Bismillahirrahmanirrahim.
Updated on: Ahad, 23 Januari 2022.
42. Aku Merindukanmu
Tidak dapat ditutupi dari media, kabar kematian Abelia Zanovara mampu membuat pihak agensi dan penggemar terkejut. Belum berhenti di sana, status keluarga Abelia yang dulu perempuan itu katakan sebagai anak yatim piatu ternyata justru berbanding terbalik. Abelia adalah putri dari seorang pengusaha ternama di Indonesia membuat berita tentang hal ini menjadi viral. Pagi ini jenazah Abelia akan dimakamkan, banyak orang yang sudah mendatangi kediaman Yudawiguna untuk menunjukkan bela sungkawa.
Selebriti, wartawan, dan juga beberapa pemilik agensi turut datang. Namun, hanya ada beberapa orang yang dibiarkan masuk dan atas perintah dari Nanta Yudawiguna tidak ada yang boleh mengaktifkan kamera untuk meliput sampai Abelia dimakamkan. Jadi, semuanya yang datang benar-benar bentuk kepedulian bukan sekedar mencari berita. Di dalam rumah Yudawiguna terdengar jelas tangisan Anindya. Ibu kandung Abelia tersebut menangis terisak sembari terus memeluk tubuh Abelia yang sudah dikafani. Ainara di sampingnya hanya diam, membiarkan air matanya yang berbicara bagaimana terlukanya dia sebagai kakak.
Sedangkan Alya sama sekali tidak terlepas dari pelukan Aditya. Fisik wanita itu terlalu lemah dan mudah pingsan, dia terus menangis tanpa henti. Alya sendiri duduk di sisi lain Abelia, menatap wajah pucat sang kakak dengan pilu. Nanta duduk di dekat putri bungsunya, sedang membacakan Yasin untuk Abelia. Sementara Jimmy mengurus mobil yang akan membawa adik iparnya menuju peristirahatan terakhir.
"Mohon maaf, Pak Nanta. Sudah saatnya Nak Abelia kita makamkan." Suara dari seorang pria yang sudah membawa keranda membuat Nanta tersentak.
Pria itu tersenyum, lalu mengangguk. Namun, dia tidak bisa berbohong karena air matanya jatuh begitu saja. Untuk yang terakhir, dia mendekatkan wajahnya ke kening Abelia. Mengecup kening putri keduanya dengan hangat.
"Maafkan Ayah, Sayang," bisiknya sendu.
Setelah itu, Nanta berdiri. Begitu juga dengan Anindya yang dibantu oleh menantu dari anak pertamanya. Aditya pun memegang lengan istrinya agar Alya bisa bangkit. Hanya Ainara yang masih duduk di sana, menggenggam kain selimut Abelia.
"Nara Sayang, berdiri, Nak." Anindya menegur.
"Adikku, Bu." Tangis Ainara pecah. "Setelah ini siapa lagi yang akan aku marahi? Aku gak bisa lihat wajahnya, gak bisa bikin dia kesel. Aku gak akan lihat dia senyum lagi, lihat dia syuting film atau jadi model. Aku gak bisa dengar suaranya manggil aku dengan sebutan kakak. Kali ini, apa aku harus mengunjungi dia ke makam? Aku gak kuat, Bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear A [Cause You Never Care] (END)
Spiritual"Jika kehadiranku menjadi beban untukmu, apa kepergianku akan menjadi sumber bahagiamu?" - Alya Jihan Najah - ⚫⚪⚫ Selama ini Alya selalu menerima bagaimana buruknya sikap Aditya. Ucapan kasar suaminya selalu coba dia terima dengan lapang dada. Bahk...