Waktu kuliah, aku lebih memilih untuk berjalan kaki karena selain untuk berhemat, itung-itung olahraga supaya badan lebih sehat. Kata teman-teman tempat kos aku jauh dengan kampus, iya memang jauh, tapi aku lebih memilih untuk berjalan kaki saja karena ketika aku naik angkot saja, aku harus jalan sedikut ke perempatan karena jalannya satu arah.
"Enggak capek di kelas?" tanya temanku yang merasa heran dengan pilihanku.
"Capek iya, tapi tanggung, lumayan hemat 2 ribu." Aku menjelaskan sekedarnya.
"Ya ampun sehat ya." Temanku tertawa tipis.
Jalan kaki ada nyaman dan tidaknya, sama saja dengan naik angkot. Tempat pejalan kaki di tempat-tempat yang sangat ramai, sungguh tidak ramah dengan pejalan kaki. Awal ketika di buat jalan, sudah dibuatkan trotoar untuk pejalan kaki supaya pejalan kaki nyaman. Pada kenyataannya? Trotoar dipakai untuk kendaraan-kendaraan yang sedang parkir. Kalau seandainya mereka parkir dengan rapih sesuai dengan aturan yang berlaku, pejalan kaki juga bisa menggunakan trotoar.
Senang karena tidak ada yang parkir sembarangan, bukannya ada trotoar malah got yang lubangnya gede banget, "Ya itu mah sama aja kaya enggak ada trotoar." Salah satu masalah pejalan kaki di jalanan.
Musuh pejalan kaki adalah :
1. Kendaraan yang parkir di trotoar,
2. Angkot yang ngetem atau tiba-tiba nurunin penumpang,
3. Genangan air,
dan masih banyak lagi.
Kalau lagi jalan saat gerimis atau setelah hujan gede, sebagai pejalan kaki lebih memperhatikan genangan air karena tidak mau kakinya kena genangan air dan bajunya kecipratan air genangan. Lagi asyik-asyik jalan sambil memperhatikan genangan di jalan, tiba-tiba mobil jalan dengan kencanganya dan ban mobil mengenai genagan air yang besar, baju langsung kecipratan. Mau marah, tapi mobil tadi ngebut banget. Pengemudi kendaraan mana tahu kalau genangan yang diinjak oleh ban mobil bakal menghasilkan cipratan yang sangat banyak.
Pejalan kaki, kamu harus kuat hadapat permasalahan di jalan raya yanga snagat rumit dan menyebalkan ini." kata batinku setiap aku berjalan.
Terkadang, ketika sebuah jalan tidak mempunyai trotoar, pejalan kaki berusaha untuk berjalan mendekati toko-toko yang berdiri di sekitar trotoar.
"Mana peraturan pemerintah yang melarang pedagang untuk berjualan di trotoar? Pada kenyataannya banyak sekali toko-toko yang tetap dibuka,, tidak peduli lagi dengan peraturan yang ditetapkan. Malah ada beberapa toko yang membuat trotoar menjadi teras rukonya karena rukonya terlalu sempit. Ketika pejalan kaki berjalan di teras, tidak ditegur memang dengan penilik toko, tetapi tetap diberikan tatapan sini. Bukankah itu termasuk jalur umum?"
Lagi jalan, tiba-tiba dari belakang di klason mobil, "Mohon maaf, saya sudah jalan jauh dari trotoar, tetap di klakson sama pengendara mobil."
Ada egoisnya juga antara pejalan kaki dan pengemudi kendaraan. Pejalan kaki sudah tahu bentuk jalan raya di Indonesia terkenal dengan tidak ramah dengan pejalan kaki, untuk keselamatan diri sendiri lebih baik mepet-mepet ke toko yang berada di pinggir jalan, genangan air, atau bahkan ke gotyang lubangnya sangat besar. Karena apa? Terkadang beberapa pengemudi dia tidak peduli apakah ada pejalan kaki atau tidak di pinggir jalan. Ketika jalanan sedang sepi, pengemudi kendaran otomatis menaikkan kecepatannya dan terkadang keasyikan kencang, mereka lupa untuk menurunkan kecepatannya.
Boleh memang begitu? Oh, tentu saja tidak boleh. Selain membahayakan pejalan kaki bahaya jugs pagi pengemudi dan kendaraan yang lain. Tetapi, ya begitulah kenyataannya. Lebih baik, pejalan kaki lebih berhati-hati demi keselamatan dirinya sendiri.
Baik pejalan kaki maupun pemilik toko dan pengemudi memang tidak bisa disalahkan. Yang terpenting baik pejalan kaki, pemilik toko, dan pengemudi sama-sama saling menghormati dan mengetahui hak-hak dari masing-saing ketika sedang berada di jalan raya.
Salah satu yang masih sampai sekarang menjadi masalah yang sangat meresahkan bagi pejalan kaki, khususnya wanita adalah _catcall_ yang membuat mereka akhirnya menjadi takut dan trauma.
"Neng, abis dari mana?"
"Sini dulu dong neng."
"Neng, itu duitnya jatoh... bercanda."
Sering kali ketika perempuan sedang berjalan sendirian di pagi, siang, malam dengan pakaian dari yang sopan maupun yang tidak sopan diganggu oleh segerombolan orang yang punya niat jahat. Mereka memilih berjalan kaki, untuk mengemat uang atau karna jaraknya dekat. Tetapi, di lain sisi mereka tidak nyaman dengan _catcall_ di jalan-jalan.
Perempuan tidak boleh lemah, harus mandiri, itu mungkin dua kalimat yang ditanamkan di dalam diri mereka sendiri. Tetapi dengan adanya isu _catcall_ dan kejahatan lainnya, mereka jadi takut untuk melakukan hal-hal yang ingin mereka lakukan. Karena kejadian itu, mereka bisa saja menjadi depresi dan panik ketika merek berada di jalan raya.
Isu _catcall_ ini menjadi isu yang sangat hangat dibicarakan oleh masyarakat, khususnya perempuan karena membuat mereka tidak bisa beraktivitas sebagaimana mestinya. Mereka yang harus keluar membeli bahan makanan, membeli kebituhan rumah, menjadi tidak bisa karena isu yang menghantuinya.
Aku tidak tahu, apakah pedagang yang punya warung di jalan tempat nongkrongnya preman jalanan bekerja sama untuk menggoda perempuan yang sedang berjalan karena pura-pura tidak tahu? Atau itu murni dari keisengam preman jalanan untuk membuat dia bahagia? Aku tidak tahu.
Banyaknya kasus yang entah saya tidak tahu apakah sudah ditangani oleh pihak yang berwajib atau belum, tapi itu masih menjadi suasana yang sangat menakutkan dan terus-terus menghantui para wanita.
Isu _catcall_ ini bisa di dihilangkan ketika preman jalanan sudah tidak ada. Atau lenih baik, mereka membantu orang yang sedang menyebrang, karena itu merupakan hal yang sangat sulit dan menakutkan yang harus dihadapi oleh pejalan kaki. Dari sekian banyaknya pengemudi, hanya sedikit pengemudi yang benad-benar mengerti pejalan kaki.
Jalan trotoar, _catcall_, dan menyebrang, adalah tiga hal terpenting yang harus dihadapi oleh pejalanan kaki, bisa dikatakan musuhnya pejalan kaki. Setiap pejalan kaki yang sudah terbiasa, mereka cenderung santai menghadapinnya. Bukan santai yang menyepelekan, namun ketika dia akan marah, dia akan mempertimbangkan apakah masalah ini menguntungkan bagi pengguna pejalan kaki atau tidak.
Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak juga masyarakat Indonesia lebih milih berjalan kaki dengan alasan dekat, boros-boros bensin, dan menghemat uang. Mereka tetap menyikapinya dengan santai karena mereka yakin, mereka bisa mengatasinya sendiri, dan ketika mereka kesusahan, mereka baru mencari pertolongan kepada warga sekitar, pejalan kaki lain, maupun melapor ke pihak yang berwajib.
Pejalan kaki banyak resikonya? Pengendara mobil dan motor juga banyak resikonya. Semuanya punya banyak resikonya. Sekarang, tinggal diri sendirilah yang memilih sesuai dengan kekuatan yang dimilikinya.
Semua yang dilakukan di dunia ini, ada baik dan buruknya. Manusia memilih mana yang akan dia pilih dan mana yang akan dia hindari.
★★★★
*BIONARASI*
Kenalin sama Saffa Hanjung perempuan pencinta Hello Kitty yang tinggal di Kabupaten Bogor, tapi jauh banget dari kota Bogor. Bisa dibaca karya Saffa Hanjung lainnya di Instagram @saffahanjung dan di blog pribadi https://saffahanjung.home.blog/