3. Pahit

51 5 0
                                    

Dita mencoba melamar pekerjaan kembali. Namun ternyata lagi lagi bernasib sama seperti di resto itu. Dita hampir frustasi,dia tidak tahu lagi harus bekerja sebagai apa lagi. Setiap dia melamar pekerjaan dan bekerja,bram pasti menemukan Nya. Sore itu sepulang dari tempat kerja yang kesekian kalinya. Dita jongkok di trotoar. Orang mungkin akan mengiranya orang depresi. Namun memang kenyataannya seperti itu. Hujan turun tak membuat dita beranjak dari sana. Orang orang hanya melihat dan membicarakan nya. Namun di tempat lain ada yang memperhatikan dari Mobilnya sembari tertawa.

" perempuan bodoh,itulah akibatnya kalau menentang bramantyo" ujarnya
" apa tidak kasihan dengan ibu pak"
" diam... Biarkan saja,dia berani menentang seorang bram"
Bram masih memperhatikan dita. Sampai pada akhirnya bram pergi. Tak lama kemudian dita jatuh pingsan. Dita tidak sadarkan diri. Ketika dia sadar dia berada di sebuah ruangan berbau obat.
" dita... Elo udah sadar?"
Dita menoleh lemah,nindi sahabat nya.
" nindi"
" ya ampun,kenapa kayak gini sih"
" kenapa dateng?nanti dia apa apain elo"
" gak akan ta,gak bisa dia nyentuh gue,bisa kena pidana"
Dita menangis.
"Gue lelah nin,gue nyerah"
" eh.. Elo bilang apa sih?"
Dita menangis. Nindi menenangkan.

" sudah sadar ternyata" suara yang sangat dikenal dita
" kenapa bisa disini?" tanya nindi
" merepotkan" umpat bram
" saya gak minta anda datang" kata dita
" jangan ganggu dita lagi bisa gak" kata nindi
" ibu nindi yang terhormat, tolong keluar sebentar, saya tidak punya urusan dengan anda jadi kalau anda mau aman pergi" usir bram halus
Dita mengisyaratkan nindi keluar. Tinggallah dita dan bram diruangan itu. Dita enggan melihat wajah pria itu. Badan dan hatinya remuk setiap ada pria itu.
Dia memalingkan wajahnya dari bram.

Rahang bram mengeras melihat tingkah dita yang terus menentangnya. Bram meraih mendekatkan bibirnya ke telinga dita.
" saya gak akan berhenti sampai kamu menyerah,paham?"
Tiba tiba suster masuk.
" permisi pak, istrinya sudah boleh pulang"
Kata suster
" owh... Iya... Sus"
" aih... Ibu... Suaminya ganteng perhatian lagi" Puji suster itu membuat dita muak
Bram tersenyum manis ke suster itu.
Bram memapah dita keluar dari ruang icu. Lalu mengajak dita pergi dari rumah sakit.
Kondisi dita masih lemah. Bram membawa dita masuk ke mobilnya.
Nindi tidak tahu harus bagaimana,dia merasa makan buah simalakama.
Dimobil bram memeluk erat dita. Dita mercoba mengelak,namun bram semakin erat. Rasanya dita sudah tidak mampu melawan bram. Dia lemah.
" bersikaplah manis,saya gak akan kasar kalau kamu lembut" Ujar bram
Dita hanya menatap bram lemah. Mata mereka beradu. Namun mata dita menyiratkan kebencian.

Mereka sampai di sebuah rumah. Rumah pribadi bram. Rumah dimana dita harus mengalami kejadian demi kejadian. Bram membopong dita sampai ke kamar. Lalu melempar dita ke ranjang. Dita memekik kesakitan. Badannya benar benar lemah. Bram melihat dita tak berdaya. Dia lalu berniat membenarkan posisi dita. Namun dita menepis tangan bram. Bram kesal dia lalu melepas jasnya. Ponselnya berbunyi dari sekertarisnya.
"owh... Ya... Terima kasih sudah mengingatkan"
Bram lalu memaksa membenarkan posisi dita.
" sekarang kamu istirahat,kamu harus segar,malam ini kamu ikut makan malam,bagaimana pun orang orang tahu kamu istri saya, saya tidak mau ada yang mendengar saya bercerai"
" gak sudi"
Bram kesal dan hendak menampar dita,namun diurungkan. Dia melunak ke dita.
" bisa gak kamu jangan pernah menentang,bersikaplah manis,seperti wanita terpelajar jangan seperti wanita yang gak berpendidikan"
Dita menarik selimut,membelakangi bram. Bahunya bergetar.

******
Bram tengah mengenakan kemejanya. Dilihat mantan istrinya,benci sekali sebenarnya bram mengiyakan permintaan dita untuk bercerai. Hanya bram yang tahu. Dita mengenakan gaun berwarna hitam brukat.Tidak terbuka,bram senang karena istrinya itu masih tahu bagaimana berpakaian saat bersamanya. Bram memberikan dasinya ke dita. Dita memutar bola matanya malas.
" cepatlah,jangan buat saya marah,bersikaplah seperti istri idaman"
Dita memakaikan dasi bram. Dia sama sekali tidak menatap bram. Fokus memakaikan dasi. Dita selesai dan segera berbalik.
" jangan keluar,kita keluar bersama" ujar bram
Bram mengenakan jasnya. Lalu mereka keluar dari kamar, dilantai bawah sudah disambut oleh beberapa asisten rumah dan supir sekaligus asisten bram.
Bram dan dita berangkat ke sebuah restaurant Italia tempat nya bertemu rekan bisnisnya.

*****
" anda memang luar biasa pak bramantyo,selain handal dalam berbisnis juga pandai mencari istri" puji rekan bisnisnya
" owh... Iya ... Bu bram,ide yang anda berikan ke saya ternyata sangat disukai oleh pelanggan saya" kata istrinya
Dita tersenyum.
" lain kali bisa kita bekerja sama,sepertinya ibu dita berbakat design pak bram"
" owh... Itu... Saya tidak mau istri saya bekerja, supaya dia bisa fokus dengan saya,saya saja sudah sibuk,kalau istri saya sibuk,bisa bisa kami tidak bertemu" sanggah bram
" waduh... Sayang sekali bakatnya"
" bisa bu, kalau hanya menggambar,saya bisa lakukan disaat santai"
" wah... Benarkah... Baiklah bu bram"
Bram mengeraskan rahangnya. Dita tersenyum sinis ke arah bram.
" kalian sudah 6 bulan menikah bukan,apa belum ada tanda tanda" papar istri rekan bisnis bram
Dita tersedak, dia tiba tiba ingin muntah.
" permisi"
Dita segera menuju toilet. Apa yang dimuntahkan keluar semua. Kepalanya juga sedikit pusing.

Dita kembali ke tempat bram berada.
" kamu kenapa?" tanya bram lembut
Dita menggeleng.
" wah... Sepertinya tanda tanda itu pak bram" ujar istri rekan bisnis bram
Dita tersenyum.
" apa kita perlu ke dokter?"
Dita menggeleng.
" sepertinya kita sudahi saja pak bram, istri anda butuh istirahat" kata rekan bisnis bram
" baiklah,saya minta maaf atas kejadian ini"
" tidak... Tidak.. Bukan kesalahan... Saya dan istri senang berbisnis dengan anda"
Mereka lalu pulang. Bram dan dita masih ada dimeja.
" apa yang kamu lakukan"
" apa?"
" acting luar biasa"
" anda yang acting luar biasa"
Bram menghela napas. Lalu mengajak dita pulang. Dimobil tidak ada yang bersuara.
" apa perlu periksa ke dokter?" tanya bram
" gak perlu" jawab dita datar
Mereka sampai rumah. Dita masuk terlebih dahulu ke kamar. Dia segera berganti pakaian sebelum bram tiba. Terdengar ketukan pintu kamar.
" dita buka,kenapa dikunci " teriak bram
Dita segera berjalan ke pintu membuka kunci.
Bram masuk,dia terperangah melihat pemandangan di depannya,yang sudah hampir 1 bulan ini tidak dilihatnya.

Bram melepaskan jas dan kemejanya,tiba tiba dita merasa mual. Dia menyerobot ke kamar mandi. Bram terpaku melihat dita muntah. Dia buru buru mengenakan jubah mandinya. Dita masih muntah muntah. Dita segera keluar kamar mandi,tanpa memperdulikan bram. Dita merasa pusing,dia tidur begitu saja di ranjang milik bram. Begitu bram selesai,dia mengernyitkan dahinya melihat dita tertidur. Setelah mengenakan piyama tidurnya,bram mendekati dita menyentuh kening dita. Suhunya masih normal. Bram lalu keluar kamarnya. Menuju ruang kerjanya. Termenung disana.

******
Waduh...
Gimana...
Kesel apa gimana nih...
Sama bram...
Masih ada cinta kah?

Jalan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang