POV Destiana
Aku sedang duduk berhadapan dengan para ilmuwan yang jenius di ruangan meeting milik duke, aku mengamati mereka satu persatu dan menilai mereka hanya memiliki gelarnya saja.
Duke mengetahui aku sedang menilai mereka jadi dia menjelaskan akan membuat alat baru yang ada di mimpinya yang pasti akan sangat berguna nanti,aku melihat reaksi mereka ada yang mata berbinar semangat sambil berkata akan membantu Duke dengan sepenuh hati.
Ada juga beberapa orang langsung memasang wajah serius, aku tersenyum kecil karena menyetujui kalau orang orang ini memang berbakat, dan yang baru ku ketahui belakangan ternyata mereka semua adalah orang berbakat yang dipilih oleh Duke.
Rapat masih belum dimulai karena kami menunggu satu orang bangsawan lagi yang bilang akan terlambat karena ada urusan mendesak, Aku mengetuk-ngetuk meja bosan dengan satu jari ku.
Selagi menunggu 1 orang itu dokter Duke telah menyediakan makanan dan camilan bagi para tamu, dia juga sekarang sedang mengobrol tentang alat-alat yang mungkin buatan dari kelompok itu juga.
Sedangkan karena aku tidak mengerti alat apa, jadi aku hanya terdiam mencoba mendengarkan dan mencerna selagi mereka bercakap-cakap, sesekali menghayal tapi lama-lama ini penuh dengan kebosanan.
"Tok tok tok tok"
"Permisi...."
Suara pintu diketuk lalu tidak lama pintu mulai terbuka lebar, aku yang sedang duduk malas malas-an di meja langsung duduk dengan tegak karena terkejut dengan wajah pria ini.
"Di...Dimas...." Ucapku lirih mataku seketika memanas karena ingin menangis, tanpa kusadari Duke mendengar suara lirih ku tadi tapi tidak mempedulikan nya dan menyuruh untuk pria itu masuk.
"Tahan.....,Tahan Tia" ucap ku dalam hati sambil memengagi dada yang terasa sesak yang diakibatkan kemunculan kenangan bersama kami sejak dirinya yang diangkat menjadi adik oleh orang tuaku.
Aku benar-benar tidak kuat, dan memutuskan untuk bangkit berdiri, dan berkata akan ke keluar sebentar, dan memberitahu kedua untuk membacakan apa yang telah kita sepakati tadi malam karena ku rasa aku benar-benar tidak bisa menghadiri rapat ini, para tamu melihatku dengan tatapan aneh dan bertanya tanya apa penyebab nya.
Pria yang baru datang tadi memasang wajah sedih karena mungkin menganggap kalau dirinya adalah masalah atas pergi nya Duchess, penyebab nya adalah dirinya yang datang terlambat.
Tapi sebenarnya pikiran nya salah karena aku tidak kuat untuk menangis makanya lebih memilih melarikan diri ketempat sepi lalu menangis kencang.
Aku sampai di tempat sepi, dan sejak tadi aku menutup wajah ku dengan telapak tangan agar menutupi wajah ku yang telah basah oleh air mata.
"Huuu....huuu.... Hiks....hiks...."
"Memang benar kalau aku ditakdirkan untuk hidup di dunia ini" ucap ku dalam hati karena tidak kuat untuk bergumam.
........POV Edward
Aku yang melihat Florence tiba-tiba menangis, dan izin keluar karena pria itu mulai bertanya tanya didalam hati, apa dirinya mempunyai hubungan erat dengan pria itu.
Padahal dia adalah adik ipar ku sendiri yang bernama Ophir donahue dauleux, dia mewarisi gelar ayah nya yang seorang Baron seorang pedagang yang kaya.
Tapi dia tidak ingin mewarisi gelar ayahnya melainkan dia ingin mendapatkan gelarnya, sendiri dengan mengikuti berbagai macam perkumpulan untuk pembuatan alat-alat baru atau bisnis yang bagi nya menguntungkan.
Makanya aku mengundang nya sebagai pemasok bahan saat pembuatan lift dan mansion baru, dia sekarang memasang wajah cemas karena mengira bahwa Duchess marah kepada nya karena dia terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became The Wife In The Place Of All My Family's Reincarnation
Fantasy"Brak!!!" Suara alat berat jatuh dari gedung di tempat ku bekerja dan tanpa ku sadari membuat diriku mati saat itu juga. Aku berusaha untuk tetap tersadar tapi karena darah yang bercucuran dari kepala ku sangat banyak aku tidak tahan untuk menutup m...