Chapter XXXVI

3.2K 153 0
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

◇◇◇

"Bri aku mau nanya sama kamu tapi jangan marah ya! " ucap Saniya pada Briyan.

"Apa? " sahut Briyan yang mengeratkan pelukannya pada Saniya.

Setelah makan dan berganti pakaian Saniya langsung pergi ke rumah Briyan. Saat sampai Saniya tak menemukan siapa pun di dalam rumah ini. Kata bi Sumi Briyan mengantarkan kedua orang tuanya yang mendadak harus balik ke Canada karna kantor di sana sedang terjadi masalah.

Saniya yang terlalu lama menunggu, menjadi ngantuk dan tertidur di sofa ruang tamu.

Hingga saat Saniya bangun, ia sudah menemukan dirinya di kamar Briyan. Ternyata sang pemilik kamar ini sendiri yang memindahkan Saniya dan ikut tidur bersamanya.

Saniya sedikit ragu untuk menanyakan masalah yang sudah dari sekolah ia pikirkan.

"Mau nanya apa hemm. " Briyan mendongak untuk menatap sang kekasih.

"Itu loh .."

"Bukan aku! " ucap Briyan seperti tahu apa yang Saniya akan tanyakan pada dirinya.

"Maksud kamu? " ucap Saniya tak mengerti. "Kamu mau nanya tentang Danang kan? " ucap Briyan. " Bukan aku! " jawab Briyan sekali lagi.

Karna perkelahian kemarin Dirinya dan Danang kena skors semala dua hari.

Saniya menatap balik mata Briyan mencari kebohongan di sana. Namun nihil, sepertinya kali ini Briyan jujur kepadanya.

"Tapi.."

"Tapi apa lagi San? Kamu gak percaya sama aku? " sahut Briyan bangun dari tidurnya dan duduk di samping Saniya.

Suara berat nan serak milik Briyan berhasil membuat Saniya menjadi gugup. Sepertinya Saniya memancing emosi Briyan kali ini.

"Jangan tatap aku kaya gitu. "

Briyan tak menuruti ucapan Saniya, Briyan malah lebih menatap Saniya dengan lebih mengintimidasi.

Hatinya sedikit sakit, garis bawahi sedikit hanya sedikit saat Saniya pacarnya sendiri menuduh dan tak mempercayai dirinya ini.

Lagi pula jika benar Briyan yang melakukannya tak mungkin Briyan akan mengotori tangannya sendiri.

"Kenapa? " ucap Briyan mendekatkan dirinya pada Saniya. Saniya yang gugup dan takut hanya bisa menunduk.

Briyan mengangkat dagu Saniya, agar bisa menatap dierinya. " Denger baik-baik bukan aku yang ngelakuain itu ok. Kamu percaya sama aku? " di balas anggukan oleh Saniya. "Kalaupun aku yang ngelakuin itu, itu tandanya aku perduli sama kamu, ngelindungin kamu, aku ngenjaga kamu, aku sayang kamu, aku cinta sama kamu dan aku gak suka liat orang yang aku sayang nangis! "

Saniya menenggelamkan wajahnya pada pelukan Briyan. Sekarang ia percaya pada Briyan.

"Maaf karna sempet nuduh dan gak percaya sama kamu. "

S A N I Y A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang