererat pelukannya. Bel rumah berbunyi,mereka masih tetap pada posisi Bram memeluk Dita. Bram melepaskan ketika mendengar suara orang tuanya dan Yoona. Yoona memanggil Dita.
" aunty... " panggil Yoona
Dita dan Bram segera turun dan menemui orang tuanya.
"Tadi polisi sudah kesini?" tanya ayah
"Iya... "
" bagaimana?"
" sabotase,ada yang sengaja membakar"
Ayah langsung menampar Bram. Dita terkejut, ibu langsung memeluk Yoona.

"Yoona ikut aunty ke atas yuk" ajak dita
Yoona mengangguk dan pergi bersama Dita. Sementara itu Dita hanya mendengar suara tinggi ayah mertuanya dan tangis ibu mertuanya. Sepertinya Bram di pukuli lagi. Dita merasa kasihan kepada Bram.
"Aunty... Uncle selalu dipukul sama Kakek kenapa sih?" tanya Yoona
" Yoona ikut aunty yuk" ajak Dita ke ruang kerja Bram
Supaya Yoona tidak mendengar keributan yang terjadi antara Bram dan ayah mertuanya.
Diruang kerja Bram ada mainan edukasi milik Bram. Dita memberikan Yoona rubik,ternyata Yoona menyukainya. Dita melihat susunan rak buku di ruang kerja Bram. Mata Dita tertuju ke album foto. Dita mengambilnya. Ternyata Album foto pernikahan mereka,dengan cara yang sederhana saat itu. Bram menyusun sendiri album photo itu. Karena terdapat tulisan tulisan buatan Bram. Dita terkekeh.
" aunty.. Lihat apa?" tanya Yoona
Dita kemudian duduk di sofa samping Yoona. Mereka melihat foto Pernikahan dan Foto resepsi sekaligus 4 bulanan. Dari tulisan tulisan yang terdapat di tiap foto menandakan Bram sangat bahagia. Dita melihat foto usg bayi mereka juga. Dita sedih mengingatnya. Dita segera menyimpan album foto ketika terdengar langkah kaki Bram mendekati ruang an.

Bram membuka pintu ruangan, Dita melihat wajah tampan Bram babak belur lagi. Hati Dita sakit melihat suaminya seperti itu.
" yoona... Pulang... Kakek sama nenek menunggu" kata Bram lemah
Yoona berjalan keluar ruangan melewati Bram. Dia berlari menuju Kakek dan neneknya. Ketika Dita hendak mendekati Bram,dia malah berjalan menghindar.
Dita menemui mertuanya.
" Kami akan kembali ke New York malam ini" kata ayah
Ibu mertuanya memeluk Dita. Beliau hanya menangis tanpa berkata kata.
Setelah kepulangan mertuanya. Dita masuk kamar,Bram tengah berusaha mengobati lukanya sendiri. Dita hendak membantu,tetapi Bram menolak.
" saya mau istirahat... Masalah perceraian dan harta gono gini,biar diurus pengacara,saya tidak akan mempersulit,saya... Membebaskan kamu" kata Bram terdengar serak dan berat " tolong kembali ke kamar kamu" kata Bram tanpa menatap mata Dita
Dita terkejut mendengar perkataan Bram. Hatinya terasa ngilu. Dita hanya terpaku. Bram kemudian membuka knop pintu dan menarik Dita supaya segera keluar dari Kamarnya. Bram membanting pintu kamarnya. Dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Matanya terpejam dan menutupi mata dengan lengannya. Bulir air mata keluar dari matanya. Sementara itu Dita berada di kamarnya,dia juga merasakan hatinya sakit. Bi Mirah dan Dwi merasakan rumah kembali seperti pemakaman,sepi,seperti tidak ada kehidupan.

**** 
Terdengar suara tawa dari beberapa orang diruangan itu. Mereka terdengar sangat bahagia.
" sebentar lagi,kami akan menguasai setelah mereka melepas 10% saham mereka"
" pasti sebentar lagi 5% sudah di lepas tunggu 5% lagi,maka kedudukan kita bukan dewan lagi,tapi CEO, bahkan owner"
" kerja bagus"
" beberapa perusahaan ikut koleps setelah salah satu perusahaan nya bermasalah"
" lalu... Bagaimana penyelidikan polisi"
" sepertinya masih berlanjut, mereka tidak akan punya bukti juga"
"Malam ini Lee berangkat ke New York,sepertinya kesehatan bermasalah lagi"
" Bram juga di gugat cerai istrinya,perusahaan mereka koleps, suho grup sebentar lagi jadi milik kita Pa"
" Ya... Bagus... Berkat kerja sama kita semua, kedua anaknya sangat bodoh, lemah oleh wanita dan terlalu mudah percaya"
Mereka tertawa bahagia. Marcell, ayahnya dan beberapa orang pimpinan di perusahaan.
Ponsel Marcell berdering,dari baby sister anaknya. Marcell segera pamit untuk pulang. Marcell segera menuju ke apartemen tempat dimana dia menyekap Nindy. Sudah sebulan lebih Marcell menyekap Nindy.

Tubuh Nindy tergolek lemah di tempat tidur,tubuhnya kurus,matanya cekung dan pandangannya kosong. Marcell mendekati Nindy. Nindy hanya menatap Marcell dengan pandangan kosong. Matanya tiba tiba memerah dan mengeluarkan air mata.
" z..zi..o.. Zia" kata Nindy terbata dan lemah
Marcell menatap dingin Nindy. Wanita cantik yang dia nikahi 7 tahun yang lalu,yang sudah memberinya 2 orang anak yang lucu. Yang bersedia hanya dijadikan status istri. Membantunya meraih posisi saat ini,hingga tega mengkhianati sahabatnya sendiri. Ponsel Marcell berbunyi, dari anaknya Kaenzio yang menangis. Nindy langsung merebut ponsel Marcell.
" z..zio"
" mommy... Where are you?" rengeknya
Sementara Nindy hanya menangis. Marcell merampas kembali ponselnya. Mematikan ponselnya dan menampar Nindy.
" sebentar lagi kamu harus enyah dari keluarga Park"
" zio...zia" teriak Nindy
Marcell menampar Nindy hingga tersungkur. Marcell keluar dari kamar.
" apa dia tidak makan ?" tanya nya pada penjaga yang dibayarnya
" tidak bos, makanan tidak dimakan,hanya minum saja,itupun hanya sedikit"
" jangan sampai dia mati disini, paksa dia makan kalau perlu"
" baik Bos"
Marcell segera keluar dari apartemen dan menuju rumahnya. Pasti kedua baby sister nya kewalahan dengan anak anaknya. Marcell harus melakukan sesuatu untuk menyingkirkan Nindy.

Jalan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang