56. Dendam yang masih tersisa

19 1 0
                                    

Braaakkk
Seketika barang yang ada di meja berantakan.
" bagaimana bisa mereka kembali bersama" kata Pria itu kesal
" tenang sayang... "
" bukannya wanita itu sudah depresi... Bagaimana dia bisa sembuh? lalu perusahaan nya,bukannya kita sudah buat dalamnya bobrok"
" Mr. Lee itu cerdas,Gerald, dia sangat melindungi menantu bodohnya itu, anaknya juga licik,bahkan dia memenjarakan sahabat nya sendiri"
" Gila... Ini gara gara kecelakaan sialan itu,aku gagal"
" dari awal aku bilang... Jangan balas dendam,kalau sampai Bram itu tahu siapa kamu,habis kita"
" aku ingin membalas wanita itu,bagaimana bisa dia bahagia,sedangkan adik ku harus mati seperti itu"
" bukannya dokter sudah jelaskan, Juna itu meninggal karena alkohol"
" Juna bukan pecandu alkohol, dia minum pasti ada alasannya"
Jennie mengusap bahu Gerald.
" aku... Sudah ingatkan kamu... Aku gak mau kehilangan milik kita, kamu dan anak kita"
Gerald menahan amarahnya lalu mengusap lembut perut Jennie.

*******
" hahaha" tawa seorang pria berwajah oriental dengan pakaian tahanan
" siapa? Gerald? Dia ingin bekerja sama atau memanfaatkan saya"
" bekerjasama"
" no... Bram itu licik,kejam terlebih lagi Mr. Lee, saya saja bisa mereka penjarakan "
" Mr. Gerald akan membantu anda bebas"
Marcell tertawa lalu memilih masuk ke sel nya. Orang itu sangat bodoh. Siapa dia bisa menjanjikan membebaskan dirinya. satu bulan lagi sidang ulangnya. Dia harus bersiap apakah Bram akan memberatkannya atau meringankan hukumannya. Dia sudah sangat mau berada di penjara selam hampir 2 tahun ini. Satu satunya yang bisa membantunya hanya Dita. Namun wanita itu kini sudah jauh dengan Bram. Sehingga tipis harapannya.

******
Bram melihat pemandangan yang sudah lama tidak dia lihat. Wanita cantik tengah berada di dapur,rambutnya di ikat asal. Bram melihat sekeliling rumahnya,sepi,kemana para asisten rumah tangganya. Bram memperhatikan dari belakang,dia tersenyum kemudian pelan menarik kursi di meja makan.
" hmmm" dehem Bram
Dita menoleh.
" eh.. Mas... Maaf... Tadi Bi Mirah izin ke pasar buat beli ikan segar,Dwi lagi bersih bersin di samping,jadi aku masak aja,Rai minta di masakin panekuk" jelas Dita
Bram hanya manggut manggut. Dita kemudian memberikan secangkir teh manis yang tidak terlalu manis.

Dita menyiapkan 3 piring panekuk dengan krim dan madu. Bram mencicipinya.
" aku bangunin Rai dulu ya"
Bram mengangguk sambil menikmati panekuk. Dita menggendong Rai yang baru bangun tidur. Dita mendudukkan Rai.
" ini.. Panekuk sesuai permintaan Rai ganteng"
Rai nampak senang. Dia kemudian memakannya.
" gimana? Enak?"
" enak Mama"
" bilang apa?"
" makasih Mama... Mama baik,Mama cantik"
" Mama aja yang baik?"
" ayah juga baik... Ganteng "
" iya donk... Makanya kamu ganteng...karena ayah ganteng"
Rai mendengus. Bram kemudian pamitan untuk berangkat kerja.
" oh iya..  Hari ini kamu kerja?"
" gak...aku ambil cuti "
" ok... Kalau gitu nanti kita makan siang di luar"
Bram mencium Rai. Kemudian berangkat dengan supir. Karena Damar ada tugas khusus. Dita mengajak Rai untuk mandi. Setelah Rai mandi, Dita mengajak Rai bermain sambil belajar. Rai sangat cerdas untuk rata rata anak seusianya. Dita segera mencari referensi sekolah yang cocok dengan Rai. Jika salah sekolah dia akan dianggap anak nakal dan aneh oleh guru dan teman temannya.

" sayang... Rai mau sekolah yang gimana?"
" Rai... Mau Sekolahnya gede, ada kolam, terus banyak mainan Ma"
" will you promise to me?"
" yes mom"
" kalau Rai udah sekolah,Rai harus mau main sama temen sekolah, nurut sama guru,gak boleh berantem,nurut sama ayah sama Mama, bisa"
Rai nampak berpikir.
" teman teman baik?"
" baik sayang..  Rai harus baik sama teman nanti teman baik ke Rai"
" Guru tidak galak?"
" tidak ada guru galak sayang"
" ehmm... Ok... Rai janji"
" ok... Mama udah dapet sekolahnya,nanti kalau ayah gak sibuk,kita ajak ayah ya"
" tapi... Mama jugaharus janji sama Rai"
" apa sayang"
" Mama disini aja... Tinggal sama sama"
Dita terdiam. Rai menatap memohon ke Dita. Dita hanya tersenyum.

*****
Dita,Bram dan Rai berada disebuah tempat makan yang bisa di bilang membuat Dita terkejut dan luar biasa untuk seorang Bramantyo Lee. Dita masih bertanya tanya.
" jangan banyak mikir,udah makan aja" Kata Bram seolah tahu apa yang Dita pikirkan
" this really Bramantyo Lee "
" kamu jangan lupakan fakta bahwa aku orang indonesia juga"
Dita mengangguk paham. Bram mengajak Dita ke rumah makan lesehan. Padahal dulu Bram selalu menolak untuk makan ditempat seperti ini. Tidak berkelas,terbuka dan bla bla.
Dan sekarang lihatlah,Bramantyo dengan lahap makan nasi timbel, sayur asem,ayam goreng plus sambal dan berbagi macam lalapan. Sedangkan Rai makan di ajari menggunakan tangan oleh Dita.
" makan seperti ini itu lebih nikmat pakai tangan sayang" jelas Dita ke Rai
" iya Mama...tapi berantakan... Ayah gak suka Rai berantakan"
" gak suka...kamu gak lihat ayah kamu"
Bram sangat berantakan seperti anak kecil. Dita hanya terkekeh.

" Anindita Prameswari anak IPA 2 yang gak lulus ya" kata seseorang membuat Dita terkejut
Dita menoleh dan terkejut mendapati sosok di hadapannya.
" iya kan... Dita...sahabatnya Nindy"
Dita menahan sesak dadanya.
" elo lupa sama gue?"
Dita hanya diam.
" Wah...gila ya... Seorang pembunuh bisa hidup damai tanpa beban,bahagia dengan keluarga kecilnya"
" maaf Anda siapa,sepertinya istri saya tidak mengenal anda,jadi tolong tinggalkan kami"
" Anda suaminya,suami dari seorang pembunuh"
" hati hati anda kalau bicara"
" fakta... Dia itu pembunuh lelaki"
Dita menahannya. Bram paham karena ini tempat umum.
" sekali lagi tolong tinggalkan kami, atau saya minta security mengusir anda"
" usir? Saya manager disini"
" owh... Manager? Saya akan bicara dengan pemilik tempat ini bahwa karyawan nya tidak memiliki etika"
Dia terkekeh.
" Marsya Renita... Saya save nama anda dan saya kenal dengan pemilik tempat ini, Bu Nirmala,beliau rekan ibu saya"
" mas...udah" kata Dita
" ayo kita pulang" ajak Bram menggendong Rai dan menggandeng Dita
Marsya berdecih dan memandang sinis Dita. Bram mengajak Dita ke mobil. Di mobil tangan Dita bergetar,nafasnya terengah engah. Dita meremas ujung bajunya. Bram melihat Dita seperti itu langsung merengkuhnya,memeluknya menenangkan. Dita tidak menangis juga tidak bicara apapun. Bram terus memeluk sambil mengusap punggung Dita.

******
Wah... Siapa marsya...
Dia selalu membuat Dita seperti itu

Jalan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang