Chapter XII

5.9K 294 6
                                    


Happy reading
.
.
.
.
.
.
◇◇◇

Saniya terengah-rengah karna berlari terlalu kencang sampai Nana dan Ayu ketinggalan atau mereka memang tidak mengikutinya. Saniya tidak tahu.

"Muka bunda bisa serem juga yahh.."Ucapnya pada diri sendiri.

"Siapa yang serem? " Saniya keget bukan main saat seseorang memeluknya dari belakang.Saniya tahu  siapa orang kurang ajar ini.

"Bunda yang serem. Bri lepas gak enak sama orang yang liat! " Ucap Saniya agar Briyan melepaskan pelukannya. Ayolah mereka sedang ada dipinggir jalan sekarang dan pastinya banyak orang yang berlalu-lalang.

Briyan melepaskan pelukannya lalu ia membalik tubuh Saniya. Kini mereka saling berhadapan.

"Kata bibi kamu panggil aku
tadi, bener? " Saniya menatap Briyan tak percaya. Apa teriakannya sekenceng itu sampe pembantu Briyan bisa mendengarnya? Padahal Saniya tadi hanya bercanda memanggil Briyan untuk menolongnya.

"Bisa gitu ya? "Briyan tak mengerti dengan ucapan Saniya ini. "Ayo masuk. "Ajak Briyan menarik tangan Saniya agar masuk kedalam rumahnya.

Saniya sampe tidak sadar kalau ia tadi berhenti tepat didepan rumah Briyan yang ada disamping rumahnya. Ia kira  dirinya sudah berlari juah karna napasnya sampe ngos-ngosan tadi. Ternyata oh ternya cuman sampe samping rumah. Saniya jadi malu sendiri karna ketahuan jarang berolahraga.

"Tapi Bri.."Tahan Saniya saat Briyan menarik dirinya masuk kedalam rumahnya. "Kamu sendiri kan dirumah? "Tanya Saniya yang tahu bahwa Briyan tinggal sendiri dirumah sebesar ini. Dua kali lebih besar dari rumah Saniya.

"Ada bibi dirumah jangan takut
aku gak gigit kok! "Jawab Briyan pada Saniya memberi tahu bahwa ada  pembantunya didalam.

Dengan ragu Saniya masuk kerumah Briyan. Ia mamang sering kesini tapi itu dulu waktu orang tau Briyan masih tinggal dirumah ini.

"Duduk sini atau mau dibelakang dekat kolam? " Tanya Briyan saat sudah ada dilam rumah.

Saniya nampak berpikir. "Di sini aja deh! " jawabnya."Sayang ayo duduk! " ajak Briyan menepok sofa sebelahnya.

Sayang? Saniya dipanggil Sayang oleh Briyan yang berhasil membuat kedua pipi Saniya memerah.

Dengan langkah kecilnya Saniya mendekata kearah Briyan. Duduk agak jauh ditepi sofa. Briyan yang melihat sikap malu-malu Saniya hanya menggelengkan kepalanya. Mendekat kearah Saniya. "Itu pipi kenapa merah? "Tanya Briyan pura-pura tak tahu.

Mencari posisi pas Briyan merebahkan dirinya disana dengan paha Saniya sebagai bantal. Entah kenapa sejak dirinya tidur dirooftop waktu itu dengan paha Saniya sebagai bantalan ia menjadi ketagihin. Mungkin ini akan menjadi posisi favorit Briyan.

"Usapin San, " ucap Briyan membawa tangan kanan Saniya untung mengelus kepalanya pelan.

Saniya hanya menuruti Briyan yang sedang dalam mode manja ini.

◇◇◇

"Aku lupa, kamu mau minum? " Tanya Briyan yang memeluk erat pinggang Saniya. Ia jadi lupa belum menawarkan minum pada pacarnya ini.

S A N I Y A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang