POV Destiana
"Hup hiks hiks hiks..... Hah... Hah....."
Aku berusaha memperkecil suara tangisku setelah sampai di tempat sepi tepat berada di belakang gedung dapur.
Tangis ku pecah karena sudah tidak kuat menahan rasa sesak di hati ini, saat aku melihat Albert menangis aku sangat ingin menangis tapi aku tahan dan cepat cepat kabur untuk memberi ruang bagi ku sendiri.
"Hah.... Hah....."
Aku menarik nafas pelan pelan dan mengeluarkan nya untuk mencoba menenangkan hati ku yang sesak agar bisa bernafas dengan baik dan tidak kembali menangis.
Tapi saat aku menoleh ke samping ku dan aku melihat mangkuk cilok itu mataku kembali berair dan perasaan sedih dan senang membuncah keluar.
Aku sungguh senang Albert memakan nya karena itu adalah permintaan terakhir Brian sebelum kecelakaan yang menyebabkan semua keluarga ku meninggal, yang baru bisa diwujud kan sekarang.
Pikiran ku mulai kembali saat dua bulan setelah kecelakaan itu, para polisi menyerah kan barang barang yang boleh ku bawa pulang selain sedikit barang barang bukti yang diperlukan.
Dan disitu aku menemukan handphone Brian yang telah rusak karena layarnya retak atau mungkin dalam nya telah rusak, aku yang sedang berkabung mencari cara untuk menyalakan handphone nya kembali.
Dengan tidak menghilangkan isi dari memori handphone yang berharga ini, sahabat ku yang baik, Aisyah dia bersedia mencari tempat untuk membetulkan handphone yang rusak parah ini.
Karena jika aku yang mencari bisa bisa terjadi hal yang tidak diinginkan ucap orang-orang, karena pada masa itu aku masih saja selalu berfikir untuk menyusul mereka semua.
Dan aku menurut, sambil terus menunggu waktu selesai servis handphone Brian dengan perasaan yang sangat bahagia dan juga sedih, tidak lama Aisyah datang dan aku langsung mengambil handphone Brian yang ada di tasnya.
Dengan cepat aku menemukan galeri galeri yang tidak terhapus tentang aplikasi apa yang ia suka penyimpanan data yang sering ia habiskan, dan karena data data itu lah aku merasa Brian masih ada disisiku sekarang.
Karena saat dia besar dia sama sekali tidak mau kalau handphone nya di periksa olehku, makanya aku biarkan tapi karena saat ini dia tidak ada aku dengan sedikit berharap dia berlari ke arah ku dan mencoba mengambil handphone yang telah ku sita untuk di periksa.
Air mata mengalir dari pipiku sangat deras, perasaan sesak yang sangat mendalam ini ada karena dia tidak akan pernah bisa mengambil handphonenya lagi yang berada di tangan ku.
Aku ingin terjatuh ke lantai tapi Aisyah menahan ku dan membantu ku duduk di lantai dengan sandaran sofa yang berada di belakang kami.
"Ikhlasin Tia Brian udah meninggal, biarin dia tenang di sana" ucapnya sambil memeluk ku bahkan tangan nya ingin merebut handphone itu.
Tapi aku memeluknya dengan erat karena tidak ingin di ambil oleh orang lain, "aku gak peduli biar Brian dateng karena aku periksa handphone nya, biar dia hidup lagi gak peduli dia jadi zombie atau apapun itu"
"Sssstttt..... Tia apa kamu gak kasian sama keluarga mu mereka merhatiin kamu dari atas loh mereka pasti akan sedih kalau kamu kayak gini terus"
"Aku gak peduli Syah!!!, mereka kasian kan ngeliat gue kayak gini jadi mereka harus balik kesini gak mau tahu!!!, Atau gak gue yang bakal nyusul kesana!!!"
"Plakk!!!!"
Aku terdiam karena terkejut dengan tamparan keras yang di berikan Aisyah dipipi ku, tapi saat aku ingin membalas nya aku tersadar dengan air mata nya yang mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became The Wife In The Place Of All My Family's Reincarnation
Fantasy"Brak!!!" Suara alat berat jatuh dari gedung di tempat ku bekerja dan tanpa ku sadari membuat diriku mati saat itu juga. Aku berusaha untuk tetap tersadar tapi karena darah yang bercucuran dari kepala ku sangat banyak aku tidak tahan untuk menutup m...