42. The Best

16 2 0
                                    

Diruangan Dita hanya duduk terdiam tanpa berkata apapun,dia hanya menatap tajam Bram yang tengah duduk di balik meja kerjanya. Disampingnya berdiri Sarah dan Damar. Bram merasa kikuk di tatap Dita dengan pandangan mengintimidasi seperti itu. Damar dan Sarah mengulum senyum. Bos mereka yang biasa menatap mengintimidasi para karyawannya,kini nampak tidak berkutik dipandangi seperti itu oleh istrinya.
" jadwal Pak Bos sama Pak Marcell sudah di sesuaikan.. Jika ada perubahan lagi saya akan laporkan ke Pak Bos" kata Sarah
Bram mengangguk.
" Saya permisi dulu Pak boss" pamit Sarah dan mengangguk permisi ke Dita sebelum meninggalkan ruangan Bram
" Laporan Dina gimana?"
" Ini Tuan" Damar menyerahkan laporan Dina
" ok.. Kamu keluar sekarang"
" baik Tuan"
Damar keluar ruangan setelah berpamitan dengan Dita. Bram memeriksa laporan Dina.
Kemudian menghampiri istrinya yang sedaritadi hanya diam layaknya manekin. Bram tersenyum lalu mencubit pipi Dita.
Lalu mencium tangan Dita. Dita sama sekali tidak bergeming.
" sayang..." panggil Bram lembut
Dita menoleh tanpa ekspresi.
" tadi itu Raline ngundang aku...eh.. Kita buat dinner sama keluarganya,kamu tahu kan hubungan orang tua aku sama dia,jadi..."
" terus?"
" ya... Tapi...aku tergantung kamu...kalau kamu gak mau gak apa... Nanti aku alasan aja"
" yakin?"
" iya...sebenarnya kita juga udah gak ada kerjasama apa apa kok... " jelas Bram
Dita masih menampakan wajah juteknya. Bram menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

" sebentar lagi waktunya makan siang... Ayo...katanya mau makan siang bareng"
" hmm..."
" kamu mau makan apa? Dimana?"
Dita nampak berpikir,ide jahilnya muncul.
" aku mau makan disini aja deh... Tapi aku mau makan sop kambing sama sate kambing" kata Dita
" what..." Bram terkejut mendengar permintaan Dita
" wae?"
" sayang...yang lain aja ya... Oh...iya...kita makan korean food yuk... Udah lama kan?"
" gak...aku mau makan itu"
" ok... Biar aku suruh Damar belikan"
Dita mengangguk menang. Bram menelpon Damar untuk membelikan pesanan Dita, terdengar keterkejutan Damar juga. Sedangkan Bram meminta dipesankan menu lain. Menunggu pesanan makan siangnya,Bram melanjutkan pekerjaannya sembari meminta pendapat Dita.
" Mas...kamu harus segera ngambil tindakan,hubungi ayah... Adain rapat pemegang saham"
" secepat itu"
" kamu tahu kenapa Marcell sama papanya bisa sesantai itu, soalnya ayah belum kasih amanat ke kamu, posisi ayah masih CEO dengan saham terbesar, sedangkan saham terbesar kedua milik mereka,saham kamu lebih sedikit dari Marcell"
Bram membuang napas.
" ayah masih belum percaya sama aku"
" Saham ayah 35% saham kamu 20 % saham Mr Park 15% saham Marcell 25% sisanya 5 % entah mereka bakal pro ke kamu atau Marcell"
Bram menyimak penjelasan Dita.
" kalau dari pengamatan ku,pemilik saham 5 % itu lebih percaya ke keluarga Park, karena mereka dewan direksi yang gak diragukan lagi,tapi ketidakaktivan ayah sebagai CEO dan kamu yang belum dapat amanat resmi, membuat mereka gak percaya sama kamu"
Bram memicingkan matanya.
" eh...ini aku lagi bicara kemungkinan yang terjadi lho,apalagi setelah kejadian pabrik terbakar, kepercayaan mereka memudar kan? Dan kita gak tahu siapa yang benar benar setia sama kita"
" Tapi kalau aku minta ayah, kesannya seperti memaksa"
" kamu tahu pemilik 5 % dari saham itu siapa saja?"
Bram memberikan laporan pemegang saham sejumlah 5 %. Dita membaca dan memahami.
" disini pemilik 2% itu suaminya ibu Niken bukan, Pak Radjasa pemilik pabrik Garmen, istrinya pemilik butik"
" iya ...sayang...kamu..."
" iya..kan kita pernah lunch bareng, beliau minta design aku buat butik colab nya sama mama nya Marcell,tapi kamu larang aku waktu itu"
Bram berusaha mengingat,saat itu hubungan mereka tidak seperti sekarang. Dulu Bram mengintimidasi Dita agar Dita tidak pergi darinya,dia tidak ingin Dita punya sesuatu yang bisa membuatnya pergi. Sekarang dia merasa bodoh.
" aku... Minta maaf"
" buat apa mas?"
" kebodohan aku"
Dita tersenyum. Kemudian mengusap pipi Bram.
" tenang... Suamiku tersayang... Biar istrimu ini yang bergerak"
" maksudnya"
" Bu Niken...aku kenal beliau jauh sebelum ketemu kamu ...jadi ada kemungkinan kok,tenang ya"
Bram menghela napas.
" 3% ini... Apa kita pernah ketemu dengan mereka?"
" saham 3 % ini milik 5 perusahaan start up... Itu bidang Marcell waktu itu... Beberapa dari mereka itu teman kuliah Marcell" jelas Bram prustasi
Dita tersenyum melihat suaminya prustasi,ekspresinya menurut Dita lucu. Mungkin kalau di hapadapan karyawannya dia akan berekspresi datar. Dita kemudian mencium pipi suaminya. Bram terkejut.
" biar semangat... Ayolah... Mana suamiku yang gak kenal takut,putus asa,berwibawa,tegas, sangar di depan karyawan sama kolega bisnisnya" kata Dita sambil memeluk Bram
Bram tersenyum lalu mengecup kening istrinya. Mempererat pelukannya.
" Terimakasih ya sayang... Aku beruntung punya istri kamu,your the best"
Terdengar ketukan pintu. Damar datang bersama Ob membawa pesanan Bram.
" Damar ayo makan bareng" ajak Dita 
" Maaf nyonya... Saya makan siang bersama istri saya diluar"
" owh... Gitu... Salamin sama Sinta ya... "
Damar mengangguk kemudian pamit. Dita memulai makan nya. Bram bergidik melihat Dita melahap sop kambing dan sate kambing. Sedangkan Dia memilih menu ayam kremes.
" enak lho mas"
Bram menggeleng.
" kamu gak tahu ya..  Ada yang lebih enak dari ini...tapi itu khusus Pria"
Bram melotot.
" aku tahu... Gak perlu makan itu juga udah terbukti kok" ujar Bram sombong  
Dita terkekeh.

