Part 35

121 15 2
                                    

Keesokan harinya

" Kak minggu dengan aku udah mulai kuliah." ucap Dilla dengan mata berbinar.

" Selamat ya,jalani semua dengan sungguh-sungguh." jawab Mila tersenyum.

" Siap, makasih banyak kak tanpa bantuan mu mungkin aku tidak bisa seperti ini." sahut Dilla memeluk sang kakak.

" Jangan lupa doa mama juga penting." ujar Mila.

" Kakak benar makasih juga mama sayang." ucap Dilla sambil mencium pipi Mita.

" Iya, tetaplah menjadi anak yang penurut." jawab Mita tersenyum.

" Aku tidak bisa janji." sahut Dilla.

" Lho kenapa?" tanya Mita terkejut.

" Selama perkataan itu baik dan membawa kebaikan bersama aku siap kalau tidak ya mohon maaf." jawab Dilla.

" Hanya seorang ibu yang tahu semua hal terbaik untuk anaknya." sahut Mita.

" Ketika  seorang anak beranjak dewasa mereka punya pemikiran dan keputusan sendiri." ujar Mila.

" Iya mama tahu tapi bukan berarti  boleh menikahi saudara sendiri." sindir Mita.

" Aku tidak  sedang membicarakan itu,jadi jangan alihkan pembicaraan kita." sahut Mila.

" Hai kenapa jadi berdebat,ada apa sebenarnya?" tanya Dilla penasaran.

" Tidak papa,Mila hanya asal bicara." jawab Mita

" Benarkah?" sahut Dilla.

" Mungkin saja, sudah waktunya aku pergi permisi." ucap Mila bergegas keluar rumah.

Menyadari perubahan sikap Mila, Dilla merasa keduanya sedang terlibat perang dingin.

" Mama jujur sama aku,ada apa sebenarnya?" tanya Dilla.

" Bukan urusan kamu." jawab Mita sinis.

" Mama kita ini keluarga, aku mohon bicara dengan jujur." sahut Dilla.

" Fokus saja pada perkuliahan mu." ujar Mita.

" Oke,  aku tidak akan ikut campur lagi,  jika keadaan terus seperti ini bersiaplah kehilangan kakak."sahut Dilla sambil berjalan pergi.

" Ada apa ini kenapa kedua putriku mulai berani membantah ku pasti dia yang sudah  meracuni pikiran putriku." gumam Mita kesal lalu berjalan ke rumah Marissa.

" Marissa buka pintunya, aku ingin bicara." ucap Mita.

" Iya mbak, silahkan masuk." ajak Marissa ramah.

" Akhir-akhir ini Mila sering membantah ku, kamu tahu itu kenapa?" tanya Mita.

" Tidak." jawab Marissa.

" Dia masih ingin bersama putramu, mulai hari ini mohon bantuannya jauhkan mereka,jika tidak saya terpaksa melakukan hal yang menyakitkan untuk keduanya." sahut Mita.

" Saya rasa mereka lebih tahu apa yang harus di lakukan lagipula kebersamaan ini hanya tinggal sebentar." ujar Marissa.

" Sebentar kamu bilang justru ini yang bahaya, bagaimana mereka bisa saling melupakan jika selalu bersama?" tanya Mita

" Melupakan seseorang yang dicintai memang tidak mudah, tapi seiring berjalannya waktu semua akan kembali seperti biasa." jawab Marissa.

" Baik jika itu jawaban mu, permisi." sahut Mita keluar dari rumah Marissa.

Sesampainya di rumah,Mita segera menghubungi seseorang.

" Minggu depan kamu bisa datang?" tanya Mita.

TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang