Tulisan dari Tontonan
Sri Wardani
"Mending coba ikutan menonton, aku rekom sebuah drama korea yang cocok untukmu," ujar Aay sembari mengambil laptop di hadapanku. Jemarinya menari mengetik sebuah judul film. Mungkin ia kasihan melihatku kebingungan setiap mereka berdiskusi membahas tontonan dan bintang drama korea ketika jam istirahat tengah berlangsung sebelum dosen berikutnya masuk.
"Tapi, aku enggak suka nonton drakor," jawabku singkat.
"Inilah cara agar mata tetap on saat dosen masuk." Aay selalu mencolekku setiap diserang kantuk selama belajar. Kebiasaan saat pelatihan, tertidur. Ia ingin mataku turut menyala selama belajar dengan menonton film.
Aku melihat mereka begitu fokus mendengarkan. Menjawab pertanyaan dosen disela-sela tontonan. Terkadang wajah mereka tertahan, berpura-pura tanpa emosi saat menonton. Menunduk seolah mengambil sesuatu, atau menutup muka agar tidak menyembul tawa.
Pelatihan selama satu bulan setengah di kampus ini sehari penuh memang bosan, berpisah dengan keluarga dan bergelut dengan tugas. Jika bukan karena wajib dari kantor, tidak satupun dari mereka berada di sini. Cara mengganti kebosanan dengan menonton, baik dalam kelas, di kamar hotel bahkan di dalam mobil saat perjalanan. Aku merasa heran begitu maniaknya teman-temanku dengan drakor.
Teringat ketika diklat di kota Medan tahun 2010 selama tiga minggu di hotel. Jadwal belajar sangat padat, dari pagi hingga malam. Saat istirahat sore harusnya kelas berakhir pukul lima, beberapa tutor nakal mengakhiri hingga pukul lima lewat.
Aku melihat Fifi, teman sekamarku bersungut-sungut, karena waktunya tayang sebuah drakor di salah satu stasiun televisi. Walaupun setiap hari ia menonton, aku tidak pernah tertarik nimbrung, padahal beragam ekspresinya membuat riuh kamar ketika adegan yang menegangkan. Harusnya aku penasaran, nyatanya tidak.
"Film berjudul "Descendant of The Sun" ini cocok dengan kamu yang suka menonton film laga. Aay yang selalu duduk disebelahku mengembalikan laptop itu. Fasilitas wifi memang tersedia gratis khusus kami peserta pelatihan. Setiap hari harus membawa laptop untuk mendukung proses belajar mengajar.
"Wah, 16 episode?" tanyaku kaget, aku tidak pernah menonton selama itu, biasanya film hollywood dengan durasi dua jam.
"Enggak bosanlah pokoknya, itu episode umumnya, masih ada yang lebih banyak." Aay memberikan semangat. Aku mencoba memulai menonton. Fikri yang lewat mengintip film di didepanku, dia berkata, "Ini film bagus." Mendengar ucapannya, membuatku percaya. Owh, ternyata laki-laki juga suka drakor.
Awal settingan film di sebuah lokasi perang. Bolehlah ini film aksi, agar saat dosen masuk nanti kebiasaan mengantukku teratasi dengan film ini. Berlanjut lagi di rumah sakit yang bermula dari perkelahian.
Terjadi perbincangan gombal Song Jong Ki dengan dokter cantik, Song Hye Kyo. Ada perdebatan perwira tentara, perempuan memarahi laki-laki. Entah mengapa aku mulai bosan dan penyakitku kambuh. Tadinya menonton agar mata terjaga mendengarkan dosen, malah membuatku ingin ke pulau kapuk.
"Bagaimana filmnya? Baguskan?" Aay bisik-bisik saat dosen menjelaskan.
"Aku pengin tidur dibuatnya," sembari menutup mulut menahan menguap. Aay tertawa mendengarku.
"Cowoknya cakep, kan?" tanyanya lagi.
"Enggak, biasa aja, ceweknya sih cantik," jawabku dengan polos. Dari dulu benakku tertanam, bintang-bintang Korea tidak terlepas dari oplas. Jadi biasa saja melihat mereka. Aay tersenyum geli mendengarnya. Ia tidak ingin berkomentar lagi. Drakor tersebut gagal ditonton. Semenjak itu aku tidak mencoba menonton drama dari negeri ginseng.