****
Dita menunggui Bram sampai selesai jam kerjanya. Mereka pulang bersama,di depan lift mereka berpapasan dengan Marcell dan ayahnya. Dita menyapa mereka.
" Dita... Kamu semakin cantik ya... " puji Mr. Park
" Gamsahamnida"
Mr. Park tertawa. Di dalam lift hanya mereka berempat.
" istri saya sering menanyakan kamu, sekarang dia di Korea, mengurus butiknya"
" wah...bagus sekali... Om gak ada rencana menyusul?"
Marcell menoleh tajam.
" rencananya Dita... Setelah urusan disini selesai,saya juga ingin istirahat,biar Marcell yang meneruskan"
" Owh... Begitu... Semoga urusannya cepat selesai ya"
Mr. Park tersenyum. Mereka sampai di lobby. Mr Park berlalu. Tinggallah Dita ,Bram dan Marcell. Dita memberi kode ke Bram.
" sayang tunggu disini ya... Aku kelupaan sesuatu... Aku balik keruangan dulu"
Dita mengangguk. Setelah Bram pergi,Marcell mendekati Dita.
" kelihatannya makin harmonis,gak jadi pisah? Padahal dia gak baik dalam segala hal,apalagi penyakitnya itu"
" dia terbaik,dari yang terbaik"
Marcell terkekeh.
" baik? Kamu gak ingat perlakuan perlakuan dia ke kamu? masih lebih baik aku, buktinya Nindy bisa hidup terhormat, dia menikmati semuanya"
" baik... Ingat... Gak hanya materi tapi hati... Kesetiaan,lelaki baik gak akan mengkhianati istrinya, menggoda wanita lain"
Marcell terkekeh.
" Lelaki itu gak bisa hidup dengan satu wanita,apalagi kami pria korea, apa kamu yakin suami kamu itu hanya dengan kamu, yakin... Raline?"
" yes... I believe it"
Marcell lagi lagi terkekeh.
" aku punya banyak bukti kok"
" saya juga punya bukti tentang kamu,saya juga tahu dimana Nindy"
Marcell terkejut.
" tenang...istri kamu aman... Saya kasihan sama Zia Zio punya ayah macam kamu"
Marcell mengepalkan tangannya. Bram tiba langsung merangkul Dita dan masuk kedalam mobil. Disusul oleh Marcell. Didalam mobil,Dita dan Bram tertawa.



******
Gimana readers...masih ada yang setia gak sih... Sama cerita Bram - Dita
Ada yang nanya ending nya itu nanti gimana?
Endingnya happy ending ya... Q gak suka sad ending... Hahaha...
Ada yang kangen sama keuwuan mereka,kapan mereka punya anak..
Nanti ya... Ikuti terus cerita ini...
Saranghae...

Jalan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang