Bismillahirrahmanirrahim.
Updated on: Rabu, 02 Februari 2022.
Menjelang ending banget, yang sider gak menunjukkan diri? Hehe.
43. Luka, Hikmah, dan Jatuh Cinta
"Kak Vara! Kak Vara!"
Suara anak kecil itu terdengar jelas memanggil Abelia kecil yang sedang belajar menghitung di ruang tengah bersama si sulung. Abelia menghentikan kegiatannya, menoleh ke samping kiri dimana Alya berada.
"Mau lolipop?" tawarnya lucu sambil menyodorkan sebuah permen.
Abelia menggeleng kecil membuat Alya berteriak kesenangan. Dia tahu bahwa sang adik hanya sekadar basa-basi karena dipaksa oleh ibunya untuk berbagi. Setelah mendapatkan anggukan dari Anindya yang mengawasi dari jauh, Alya menyimpan dua permen untuk dirinya sendiri. Kemudian, berlari menuju ruangan bermain.
"Kamu gak suka permen, Dik?" tanya Ainara penasaran sebab Abelia selalu menolak di saat diberi permen oleh siapapun.
"Aku lebih suka liat Alya senyum. Manis."
Dan kini setelah sekian lama mereka berpisah, Abelia kembali bisa menatap gadis kecil yang dulu selalu menawarinya permen. Alya berjalan dibantu oleh Aditya hingga kini mereka berdekatan. Abelia menjauhkan punggungnya dari sandaran ranjang dan duduk dengan tegap. Matanya memandang Alya yang juga melihatnya. Detik berikutnya, dia mengulurkan tangan, meraih jemari Alya untuk ditarik ke arahnya.
"Alya."
Keduanya berpelukan dengan erat diiringi isakan kecil Abelia. Aditya yang melihat itu memberi jarak dan berdiri lebih jauh. Ainara, Jimmy, dan kedua mertua Aditya yang baru saja masuk ikut berdiri di sampingnya.
"Aku kakakmu, Alya." Abelia mengatakan itu dengan nada bergetar. Dia merasakan Alya mengangguk. "Permenku yang manis," lanjut Abelia membuat Ainara yang ikut mendengarkan tertawa geli.
Permen? Perumpamaan yang aneh.
Abelia melepaskan pelukannya, lalu menghapus air mata yang membasahi pipi sang adik. Gadis itu terisak begitu melihat Alya meminta pulpen dan kertas dari Aditya, lalu menulis di sana. Dia menerima di saat kertas itu diberikan padanya. Namun, Abelia tidak membacanya melainkan menyimpan kertas itu di atas kasur dan memfokuskan perhatian pada sang adik.
"Aku minta maaf karena merebut suaramu," ujar Abelia pilu.
Selain karena Ainara yang memintanya menjauh dari Alya, jujur dia sendiri pun merasa malu ketika bertemu dengan bungsu Yudawiguna. Setiap kali dia memikirkan bahwa penyebab utama Alya menjadi tunawicara adalah dirinya mampu membuat nyali Abelia menciut. Bayangkan saja, dia menjadi selebriti, sosok yang dikenal banyak orang. Bersosialisasi dengan siapa saja, bahkan Tuhan memberinya bakat di dunia tarik suara, tetapi sang adik mengubur setiap mimpinya dengan mendekam di dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear A [Cause You Never Care] (END)
Spiritual"Jika kehadiranku menjadi beban untukmu, apa kepergianku akan menjadi sumber bahagiamu?" - Alya Jihan Najah - ⚫⚪⚫ Selama ini Alya selalu menerima bagaimana buruknya sikap Aditya. Ucapan kasar suaminya selalu coba dia terima dengan lapang dada. Bahk...