Titin Si Janda

153 10 13
                                    

By: Megha_Rhie


Muka Inah memerah ketika melihat Majid, sang suami tengah memberi makan ikan-ikan peliharaannya. Dengan rahang mengeras, Inah pun menghampiri Majid yang berada di teras depan.

"Pak, lihat. Ini sudah jam berapa? Ikan terus yang diurus. Emangnya ikan bakal urus Bapak kalau nanti Bapak sakit? Bantuin beres-beres rumah kek!"

"Bentar. Tanggung."

"Mah, bantuin Dedek ngerjain tugas. Mah, cepet dong, Mah. Mah ...," rengek Azil sambil menarik-narik lengan Inah.

"Pak, bantuin Azril tuh. Mama tanggung lagi masak."

"Bapak juga tanggung." Mendengar ucapan Majid, Inah semakin murka. Inah pun memerintahkan anaknya untuk masuk. Setelah Azril masuk, Inah  mendorong Majid ke dalam kolam ikan.

"Mah! Apa-apaan sih. Basah semua baju Bapak."

"Sengaja. Sekalian aja nggak usah naik. Diem di sana sama ikan." Inah langsung masuk ke dalam rumah meninggalkan Majid yang masih berdiri di dalam kolam ikan dengan muka melego.

Ketika Inah sedang mengepel dapur, Majid masuk dengan baju basah kuyup dan kaki kotor. Hingga akhirnya Inah kembali beraksi.

"Et! Mau ke mana? Siapa yang ijinin masuk?" Dengan sigap Inah menghadang Majid. 

"Dingin, Mah." Majid memelas. Tapi sepertinya Inah tidak peduli. Kali ini Inah benar-benar marah.

"Eee, mau ke mana? Nggak liat lantai kotor lagi gara-gara kamu masuk? Pel dulu. Baru ganti baju."

"Tapi, Mah ...."

"Nggak ada tapi-tapi."

"Makanya, Pak. Jangan suka bantah Mamah. Udah tau Mamah itu macan yang menyamar," kekeh Azril yang langsung lari ke kamar.

"AZRIIIIL!"

****

Bukan kampung Gosip namanya jika kabar Inah nyeburin suaminya ke kolam tidak langsung viral.

Saat Inah belanja di warung Mpok Mimin, ibu-ibu lain saling berbisik. Namun naas. Inah mendengar percakapan mereka. Inah pun langsung berkacak pinggang.

"Siapa yang bilang?" tanya Inah dengan nada garang. Entah takut, atau males ladenin Inah, ibu-ibu itu saling sikut—memberi kode agar siapa yang harus bicara. Namun mereka tetap diam.

"Nggak usah ngomong. Gue udah hafal siapa yang nyebarin ini kabar. Awas aja kalau ketemu!"

Di tempat lain, Bu Wati memanggil-mangil Bu Fatma. Beliau ingin memberi tahu jika Inah sedang mencarinya. Namun Bu Wati kalah cepat. Inah-lah yang lebih dulu menemui Fatma.

"Maksud lo apa, hah? Nyebarin gosip kalau gue nyeburin si Majid!"

"Apa sih, Jeng. Datang-datang langsung tebar amarah."

"Nggak usah so manis deh. Enek gue liatnya. Denger, ya. Lo itu kagak usah intip-intip rumah orang. Urusin aja hidup lo. Dan denger! Kalau sekali lagi gue denger lo ada nyebarin berita tentang hidup gue ... gue pastiin itu mulut rapet!"

Dengan susah payah Fatma menelan air liurnya. Entah takut, atau kehabisan kata untuk menyangkal ucapan Inah. Ya, Fatma memang terkenal biang gosip di Kampung Gosip ini.

***

Di pos ronda, Majid tengah duduk sendirian. Dia tampak gusar. Bukan karena tidak ada teman ronda, karena memang malam ini dirinya bukan yang bertugas menjaga kampung. Melainkan Inah menyuruhnya pergi dari rumah.

SOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang