POV Nathan.
"Itu bukan salah mu" ucap Florence dengan nada yang lembut, sambil terus mengusap kepala ku dengan pelan.
Aku sangat puas setelah bisa bercerita tentang nyonya Dianna yang terkena kutukan padahal orang yang menyebabkan nya aku tahu dan aku ada di tempat kejadian.
Dia berpura-pura baik, dan menolong ku demi menyempurnakan kutukannya yang berasal dari zaman kuno.
Karena hanya bisa di lengkapi dengan buku buku tua yang terpencar jauh di setiap tempat berbahaya di benua ini.
Selain itu kesulitannya adalah buku itu di tulis dengan bahasa dark Elf yang hanya bisa di terjemahkan oleh keturunan asli yang mempunyai tanduk 2.
Dan aku yang membantu nya menerjemahkan buku-buku itu, saat aku tahu kebenaran nya, aku merasa terpuruk bahkan aku membunuh orang orang yang berkomplot dengan nya dengan sadis.
Sampai rasa dendam ku, juga amarah yang meluap-luap di hatiku tidak bisa dikendalikan lagi, dan disaat itu Hephaestus datang dan menawarkan untuk memakan amarah itu.
Makanya terkadang aku tidak bisa menahan rasa membunuh ku, aku bahkan selalu berharap kalau waktu di putar kembali agar aku bisa langsung membunuh orang itu sebelum melempar kutukannya.
Aku bercerita seperti itu sambil menangis dengan keras seperti anak kecil padahal aku tahu ini memalukan.
Tapi tetap saja aku tidak bisa berhenti menangis, aku benar benar seperti anaknya sendiri.
"Sudah puas nangis nya?"
Aku mengangguk patah patah karena malu, sambil melepas pelukan nya, mata ku terasa sembab, bahkan bengkak parah.
Dia menatapku dari matanya aku melihat ada rasa kasihan, dan perasaan menyesal, tapi aku tidak memedulikan itu karena kakak yang tersisa di sisiku adalah dia.
"Dan aku akan melakukan apapun untuk mu nyonya" ucap ku dengan nada yang paling berwibawa yang aku bisa.
Dia menunjukkan wajah tidak enak sekarang, saat ia ingin membuka mulut untuk berbicara, tiba-tiba ia menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak bisa menerima sumpah mu"
"Dan aku tidak peduli"
"Hah... Dasar keras kepala, kau akan menyesal nanti"
"Tidak akan, kalau begitu aku pergi untuk keliling" ucapku berpamitan untuk berjaga pagi, memastikan kalau tempat ini aman.
Aku berdiri, matanya tidak lepas dari ku, aku merasa ia ingin mengatakan sesuatu tapi ia tahan, dan aku sangat penasaran tapi aku tidak mau mendesak kakak.
Akhirnya aku hanya berkata kalau ia ingin cuci muka atau melakukan hal lain bisa diantar oleh Hephaestus, dia menyetujuinya dan kami pergi ke arah yang berbeda.
Aku bahagia, tapi merasa was-was dengan apa yang ingin kakak ucapkan, tapi itu bisa di pikirkan nanti.
................
POV Destiana
Aku berjalan masuk kedalam gudang dengan lesu, karena aku merasakan perasaan bersalah yang sangat besar jika memanfaatkan kebaikan end pada Florence yang telah pergi.
Harimau yang menjagaku menghilang saat kami telah memasuki gudang, dan aku melihat end dengan senyum cemerlang melihat ku.
Dia sedang memasak sesuatu di atas kuali tanah yang bahan bakarnya kayu bakar, aku berjalan mendekati nya.
"Anda ingin makan apa nyonya?, Sup apa tidak apa-apa?"
Aku duduk di dekat nya, dan mengangguk lalu dia mengambil kan mangkuk dan menuangkan isi dari kuali itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became The Wife In The Place Of All My Family's Reincarnation
Fantasy"Brak!!!" Suara alat berat jatuh dari gedung di tempat ku bekerja dan tanpa ku sadari membuat diriku mati saat itu juga. Aku berusaha untuk tetap tersadar tapi karena darah yang bercucuran dari kepala ku sangat banyak aku tidak tahan untuk menutup m...