Bismillahirrahmanirrahim.
Updated on: Jum'at, 09 April 2021.
Maaf baru update lagi☺️
Yuk pencet dulu bintangnya🌟Selamat membaca cerita Cause You Never Care💛
9. Bahagia Bersama Aditya
Menikah bukan tentang sekedar menjaga diri dari zina, apalagi beranggapan hanya untuk seks semata, tapi pernikahan adalah tentang perjalanan menuju surga. Bekal perjalanan itu bukan sempurna fisik, tapi hati dan akhlak yang baik.
⚫⚪⚫
"Jadi ..." Liam menjeda ucapan. Kemudian, menatap kedua putranya dengan tatapan bertanya. "Kalian mau gimana?""Lio mau Aditya cerai sama Alya, Pa. Alya seharusnya jadi istrinya Lio, bukan Aditya." Sulung Hartigan menjawab tegas. Kilat matanya menunjukkan keinginan yang besar.
"Kata seharusnya hanya ganti kata pengandaian. Kenyataannya takdir membawa ke sisi yang berbeda, kan, Lio?" balas pemilik utama Hartigan Company membuat sang putra kembali bungkam.
Sedangkan, Aditya masih diam dengan kepala menunduk. Dia mengaku salah atas perbuatan nekat yang dia lakukan pada saudaranya, tapi dia tidak pernah berpikir jika ini akhir dari rencana yang sudah dia persiapkan dari sebulan sebelum pernikahan. Namun, mendengar permintaan Adelio entah kenapa hatinya sedikit tidak ikhlas. Apalagi dari semalam hingga tadi pagi, gadis bermata cokelat muda tersebut tidak memandangnya atau berbicara melalui pesan singkat. Alya berubah dingin, membeku, hingga tidak tersentuh.
"Aditya, kamu mau bagaimana?" Hingga suara Liam membuat si bungsu mengangkat kepala.
"Gak tau." Jawaban Aditya membuat Adelio berdecih.
"Papa kecewa. Bener-bener kecewa sama kamu Aditya." Pria berusia kepala lima itu menyandarkan punggungnya ke belakang. Menatap putra terkecilnya dengan mata berkaca. "Papa gak pernah ngajarin kamu buat mandang remeh terhadap kekurangan fisik orang lain, apalagi berlaku tidak adil seperti ini. Setiap orang punya pandangan berbeda, Aditya. Mungkin di matamu Alya memang tidak pantas, tapi di mata Adelio, gadis itu sangat berkualitas. Papa, Mama, dan semua keluarga besar Hartigan tidak menolak sama sekali pernikahan Adelio dan Alya. Kamu tau kenapa?"
Aditya menggeleng.
"Karena ada penilaian yang jauh lebih penting dari sekedar indah di pandangan mata, yaitu hati dan karakter si wanita. Menikah bukan tentang sekedar menjaga diri dari zina, apalagi beranggapan hanya untuk seks semata, tapi pernikahan adalah tentang perjalanan menuju surga. Bekal perjalanan itu bukan tentang sempurna fisik, tapi hati dan akhlak yang baik. Mungkin kamu memang tidak mendapat didikan agama yang lebih dari pada Adelio, tapi itu keinginanmu, bukan? Mana janjimu, Aditya?"
Tidak ada balasan apa pun yang diucapkan sang putra. Laki-laki dua puluh empat tahun itu kembali menundukkan kepala. Dia tau meskipun dari luar Hartigan seperti keluarga modern pada umumnya, begitu melimpah harta, dan juga memiliki banyak kuasa. Namun, peraturan mengenai agama adalah hal yang ketat. Setiap keturunan keluarga besar Hartigan wajib mondok selama satu sampai dua tahun setelah menyelesaikan sekolah, setelahnya baru boleh melanjutkan ke universitas dalam negeri atau pun luar negeri.
Dan Aditya menjadi keturunan pertama yang tidak mengikuti aturan tersebut. Aditya memilih langsung melanjutkan ke sekolah seni dan teater dengan syarat bahwa dirinya akan belajar mandiri dan tetap menghafal Al-Qur'an meskipun tidak dibimbing secara langsung oleh guru. Dia memang menyelesaikan hafalan Al-Qur'an hingga 30 juz di usia dua puluh tahun, tapi untuk mengamalkan, mungkin tidak dia lakukan. Hafalan yang dia punya hanya untuk bisa mewujudkan impian menjadi selebriti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear A [Cause You Never Care] (END)
Spiritual"Jika kehadiranku menjadi beban untukmu, apa kepergianku akan menjadi sumber bahagiamu?" - Alya Jihan Najah - ⚫⚪⚫ Selama ini Alya selalu menerima bagaimana buruknya sikap Aditya. Ucapan kasar suaminya selalu coba dia terima dengan lapang dada. Bahk...