Pahlawanku Kembali
Karya: Destria Putri
Senandung sholawat terdengar dari mulut seorang gadis. Terlihat dari raut wajahnya, ia sedang bahagia. Bagaimana tidak?
Mamanya akan tiba beberapa jam lagi. Hari ini adalah hari kunjungan di Pondok Pesantren Al-Hikmah. Setelah tiga bulan di Pondok Pesantren, baru di perbolehkan di kunjungi orang tua. Kalian tahu atau tidak, apa yang dia tunggu-tunggu selain kedatangan orang tuanya?
Uang dan makanan favoritenya, tempe sagu. Makanan yang terbuat dari kedelai fermentasi adalah favoritnya. Mungkin, telah menjadi makanan yang harus ada setiap harinya. Entah, sejak kapan gadis itu menyukai tempe sagu.
"Kira-kira Mama ke sini jam berapa, ya?"
"Aduh, sudah enggak sabar, nih," celetuknya.
Sembari menunggu Mamanya datang, ia mengobrol dengan teman-teman sekamarnya.
"Ra, aku nanti minta jajan dari Mamamu, ya,"
"Aku juga mau,"
"Aku juga,"
"Iya, beres,"
Mereka mengobrol tanpa kehabisan topik. Dari jajan sampai sekolah dibahas, bahkan Pak Anang yang jualan bakso sore-sore pun ikut menjadi topik mereka.
Hari ini mereka bebas kegiatan. Hanya hari ini saja, sebab hari kunjungan. Sekolah juga ikut libur. Hari istimewanya anak pondok.
Jika izin keluar pun boleh, asal tidak melebihi waktu yang ditetapkan oleh pengurus pondok, tentunya dengan izin Pak Mizan, Ketua Kemanan Pondok.
***
Rara membuka jendela kamarnya dan menyelipkan rambut yang keluar dari hijab, karena terkena angin sore. Rara telah lama menunggu kedatangan Mamanya, tetapi apa? Mamanya sampai sekarang belum ada tanda-tanda kedatangan.
Muka Rara yang semula ceria berubah menjadi murung. Ia sangat kesal pada Mamanya, di hari kunjungan tidak menjenguknya. Uang saku yang di beri 3 bulan yang lalu mulai menipis dan tanpa bertambah sepeser pun. Entah, bagaimana keperluannya empat hari lagi. Bolpoin tujuh warna yang ia beli bulan lalu tinggal tersisa sedikit tintanya.
Ia bingung harus bagaimana. Apakah ia akan pinjam uang ke temannya?
***
Maaf, Nak. Mama tidak bisa mengunjungimu hari ini.
Hari yang cukup melelahkan bagi Dyna--Mama Rara. Hari ini penyakit yang diderita selama 4 tahun kembali kambuh. Ya, Dyna mempunyai penyakit jantung dan sering kambuh. Selama ini Dyna bolak-balik masuk rumah sakit karena penyakitnya. Seharusnya, dia tidak boleh kelelahan, tetapi bagaimana lagi? Dia menjadi tulang punggung keluarga. Suaminya menghilang belasan tahun yang lalu.
Waktu itu...
Telephone yang tergeletak di meja berbunyi. Terlihat panggilan dari sosok yang sangat di sayanginya.
"Sayang, tunggu aku di rumah, ya. Aku sebentar lagi pulang," Suara dari Alex.
"Iya, Pa. Jangan lama-lama, ya, pulangnya. Dynar dari tadi tanya Papa di mana,"
"Iya, Ma. Lima belas menit lagi Papa sampai di rumah. As-salamu'alaikum,"
"Wa'alaikumus-salam,"
Dyna, Rara, dan Alif--Kakak Rara, menunggu kedatangan Alex di depan TV. Sambil menunggu, mereka berbincang ringan mengenai sekolah Dynar dan Alif. Dynar dan Alif terpaut usia tiga tahun. Alif ketika itu sudah memasuki dunia perkuliahan, karena IQ di atas rata-rata, menurun dari Alex. Alif masuk kelas akselerasi, yang di mana di kelas itu kelas dipercepat dalam hal waktu dan kurikulum pembelajaran. Jadi, ketika SD 4 tahun, SMP 2 tahun, dan SMA 2 tahun. Tidak semua orang bisa masuk kelas akselerasi, hanya anak-anak yang nilainya di atas KKM dan stabil, juga anak itu harus melalui 2 semester percobaan kelas akselerasi. Jika gagal, akan dikembalikan ke kelas biasa.