Bismillahirrahmanirrahim.
Updated on: Jum'at, 01 April 2022
46. Dia Istriku [2]
Dulu, Alya mengira bahwa tidak akan ada laki-laki yang lebih baik dari Adelio Agam Hartigan. Laki-laki yang menariknya dari jurang penuh keraguan menuju tempat yang membuatnya menjadi lebih percaya diri. Adelio mencintainya dengan cara yang baik, menjaga perasaan itu tetap pada garisnya. Namun, semua kebaikan Adelio tetap tidak bisa selalu tertuju padanya. Mimpi, harapan, dan masa depan yang mereka rencanakan justru berantakan. Namun, bertemu dan menikah dengan Aditya tidak seburuk yang pertama kali dia pikirkan. Setidaknya hari ini Alya mengakui bahwa Aditya Tirta Hartigan adalah laki-laki terbaik pilihan Tuhan untuk bersanding dengannya.
"Istrimu sangat cantik, Adit. Kenapa menyembunyikannya? Apa ini perjodohan dan kamu tidak mencintainya?"
Pertanyaan lanjutan itu membuat Aditya terdiam sejenak. Semua orang terlihat menunggu jawaban laki-laki itu.
"Saya laki-laki pengecut." Jawaban Aditya membuat tatapan Alya berubah sendu. "Tuhan mempertemukan kami dalam keadaan yang buruk, kami—ah tidak, hanya saya. Saya membenci takdir itu dengan berbagai alasan konyol. Saya mendorong dia pergi menggunakan banyak cara, salah satunya membuat drama palsu bersama Abelia. Namun, akhirnya saya sadar bahwa saya tidak bisa menolak takdir. Dia perempuan baik, sangat tulus, dan yang pasti dia selalu menerima saya apa adanya. Tidak pernah memaksa saya meninggalkan apa yang saya sukai atau menekan saya mencintai sesuatu untuk disukai. Dia hanya Alya, selalu menurut dan berkata 'iya' untuk semu hal yang saya katakan. Hanya satu kali dia mengatakan 'tidak' yaitu ketika saya memintanya untuk pergi menjauh.
"Dulu, ada seseorang yang mengatakan bahwa dia perempuan istimewa, spesial di matanya, juga di mata Tuhan. Kala itu, saya tertawa mendengarnya. Apa yang spesial dari seorang tunawicara?"
"Tunawicara?" Pembawa acara dan penonton lain tampak syok.
Aditya tetap tenang, dia mengangguk. "Namun, setelah tinggal bersamanya, saya mengakui hal itu. Orang yang bisa bicara memang mudah mengatakan jika dia tidak akan pergi, dia mencintaimu, dan akan bertahan bagaimana pun juga. Sangat ringan mengatakan itu dengan lisan yang sempurna. Namun, dia? Alya berbeda. Dia tidak mengatakan apa pun, tapi membuktikannya. Saya tidak pernah mendengar suaranya, tapi entah kenapa saya bisa mendengar dengan jelas bahwa dia mencintai saya. Karena itu, ternyata dia memang istimewa. Tanpa suara, tapi cintanya begitu kentara. Dan yah, apa lagi yang dibutuhkan? Istriku sempurna dengan caranya."
Aditya mengukir senyuman tulus membuat semua yang ada di ruangan itu terdiam. Tidak ada yang menyela sama sekali, mereka bahkan ikut merasakan betapa Aditya mengagumi sosok Alya Jihan Najah. Bungsu Hartigan menghembuskan napas lega setelah mengatakan yang sebenarnya. Tersisa satu informasi lagi dan tugasnya selesai. Ya, dia perlu mengakhiri karirnya sebagai selebriti hari ini. Setelah itu, dia akan menjalani kehidupan yang di mana dia cukup berperan menjadi seorang suami bagi Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear A [Cause You Never Care] (END)
Spiritual"Jika kehadiranku menjadi beban untukmu, apa kepergianku akan menjadi sumber bahagiamu?" - Alya Jihan Najah - ⚫⚪⚫ Selama ini Alya selalu menerima bagaimana buruknya sikap Aditya. Ucapan kasar suaminya selalu coba dia terima dengan lapang dada. Bahk...