Chapter XXVIII

3.6K 199 0
                                    


Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
◇◇◇

"Cuman gini aja kok. Aku gak papa beneran dehh! " ucap Saniya pada Briyan yang menatap dirinya dengan tajam.Briyan membawa dirinya keruang uks. Hanya mereka berdua disini, temannya yang lain tak mau menemaninya saat melihat wajah Briyan yang egrr bisa dibilang menyeramkan.
Dasar teman laknat.

Briyan tak mengidihkan ucapan Saniya ia sibuk dengan ponselnya. "Ayo! " ucap Briyan bangun dari duduknya. Saniya balik menatap Briyan tak mengerti saat Briyan berjongkok di depannya.

"Kemana? " Saniya ikut berdiri dari duduknya berjalan mendekati Briyan.

"Pulang. Ayo naik! " jawab Briyan menepuk punggungnya. Agar Saniya masuk kedalam gendongannya.

"Pulang? Tapi Bri..! " Briyan membalikan wajahnya menatap Saniya dengan tajam. Saniya kelabakan mendapat tatapan seperti itu. Dengan tersenyum paksa Saniya naik kepunggung Briyan. Melingkarkan tangannya pada leher Briyan.

"Sepatu aku Bri. "

"Udah aku buang! "Saniya menghembuskan napas kasar. Membayangkan nasib sepatu yang bahkan belum genap iya gunakan dua bulan. Tapi Briyan sudah menggantinya dengan sendal yang tadi Lista belikan di koprasi sekolah.

"Ini masih jam sekolah Bri.. kamu mau ngajak aku bolos? " tak ada sahutan dari Briyan.

Briyan meresakan Saniya menumpukan wajahnya pada ceruk lehernya. Ia bisa meresakan napas Saniya disana.

Saniya memejamkan matanya karna malu ditatap oleh orang-orang yang mereka temui diperjalanan menuju parkir tempat motor Briyan berada.

"Saniya..! " seru seseorang memanggil nama Saniya. Orang itu berlari kearahnya dengan terburu-buru.

"Kenapa Ci? " orang itu adalah Saci yang datang bersama Doni.

"Gue mohon maafin Putri San. "

"Hah? " ucap Saniya tak mengerti.
Sementara Briyqn sudah duuk di atas motornya menatap tak peduli dengan kehadiran kedua orang itu.

"Gue mohon San! " ujar Saci sekali lagi memohon pada Saniya.

"Gue udah maafin Putri kok. Walau gue emang kesel sama dia tapi.. Ehh"

"Naik! " sela Briyan mengangkat Saniya dan menduukannya di atas motornya. Briyan mendekati Saci yang terlihat takut itu. Lagi berbisik pelan kearahnya. "Itu tak seberapa dengan apa yang dia lakuin ke pacar gu!  Jangan ikut campur atau lo sama pacar lo juga kena imbasnya. " bisik Briyan lalu berlalu menaiki motornya dan menyalakannya pergi meninggalkan Saci yang masih termatung disana.

"Saci. " sadar Doni mengguncang tangan Saci pelan.Saci tersadar dari lamunannya dan langsung pergi kepelukan Doni.

"Aku harus giman lagi Don. Di satu sisi aku tahu Putri salah tapi disisi lain keadaan Putri yang seperti itu aku yang harus mempertanggung jawabkannya. Aku taku Don, aku takut! " ucap Saci dengan terisak membayangkan hukuman yang akan ia dapatkan jika sampai dirumah.

"Ada aku ok. Kamu tenang kita laluin ini sama-sama. " ujar Doni menenangkan Saci. Saci semakin erat memeluk pacarnya itu. Hanya Doni yang Saci punya. Hanya Doni yang bisa Saci andalkan. Hanya Doni yang mau menerimanya dengan segala kekurangannya. Betapa beruntungnya Saci bisa bertemu dengan orang didepannya ini.

S A N I Y A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang