Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
◇◇◇"Pegangan! " ucap Briyan agar Saniya memeluk pinggangnya sebagai pegangan.
Saniya memeluk pinggang Briyan erat karna dinginnya malam.menumpukan kepalanya dibahu Briyan, Saniya melihat suasana kota yang sangat indah di matanya. "Tangan kamu gak
sakit? " Saniya baru ingat jika tangan Briyan masih luka."Gak sama sekali. " jawab Briyan sedikit kencang agar Saniya bisa mendengarnya.
Saniya tak kembali bertanya, ia mengeratkan pelukannya pada Briyan. Briyan terseyum tipis saat merasakan Saniya memeluk dirinya semakin erat.
"Detak jantung kamu!"
"Kenapa? "
"Kerasa sampai sini! " ucap Briyan mengarahkan tangan Saniya ke jantungnya yang juga berdetak cepat seperti jantung Saniya.
Saniya melepaskan tangannya dan memeluk kembali Briyan. Ia malu sekarang tampa sadar ia terseyum. Astaga Saniya bisa gila jika seperti ini.
"Turun! " Bahkan Saniya sampai tak sadar jika Briyan sudah berhenti.
"Pantai? " tanya Saniya saat sadar jika mereka sedang ada di pantai sekarang. Pantas saja hawanya semakin dingin.
"Hemm.. Ayo! " ajak Briyan menggenggam tangan Saniya. "Dingin? " Saniya menoleh kearah Briyan. "Tidak terlalu! " balasnya.
Ternyata jika malam pemandangan di pantai terlihat lebih indah.
Bunyi ombak yang terdengar jelas. Lampu yang berkelap kelip menambah pesona memanjakan mata.
"Kita duduk sini? " tunjuk Briyan pada bangku kosong dibawah pohon bakau.
Dibalas anggukan oleh Saniya. Memperhatikan sekitarnya, Saniya baru sadar jika saat malam, pantai dikunjungi oleh banyak orang. Astaga kemana saja dirinya selama ini. Briyan membawa dirinya kepantai yang cukup jauh dari rumahnya ,pantai ini dekat dengan hotel dan villa tak hayal bayak orang dan pedagang disini.
Saniya terkejut merasakan ada yang memeluknya dari blakang. "Jangan gini malu! " ucap Saniya agar Briyan melepaskan pelukannya.
"Dingin. " jawab Briyan mengeratkan pelukannya. Ia masih berdiri memeluk Saniya dari belakang. Hanya akal-akalan Briyan saja, modus.
"Bilang aja modus! " ujar Saniya berdiri dari duduknya sehingga pelukan Briyan terlepas. "Kesana aja yuk. Biar anget! " tunjuk Saniya pada api unggun disebrang sana.
Briyan mengulurkan tangannya dan disambut dengan senang hati oleh Saniya. Mereka berdua saling tatap-menatap dan tersenyum sama lain.
◇◇◇
"Jangan duduk dulu, bentar! " seru Briyan pada Saniya saat Mereka sudah sampai dekat api unggun, tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat, namun mereka bisa merasakan kehangatannya.
Briyan berjalan kearah penjual kain pantai. Meninggalkan Saniya berdiri sendirian disana.
Saniya melihat Briyan membeli kain disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
S A N I Y A [END]
JugendliteraturSaniya Revanja Putri seorang gadis yang begitu ceria,ramah, pintar dan jangan lupakan tingkah bar-barnya. Anak kedua dari empat bersaudara. Pacaran? Saniya belum pernah pacaran namun Saniya mempunyai cinta pertama.Orang itu pergi dan kembali dalam...