My Day is Hariku

78 6 45
                                    

Karya : A.D. Antara (Si Cipu)

Wp : @SiCipuOTR

Kukuruyuuuk ... gukgukguk ...

Suara ayam yang aneh. Aku masih diam tak merubah posisiku dan mendengar suara ayam yang aneh itu lagi. Aku berusaha mengabaikannya tapi suara itu terus saja terulang. Sampai akhirnya aku ingat.

"Oh, alarm yah."

Dengan berat aku membuka mataku dan meraih HP Samsung J2 Prime di sebelahku. Aku menekan tombol on di sisi kanan HP dan mematikan alarmnya. Terlihat foto gadis rambut sebahu yang memakai jaket Fang Joker dan sebuah headphone Logitech G331 yang menggantung di lehernya. Iya, itu aku.

Setelah itu, aku letakkan kembali HP-ku dan melanjutkan tidurku ... tunggu! Jam berapa ini? Kuambil lagi HP-ku dan melihat secara seksama jam yang tertera di layar.

"Jam 9."

Entah kenapa malam terasa begitu cepat. Dengan sekuat tenaga, aku berusaha bangkit dari kasur. Melawan besarnya gravitasi yang ada di sini. Kasur ini seakan-akan berbisik kepadaku:

"Jangan tinggalkan aku."

Itu hanyalah sebuah suara di kepalaku. Malas sekali rasanya harus bangun sepagi ini. Aku berdiri dan berjalan keluar kamar sambil membawa handuk. Lalu aku berjalan menuruni tangga dan sampai di lantai bawah.

"Selamat siang, Reni," sapa seorang ibu berusia empat puluh enam tahun yang sedang duduk di sofa depan Tv sambil menikmati biskuit dan kopi yang tersedia di meja depannya.

Reni, iya, itu namaku. Seorang gadis lulusan SMA tahun 2017 dan sekarang sudah tahun 2019. Sudah dua tahun semenjak aku lulus. Bisa dibilang, aku lulus di usia muda. Gara-gara aku masuk SD terlalu cepat.

"Selamat pagi, Bu Firda," sapaku dengan wajah khas bangun tidurku.

"Tumben hari Minggu bangunnya cepet. Ada rencana?" tanya Bu Firda.

"Hmm ...." Aku berusaha mengingat dengan keadaan yang masih setengah sadar, kira-kira ada kegiatan apa hari ini. "Oh iya, ada event jam 10 nanti."

"Oh pantes. Rasanya kayak ada gempa bumi aja kalau liat kamu bangun jam segini," ucapnya sambil memakan biskuit yang dia celupkan ke kopi.

"Makasih pujiannya," ucapku sambil menggaruk-garuk rambutku sendiri. "Aku mandi dulu, Bu. Rambutku sudah gatal."

"Iya sana mandi."

"Oh iya, ngomong-ngomong yang lain pada kemana, Bu? Tumben hari Minggu sepi?" tanyaku sebelum masuk kamar mandi.

"Mereka buru-buru keluar." Aku memasang wajah penasaran. "Soalnya tadi pagi, Lintang masuk ke dapur," lanjut Bu Firda.

"Oh ...." Aku hendak melanjutkan langkahku ke kamar mandi. "Innalillahi." Seketika aku menyadari sesuatu.

"Siapa yang meninggal Ren?" tanya seorang gadis yang suaranya terdengar dari arah dapur. Aku menengok ke arah pintu dapur yang hanya tertutup kain.

"Eh, Lintang."

Gadis bernama Lintang ini menghampiriku sambil membawa sepiring ... nasi hitam?

"Belum sarapan kan? Gue bikin nasi goreng nih. Tak campur sama mie instan juga biar agak banyak." Lintang menyodorkan piring yang dia bawa.

"Ranjau."

"Apa Ren?"

"Eh, eee ... ran-ranjang, iya ranjang. Sampo gue ketinggalan di ranjang. Gue mau keramas, udah gatel rambut gue." Aku langsung melangkah kearah tangga, tapi Lintang menahanku.

SOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang