Bab Tak Berjudul 40

6 1 12
                                    

Pahlawan Kesorean

Karya: Zidna

Sore ini, Natha baru saja pulang dari sekolahnya. Ia lebih memilih berjalan kaki dibanding naik angkutan umum. Karena memang jarak rumahnya yang tidak terlalu jauh dari sekolah, lagipula mau naik angkutan umum pun menurut ia memboroskan. "Mendingan uangnya kupakai buat beli jajan." Katanya.

Ia berjalan sendirian, melewati setiap jalan yang harus ia lewati. Sambil memakan permen kapas yang tadi ia beli di koperasi sekolah.

Saat ini ia sedang berjalan dibawah kolong jembatan. Ia membuang sampah bekas permen kapasnya ke sembarang tempat. Seakan tak merasa bersalah, ia lanjut jalan saja.

Saat sedang asyik-asyiknya berjalan, tiba-tiba dari arah samping ada seorang pria yang mencengkeram pergelangan tangannya.

"Eh neng cantik, baru pulang sekolah ya neng," katanya.

Ia bungkam. Ia tak bisa mengelak. Ia benar-benar takut. Dari tatapannya saja, sudah bisa diartikan. Nampaknya pria tersebut memiliki niat jahat padanya.

"Kenapa diam?" Tanya pria itu seraya membelai pipinya. Ia sangat takut, makin takut. Ia tak tau harus berbuat apa.

Saat ia sedang mencoba untuk memberontak, pria tersebut justru semakin erat mencengkeram pergelangannya. Hingga ia didorong paksa mentok tembok kolong jembatan itu.

Ia hanya bisa pasrah saat pria tersebut bergerak makin menjadi-jadi ditubuhnya. Pria itu makin gencar melakukan pelecahan ditubuhnya.

Dicium lah lehernya, dibelai lah pipinya, digigit pula telinganya.

Saat pria itu sedang mencoba untuk membuka satu persatu kancing baju yang Natha gunakan, tiba-tiba.

Bugh..

Ada seorang pria bermasker yang memukul pria tersebut dengan keras hingga menimbulkan suara. Bugh bugh bugh. Tiga pukulan keras dimukanya. Bugh bugh. Dua tonjokan lagi di perutnya.

Pria bermasker tersebut segera menghampiri Natha yang sedang terkulai lemas akibat bantingan yang tak sengaja pada dirinya.

Dipancing lah dirinya untuk segera bangkit. Dibenarkan lah bajunya yang tadi sudah lusuh, dan diberikannya jaket untuk menutupi dirinya.

Natha benar-benar berterimakasih pada pria bermasker itu. Tanpa dia, mungkin saat ini Natha sudah tidak baik-baik saja.

Jangan tanyakan dimana pria jahat itu berada. Dia sudah pergi kabur. Mukanya bonyok, mungkin dia ga mau tambah bonyok lagi. Makanya kabur tanpa pamitan.

"Makasih ya kamu udah mau nolongin aku. Kalo gaada kamu, aku gatau saat ini udah jadi kek gimana," ucap Natha pada seseorang yang membantunya.

"Eh iya, gapapa atuh santai aja. Kamu gapapa kan? Ada yang luka?" jawab si penolong.

"Gaada kok. Aku baik-baik aja. Cuma agak takut aja, hehe... Oh iya, btw kenalin, nama aku Natha," kata Natha sambil menjulurkan tangannya.

Diterima lah juluran tangannya, dan disaat yang bersamaan dia membuka maskernya. Disitulah Natha mulai terkagum saat mengetahui siapa yang telah menolongnya.

"A-a-andi?" tanya Natha terbata-bata. Dia benar-benar tak percaya, pria yang telah menolongnya itu seseorang yang selalu ia rindukan.

"Iya, aku Andi. Kenapa?" sahut Andi.

"Aku pikir kamu ga akan balik lagi kesini. Kamu udah nyaman ditempat barumu. Kamu udah lupain aku, dan kita ga akan ketemu lagi," air matanya mulai merembes mili.

"Hmmm... Maafin aku ya, dulu aku egois banget. Aku salah ambil keputusan. Harusnya aku ga ninggalin kamu. Asal kamu tau, disana aku ga punya siapa-siapa. Cuma kamu, teman aku yang paling setia. Sekali lagi, maafin aku ya," Andi benar-benar menyesali atas apa yang telah ia perbuat pada Natha. Ia meninggalkan Natha hanya karena sesuatu yang saat ini menurutnya benar-benar tidak penting.

"Kamu menyesal saat ini? Buat apa? Ga ada gunanya, Ndi. Yang sudah berlalu, biarkan saja berlalu. Yang penting sekarang, dan seterusnya kamu tetap jadi teman aku. Kiss,"

Gtu. Aslinya mau bikin yang anu nilai yang jeblok. Tapi bngung kata-katanya gimana. Jadi aku lanjutin aja cerita yang itu. Ahaha

SOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang