Chapter lV

10.6K 452 5
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
◇◇◇

"Saniya kanan San, itu Tara lo kedepan dikit. Aduhh kok bisa masuk sihh Rin jaga yang bener dong! Ahhh lo bisa main gak Tri? Dari tadi bengong mulu jaga yang bener, katanya mau menang! "

Saniya melihat Jojo jengah."Jo, lo jangan bacot truss setan. Ini juga kan karna lo! "Jojo sangat cerewet dan juga pecicilan. Mereka tak akan jadi penjaga kalau saja tadi Jojo tak berlagak seperti pemain pro saja. Karna Jojolah mereka jadi seperti ini.

"Bener kata Saniya ini itu butuh kerja sama tim. Bukan lo doang yang main disini! "Rendi ikut berbicara.

Perkataan Saniya dan Rendi disetujui oleh Tri, Arini, dan Tara sedari tadi Jojo sibuk bermain sendiri dan mengatur mereka seolah mereka tidak bisa main. Hey ini permainan mereka waktu kecil, tentu saja mereka mengerti cara mainnya!.

"Kalian kok pada nyalahin gue sih.Katanya mau menang, gimana mau menang kalau kalian aja gak bisa main!"ucap Jojo membela dirinya seolah yang ia lakukan itu benar.

"Jo aku tahu kamu yang paling bisa main kek gini. Tapi kamu juga harus ngerti dong keadaan anggota lain ini permainan tim bukan perorangan sehingga kamu bisa main sendiri. "Ujar Tri yang jengah akan sikap Jojo yang satu ini.

Sementara tim Putri melihat itu dengan senang ini yang mereka tunggu-tunggu sedari tadi.

"Ini gimana kita lanjut atau udahan?Kalau udahan berarti gue yang menang. "Ucap Putri berkacak pinggang menatap mereka dengan remeh.

"Belum, kita lanjut main. Gue ngaku salah ,seterusnya kita harus bisa kerja sama. "Ujar Jojo yang mengaku salah akan sikapnya dan melanjutkan permainan.Ia tak ingin mengecewakan timnya itu. Walaupun permainan ini dianggap remeh oleh orang tapi bagi mereka permainan yang mereka mainkan ada harga diri yang harus dipertahankan.

◇◇◇

Pukul enam sore mereka telah selesai bermain dengan kemenangan ada ditangan mereka.

"Makasih ya, berkat kalian semua masalah aku jadi selasai. "Ucap Tri berterimakasih. Tri menceritakan kenapa Putri bisa mengajak mereka taruhan. Ternyata Tri sempat meminjam uang kepada Saci teman dari Putri, karna Tri belum punya uang buat ngembaliin jadi Putri mengajaknya taruhan. Kalau ia menang uang yang dipinjamnya akan dianggap lunas dan kalau ia kalah ia harus mengembalikan uang itu dua kali lipat dan harus hari ini .

"Kenapa kamu gak bilang sama bibik dan paman? "Saniya bingung kenapa Tri sampai meminjam uang kepada Saci dan tidak memberi tahu orang tuanya.

Tri menghela napas dalam. "Kamu kan tahu, kalau bapak sama ibuk lagi berhemat karna mau bayar hutang. Aku gak mau nambah beban mereka toh juga aku pinjem uang buat keperluan sekolah! "

"Kenapa lo ngak bilang sama kita Tri? Lo bisa minjem sama kita kan. "

"Aku gak enak Jo sama kalian. Selama ini kalian udah bantu aku banyak banget apalagi Saniya aku jadi ngerasa gimana gitu sama kalian. " Tri mengungkapkan isi hatinya dengan lirih selama ini mereka selalu membantunya jika ia sedang kesulitan apalagi Saniya.

"Kita sodara Tri, ngapain kamu ngerasa gak enak sama aku? Lagipula selama ini kan aku yang mau bantu kamu bukan kamu yang maksa aku buat bantu
kamu! "Memang benar selama ini Saniyalah yang mengajukan diri untuk membantu dirinya.

"Tapi aku gak enak sama kamu San, apalagi kak Nana cerita kalau kamu sekarang sering dimarahin sama bunda kamu gara-gara aku, "

"Aku tahu maksud kalian baik. Tapi jangan sampai kaya gini juga. Aku tahu aku orang gak punya. Maka dari itu aku seneng banget punya sahabat kaya kalian,hiks ."ujar Tri terisak. Arini yang ada disamping Tri memeluknya dengan erat.

"Kak udah jangan nangis!"

"Aku ngerasa jadi beban kalian selama ini. "

"Lo bukan beban Tri, lo itu sahabat kita yang udah belasan tahun sama-sama. Lo bukan beban tapi lo adalah orang yang memang patut kita bantu. Itu kewajiban kita. Jangan pandang diri lo rendah kek gini! "Ujar Rendi kepada Tri.

"Makasih kalian udah ada buat aku selama ini. "Tri melepaskan pelukannya dengan Arini. Menatap mereka satu persatu"makasih! "Ujarnnya sekali lagi.

◇◇◇

"Kak aku duluan! "Ucap Tara yang sudah sampai dirumahnya. Dari mereka semua rumah Saniyalah yang paling jauh. Untung saja ada Tara yang rumahnya dekat dengan dirinya jadi sehabis main ia ada temen untuk pulang.

"Iya, kalau gitu gue duluan Ta. "

"Hati-hati kak! "Ucap Tara memasuki rumahnya.

Sampai dirumah Saniya disambut oleh suara Nana yang sudah pulang dari kuliah dan kini duduk dimeja depan dengan santai .

"Habis dari mana lo? Jam segini baru pulang habis lo dimakan bunda nanti. "Ujar Nana kepada Saniya yang baru saja datang.

"Dihh,Orang udah ijin. Gue gak kek lo kak yang kalau pergi main gak bilang-bilang! "Jawab Saniya dengan berlalu masuk.

Nana hanya mancak-mancak setelah mendengar ucapan Saniya yang memang benar adanya.

"Gita yuhuuu!! Iya pulang nih." Seru Saniya memanggil Gita yang tak tampak diruang tengah.

"San diem! Adik kamu baru aja tidur."ujar Hana yang datang dari arah dapur.

"Masak apa bun? "Tanya Saniya mendatangi Hana dimaja makan.

"Bubur ayam. Bukan bunda yang masak, kakak kamu yang beli tadi. Mandi sana keburu malem baru tahu rasa. "

"Makan dulu dehh, baru mandi biar sekalian keatasnya."ucap Saniya mengambil piring kedapur dan mengambil bubur ayam buatan Hana.

"Ya terserah kamu, bunda capek mau tidur. "Ujar Hana pergi kekamarnya yang sudah ada Gita disana.

Saniya mengangkat kedua bahunya, tanda tidak perduli. Ciri-ciri anak durhaka.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Terimakasih telah membaca
◇◇◇




S A N I Y A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang