9. jil- tu (2)

45 5 0
                                    

Malam hari dita sudah bersiap untuk kerumah mertuanya. Pintu kamar dita diketuk oleh bram. Dita membuka pintu. Dita terlihat berbeda. Dia mengenakan mini dress diatas lutut berwarna navy,dengan pita di pinggang aksesoris kalung dan rambutnya di curly. Bram memicingkan mata melihat penampilan dita. Tiba tiba dia tertawa. Dita mendelik.
" apa maksudnya dandan seperti ini, ini acara jamuan biasa"
" kenapa,ini biasa, setidaknya terlihat cantik kan?"
Dita berjalan menuruni tangga. Bram mengikutinya. Dimobil mereka seperti biasa hening. Bram melirik dita. Biasanya dita hanya akan berdandan simpel. Tapi kali ini,rambut di curly,make up terlihat.
" liat jalan,gak usah lirik lirik"
Bram tergagap. Mereka masuk di sebuah kawasan perumahan elit. Dita tidak menyangka rumah mertuanya berada di kawasan tangerang selatan. Dan ini adalah kunjungan pertamanya. Bram memarkirkan mobilnya. Mereka keluar dari mobil dan masuk dengan berjalan masing masing.

Dita dan bram masuk ke dalam rumah yang sudah dipenuhi orang orang. Dita melihat ibu mertuanya memanggil dan menghampiri.
Beliau mengajak dita dan bram ke rekannya.
" ini dia anak sama menantu saya"
Dita dan bram tersenyum.
" wow... Memang kapan menikahnya kenapa gak ada royal wedding" celetuk seorang ibu ibu
" owh... Sekitar 5 bulan yang lalu,kami menikah sederhana" jawab dita
" sederhana, kenapa jeng?"
" pilihan mereka, tapi next bakal ada resepsinya kok,tunggu aja" kata ibu
" owh... Begitu, lulusan mana? Havard,oxford atau dimana?" tanya seorang dari mereka
" owh... Ehmm... Permisi ibu ibu yang cantik,saya mau ajak istri saya ke kolega ayah saya"ajak bram mengalihkan topik
Hati dita merasa kecil. Ketika ditanya lulusan. Setidaknya tindakan bram menyelamatkannya.  Bram yakin sebentar lagi ibu ibu itu akan mencari tahu latar belakang dita.
Bram mengajak dita ke ayahnya. Dita disambut.

Dita melihat sebuah keluarga yang salah seorang dari mereka sangat dikenalnya. Nindy bersama mertuanya. Mereka mendekati tempat dita berada.
" anneyong Lee" sapa pria paruh baya mertua nindy
" anneyong Park" Balas ayah
Bram memberi hormat ke orang tua marcell.
" ini menantu kamu, dita"kata ayah marcell
" iya, om" kata dita
" dia teman kamu nindy"
" ne abeoji" jawab nindy lembut
Mamah mertua nindy mendekat ke dita. Beliau meraih tangan dita.
" kamu cantik sekali,namamu siapa ?" tanya wanita berwajah oriental sejenis ayah mertuanya
" anindita,dita ehmm... "
" an-ado doelkkayo" ujar beliau
Dita tidak paham ucapan beliau. Bram lalu membisikinya.
" dia mau meluk kamu" bisik bram
Dita tersenyum dan mengangguk. Beliau memeluk dita erat. Nindy terpaku melihat mama mertuanya seharian itu kepada dita. Dengannya saja beliau nampak acuh. Padahal nindy sudah memberikan cucu yang menggemaskan.
" gamsahamnida" kata beliau
Dita tersenyum,rasanya nyaman sekali dipeluk seperti itu. Selama dia hidup,merasakan pelukan dari mertuanya dan ibu mertua nindy. Mamanya tidak pernah.

Mereka berbincang soal bisnis. Tiba tiba ada seorang wanita cantik,tinggi,langsing,berwajah indo dengan senyum yang memikat menghampiri keluarga bram,menyapa ayah dan ibu bram.
" Raline,how are you?" sapa ibu
" im... Ok, aunty, long time not see"
" ya.. Uncle, how are you?"
Ayah hanya tersenyum. Dan wanita itu langsung memeluk bram. Membuat dita seketika sesak napas,tubuhnya limbung,dia pasti akan terjatuh jika asta tidak sigap menangkap. Dita ingat wanita di cafe dan kado mahal itu. Bram memang tidak membalas pelukan wanita itu. Tetapi tetap saja, istri mana yang terima suaminya dipeluk wanita lain di depan matanya. Dita langsung pergi menjauh dari situ. Dita berjalan masuk kedalam rumah,menaiki tangga. Dan duduk di sebuah sofa. Dadanya sakit dan tiba tiba saja air mata menetes. Dia ingat perkataan bram ketika mereka baru menikah. Memang sangat tidak sepadan dita dibanding wanita tadi.

Dita mendengar asta memanggilnya. Dita segera menghapus air matanya. Asta datang bersama yoona.
" owh... Kamu disini, sebentar ya, yoona mengantuk, tunggu disitu"
Dita mengangguk. Asta masuk ke sebuah kamar, tak lama dia keluar.
" yoona baru tidur."
Dita mengangguk.
" dia raline,teman kuliah tyo waktu di amerika, rumahnya sebelah rumah kami di new york,orang tuanya duta besar indonesia"
Dita tidak berniat tahu siapa wanita itu.
" ehmm.. Mereka sempat pacaran sewaktu, aku pacaran dan menikah dengan ibunya yoona"
" mantan pacar" desis dita
" tapi tenang, tyo kan sudah menikahi kamu, berarti ya dia memang cinta sama kamu"
Dita tersenyum sarkatis.
" cinta? Bahkan saat merenggut miliknya,dia tidak mengatakan cinta sama sekali" batin dita
" gwaenchanh-ayo,dita "
Dita mengangguk. Asta menepuk pundaknya.
" sebaiknya kamu istirahat di kamar tyo"
Dita menggeleng.
" kalian menginap saja,kamu sepertinya lelah,ayo ku antar"
Dita mengikuti asta. Kedua saudara ini,berbeda sekali. Asta sangat lembut dan penyayang. Dita teringat pria tampan yang membuatnya tersenyum. Pria itu ada dihadapannya. Andai bisa memilih, dita memilih asta sebagai suaminya. Bukan si brengsek bramantyo itu. Dita masuk ke sebuah kamar nuansa monokrom,tidak jauh beda seperti yang dirumah mereka.
" kamu istirahat saja,nanti aku bilang sama tyo ya"
Dita mengangguk. Asta meninggalkannya. Dita duduk di sisi ranjang king size itu. Dia menyadari posisinya. Lalu mengelus perutnya.
" mama akan bertahan demi kamu, sampai kamu lahir" Ucapnya sambil menitikkan air mata.
Perasaannya berubah ubah. Entah kenapa sekarang dia lebih perasa. Terlebih kepada bram, pria brengsek yang selalu menyakiti nya.

*******
Haduh...


Jalan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang