chapter 22,5

700 65 4
                                    

POV Destiana

Sejak hari itu aku mulai risih karena anak culun itu mulai mengikuti ku meskipun secara diam-diam, terutama saat istirahat makan siang, dia benar-benar kekeuh harus makan di jarak yang lumayan jauh dari ku, tapi masih bisa terlihat oleh mata.

Dan ketika aku mendekati nya ia malah lari menjauh, sampai aku bertanya-tanya dalam hati.

'Sebenarnya apa maunya?'

Dia berada di kelas yang berbeda tapi di tahun yang sama dengan ku, dirinya selalu sendirian seperti ku mungkin karena gaya pakaian nya.

Dan juga wajahnya yang gampang di tindas membuat nya semakin gampang menjadi bahan bullyan, selama beberapa bulan dia terus melakukan itu, tanpa pernah mau untuk mengobrol dengan ku.

Sampai semester 2 selesai dia terus melakukannya,

"Menyebalkan"

Ucap ku kesal melihat dia lagi lagi membuat posisi yang sama seperti biasa, aku melirik sekilas dirinya yang sedang terfokus untuk mengambil makanan nya di tas, dan seketika aku berlari ke arah nya.

Dan langsung berteriak, "Woi lu ngapain ngintilin gue terus?! Emang gue gak risih apa hah!?"

Dia yang baru saja mengambil kotak bekal langsung terkejut sampai hampir melemparkan kotak yang ia pegang, dia hanya menundukkan kepala dan terus gemetar ketakutan.

"Ck!"

Aku mendecak kan lidah karena kesal, lalu kembali membentak,

"Lu Mau Manfaatin Gue Jadi Pelindung Kan Dari Bullyan Ngomong Lu!!!"

Karena sejak hari itu para pembully yang melihat si bocah itu, jika berada di jarak yang lumayan dekat dengan ku mereka tidak akan berani mendekati nya.

"Seharusnya memang bener gue gak usah nolongin siapapun itu!"

Teriak ku dengan marah, dan langsung berfikir kalau anak ini sangat licik, lalu sekarang aku akan berjalan untuk mencari tempat makan yang lain.

Tapi sebelum aku bisa bangkit berdiri aku mendengar suara isakan kecil dari arah belakangku dan setelah menengok pria itu sedang menangis sambil menutupi wajahnya yang terus meminta maaf.

Tadinya aku hanya ingin mengabaikan nya tetapi saat aku melihat pergelangan tangannya yang setiap hari tertutupi jaket tiba-tiba sedikit merosot lalu menemukan banyak luka memar.

Saat itu tanganku langsung mencengkram tangannya dan menariknya ke arahku sambil mengekspos seluruh tangannya bahkan ke siku yang memperlihatkan dengan jelas luka memar itu.

Tanpa sadar aku mulai mencari cari luka yang lain dengan cara menekankan setiap bagian tubuh nya dan pria itu meringis kesakitan sambil terus menangis.

Seketika amarahku naik dan berteriak ke arahnya

"Siapa Yang Melakukan Ini Kepadamu!!!"

Amarahku tiba-tiba naik, karena bisa-bisanya dia yang selalu menempel seharian di sekolah tetap mendapatkan luka ini.

"SIAPA!!!?"

Teriak ku lagi dan dia hanya menggeleng pelan tidak mau memberitahu siapa yang melukainya hingga lebam biru ini, seketika diriku bertambah kesal dan lanjut berkata,

"Anak-anak Geng Itu Kan?, Sini Gua Laporin Lagi Ke Bk!!!"

Seketika tanganku menarik keras tangannya dan menyuruhnya untuk berdiri ke ruang BK, tapi Ia terus menolak dan akhirnya berkata dengan lemah.

"Tidak itu bukan mereka...."

Lalu dia membuka kacamatanya yang telah berembun karena air mata nya yang terus mengalir setelah itu mengusap wajahnya yang basah dengan lengan jaket.

I Became The Wife In The Place Of All My Family's ReincarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang