"Selalu Di manfaatkan"
Karya: Bear
kehidupan sehari-hari ku tidak begitu menarik untuk di cerita kan, namun akan ku cerita kan meskipun itu sedikit membosankan. Di mulai dari bangun pagi-pagi membuat sarapan untuk keluarga, membereskan seisi rumah. Di saat sedang bersantai ria datang lah seseorang ingin meminya pertolongan dariku, sebenarnya malas menolongnya kenapa begitu karena terlalu sering dia sendiri punya keluarga kan.
" Teh kori, maaf deh tolong teleponin suami saya tolong kirimin uang 10 Juta" dengan arogan nya.
"nih" memberikan ponselku pada nya
dia pun menelepon suaminya dengan sombongnya dia berbicara sampai tak kenal waktu, Malam hari baru di kembalikan. Dan ketika ku cek pulsa ku habis padahal baru saja ku isi, aku cukup geram dengan kelakuan sok kaya nya itu. Kejadian ini terus menerus berulang sampai membuat ku muak.
" teh Ghina kan punya anak nih, kenapa gak ke anak teteh aja emang teteh kira saya tuh gudang pulsa! "
dengan marah dia pun membanting handphone ku dan meningkatkan dengan marah, aku hanya menatap hampa handphone ku serta mengambil terus melempar nya ke depan rumah nya. Beberapa hari berlalu, dia selalu menatap diriku dengan marah aku pun tidak memperdulikan nya.Tidak lama kemudian datang lah dua orang dari salah satu partai politik, yang meminta tolong untuk menjadikan diriku sebagai kader mereka.
"Pak kenapa gak anak saya aja sih, yang jadi kader kenapa dia? Anak saya kan lebih pinter dari si Jalang itu! " sambil menunjuk diriku
" Maaf ya Bu, Apa urusan Ibu! Dan di filter ya Bu kalo ngomong. "
'Rasakan, emang enak makanya kalo sekolah tuh bukan otak aja, tapi mulut juga di sekolahin' suara dalam hati sambil menahan tawaku. Teh Ghina pun meninggal rumah ku dengan geramnya.
"Teh ini!" sambil memberikan sebuah kotak
"Apa ini Pak? "
"Buka aja."
Aku pun membuka kotak tersebut dan teryata isi nya adalah handphone keluaran terbaru, suguh tidak terduga ini memang hal yang ku butuhkan saat ini.
"Makasih ya Pak!"
"Sama-sama,biar mudah bisa bermanfaat ya. Nanti saat Pemilihan tiba mohon bantuannya ya teh kori!"
sambil mengulurkan tangan aku pun menyambut uluran tangan tesebut. Hari Pemilihan tiba, Pagi -pagi sekali diriku sudah di sibukan dengan pangilan telepon yang tak kunjung berhenti untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Setelah Pemilihan selesai ternyata partai ku sangat unggul di banding kan dengan yang lain.
"Akh gak adil nih? " ucap perwakilan dari partai lain
"iya nih, jangan-jangan kamu curang ya? " sambil menunjuk padaku
"Lah!! bagaimana aku bisa curang kalian liat sendiri kan, Aku duduk si dekat kalian! "
"Sudah-sudah Pemilihan masih belum usai, Mari kita lanjutkan" ucap salah satu petugas TPU (tempat Pemilihan umum)
Pemilihan pun selesai, aku pun kembali kerumah untuk menghitung serta membuat laporan untuk di berika ke salah satu Perwakilan Partai. Pagi pun menyambut aku pun Bersiap-siap untuk bekerja di hari pertama, aku pun menitipkan hasil perhitungan kepada Ibu agar di berikan kepada Bapak partai. Setelah selesai bekerja aku pun pulang, saat pulang aku melihat ada yang jangal dengan keadaan rumah.
"Bu, ada apa? "
"Iiituu ri, hasil perhitungan punya kori di ambil? "
"Kok bisa?kan kori bilang jangan kasih siapapun kecuali Pak petugas partai nya?terus hasil perhitungan nya di Kasih sama siapa?"
"Pak Joko! kata nya pinjem buat di foto copy. "
Di saat aku ingin bertanya lagi, suara ketukan pintu menghentikan dan ku buka ternyata pak joko datang.
"Nih" menyerahkan hasil TPU milik ku "Gak berguna banget sih kamu? kenapa kamu tanda tangan duluan jadi saya kan tidak bisa mengcopy nya! "
"Lah,,, maaf-maaf nih Pak ini kan hasil kerja saya sendiri kenapa Bapak mau menjiplak nya. Dan lagi seharusnya saya yang marah bukan Bapak. "
"Dasar kau!!" ingin melayang kan pukulan
Namun Pak Riko menahan lengan pak Joko, dan mengambil kertas dari lengan pak Joko serta menyobek kertas tersebut.
"perbuatan yang Bapak lakukan saat ini bisa saya laporkan!"
"cih... Ini semua salah nya kenapa saya yang harus di laporkan hah! " menunjuk pada ku.
"Bapak gak bisa menyalahkan orang lain atas apa yang anda alami."
"Hak saya dong, poko nya ini salah dia!'
" Di mana salah saya Pak, Bapak sendiri yang menjiplak hasil perhitungan saya kan jangan seenaknya dong! "
Pak Joko pun pergi dengan perasaan jengkel, Pak Riko pun mengusap pundak ku agar diriku tenang. Setelah itu aku meberikan hasil perhitungan yang kubuat. Setelah Tiga hari berlalu Pak Riko pun kembali ke rumah ku, Beliau mengucapkan terimakasih atas bantuan selama ini. Dia pun memberikan sebuah amplop kepada ku sebagai tanda terima kasih sudah ku tolak dengan halus dia tetap memaksa akhirnya aku pun menerima nya. Setelah kepentingan Bapak Joko aku pin memberikan amplop tersebut kepada Ibu.
"Ri.....! "
"Iya Ibu. "
"Lihat ini" sambil menujukan beberapa lembar uang
"Waduh banyak banget Bu? ekmm sebaiknya Kori Sms Pak Joko deh"
''Pak ini beneran buat saya?saya kan gak bantu banyak?''
''Iya itu untuk Kamu, Saya sangat menghargai kejujuranmu''
"Terima kasih ya Pak? "
"iya sama-sama, Semoga bermanfaat ya. "
"iya Pak. "
"Ibu buat ibu aja, buat berobat Bapak sama buat belaja sehari-hari. "
"Buat Kori bagaimana?"
"Nanti Kori kan gajian."
"Makasih ya Ri."
"Sama-sama Bu."
Keesokan harinya, Semua tetangga ku menatap ku dengan jijik seolah-olah diriku ini sampah yang menjijikkan. Ini sudah menjadi pemandangan yang biasa yang Aku alami. Orang tua ku selalu menjadi penguat di kala mereka menjelek-jelek kan diriku, terkadang bosan selalu menjadi gunjingan tetangga. Padahal mereka selalu memanfaatkan aku, namun diriku selalu saja di pandang rendah oleh mereka.
"Liat tuh, prawan tua selalu gunta-ganti laki-laki duh ya hati-hati dia tuh ups!"
"Duh Bu! kok mulut nya gak di pilter sih! Bu apa yang Ibu lihat belum tentu benar, dan apa yang Ibu Nilai belum tentu juga kebenarannya. Sebagai manusia kita tak perlu sengol sana sini, mening Rukun."
Seketika dia diam membisu, dia pun pergi tanpa permisi. Aku pun masuk ke dalam rumah melakukan aktivitas seperti biasa dilakukan kebanyakan orang. Beberapa hari kemudian Teh Ghina dan Pak Joko minta maaf atas perbuatan dan perkataan nya kepada ku. Sebagai manusia kita harus memaafkan meskipun itu menyakitkan, Bagaimanapun perbuatan orang lain terhadap kita harus berlapang dada untuk memaafkan dan memberikan kesempatan ke dua dan lihat bagaimana orang tersebut berubah menjadi lebih Baik dari sebelumnya.