ENDEN

52 7 15
                                    

Karya: @Bulan_Lani


"Makan sama apa?"

Perempuan bernama lengkap Denok Damayanti itu tengah memeluk sang suami yang sedang melipat baju setumpukan gunung, tanpa dibantu olehnya. Denok yang sedang demam drama Korea, menolak untuk membantu melipat baju hanya untuk menonton secara maraton film berjudul The Penthouse Season 2.

Sebenarnya dia tidak begitu menyukai drakor, tetapi karena film series itu sedang viral dan 'katanya' mencapai rating tertinggi. Rasa penasaran yang mematahkan rasa tidak suka itu, membuat Denok memutuskan untuk menonton filmnya dari Season 1 terlebih dahulu. Agar jalan ceritanya dapat dipahami.

"Sayur sisa kemaren diangetin lagi aja, ya? Biar hemat duit juga. Gak masalah, 'kan?" tambah Denok.

"Iya. Gak bakalan bahaya juga kok. Soalnya kan disimpen di kulkas. Kalau gak ada kulkas, pasti udah basi."

"Oke."

Denok melepaskan pelukannya dan bergegas menghangatkan sayur di dapur. Sudah biasa bagi keluarga ENDEN (Enjang dan Denok) untuk menghangatkan makanan sisa. Selama makanan itu tidak berbahaya saat disantap, maka pencernaan mereka pun akan tetap baik-baik saja. Karena perut mereka sangat kuat, walaupun sudah sering memakan roti yang sudah lewat dari tanggal kadaluwarsa dan sedikit berjamur.

Sayur sudah dihangatkan. Denok menyajikan nasi di satu piring dengan porsi besar. Pasalnya, sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk makan sepiring berdua. Ini bukan karena mereka lebay, tetapi hal itu sudah menjadi tradisi yang harus dilaksanakan—minimal satu kali dalam sehari. Katanya, untuk menambah keharmonisan rumah tangga dan rasa cinta di antara mereka. Aye! Namun sebenarnya, hal itu merupakan kebiasaan bagus. Bila mana tidak melakukannya pada seharian itu, mereka pasti akan merasa sangat rindu.

Denok menyuruh Enjang, suaminya, untuk segera keluar dari kamar dan bersiap untuk makan. Kemudian Denok mempertaruhkan kesehatan Enjang dengan menyuruhnya untuk mencicipi sayur yang sudah dihangatkan tersebut. Takutnya, jika langsung disajikan pada nasi, sayur itu berubah rasa menjadi asam atau bahkan berlendir.

Memang pada dasarnya Enjang adalah tipikal suami idaman—yang penurut dan memperlakukan istrinya bak bidadari kayangan, dia pun rela melakukan itu demi Denok. Ini bukan karena Enjang bucin akan sosok Denok, melainkan memang begitulah sifatnya. Akibat belum memiliki anak, maka istri adalah prioritas utamanya.

Setelah dirasa, ternyata sayur tersebut tidak mengalami perubahan apapun. Kecuali tekstur dari wortel dan sayur kol yang semakin layu, akibat terlalu sering dihangatkan. Satu alasan bagi Denok tidak ingin membuang makanan adalah, selain menghemat uang, jika makanan tersebut masih layak dimakan, kenapa harus dibuang? Apalagi masih tersisa banyak. Begitu pendapatnya.

Seperti biasa, pada esok hari Denok mengantarkan Enjang berangkat kerja. Walaupun dia antar sampai halaman depan rumahnya, tetapi perasaan Denok tidak ingin berjauhan dengan suaminya itu. Sekali lagi, ini bukan karena Denok bucin pula terhadap Enjang. Melainkan, sifatnya yang selalu bergantung terhadap Enjang.

Jika diceritakan, salah satunya adalah setiap Denok ingin buang air ke toilet, dia selalu meminta suaminya untuk sekadar mengantar. Lalu dengan tegas Denok menyuruh suaminya menunggu di dekat pintu yang sengaja terbuka, agar Denok dapat mengetahui bahwa suaminya masih ada di sana. Pernah beberapa kali Denok menutup pintu toilet, dan setelah dia selesai, suaminya sudah kabur ke kamar. Hal itu membuat Denok memutuskan untuk tidak menutup pintu toilet lagi.

🍀🍀🍀

Terlihat Enjang sedang membereskan meja TV yang berantakan penuh dengan skincare dan alat make-up istrinya. Memang sudah menjadi kebiasaan bahwa di rumah berantakan, pasti Enjang yang membereskan. Denok mana mau? Namun hidayahnya, Denok tidak selalu menyerahkan semua pekerjaan kepada Enjang. Ada kalanya dia sadar dan bertobat dari rasa malas.

SOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang