Hari saat kepulangan pun tiba, aku sudah sangat bersiap dengan kemungkinan terburuk, yaitu kematian.
Tapi bukan kematian Edward dan Albert yang aku pikirkan sekarang, karena kematian ku yang sudah ku perhitungkan sendiri.
Jika kalian bertanya kenapa aku mau saja mengorbankan diri untuk kemungkinan terburuk ini?. itu karena mereka adalah nyawa kedua ku, yang tidak bisa di gantikan.
Dan selagi aku bisa menjauh kan bahaya dari mereka dengan cara ku sendiri kenapa tidak?.
Aku kembali memeriksa perlengkapan dari ujung rambut sampai ujung kaki sambil mengecek nya.
"Rambut"
"Oke"
"Baju"
"Oke"
"Senjata"
"Oke"
"Sepatu"
"Em......." Aku berfikir sebentar
"Hah..... kalau Sepatu hak seperti ini bisa bisa terlepas saat bertarung nanti, tapi tidak apa-apa lah....."
"Oke aku siap untuk perang!!!"
"Tok tok tok"
Pintu kereta ku di ketuk dari luar disusul suara Mery, yang terdengar khawatir.
"Nyonya apa anda yakin? Aku takut akan terjadi hal-hal yang buruk kepada mu"
"Kau tenang saja, oh ya apa kau sudah memberitahu kusir sekali lagi?"
"Sudah nyonya"
"Baiklah kalau begitu tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi, kau boleh pergi ke tempat mu"
"Oh nyo!!!" Suara Mery tertahan lalu disusul suara dobrak kan pintu yang kencang.
"Bruk brakk!!!"
"Florence!!!, Apa apaan kau ini!!!, Bukannya kau sudah sepakat kalau saat pulang ke istana nanti, kita akan se kereta bersama?"
"Aku berubah pikiran, karena muak dengan mu" balas ku dengan nada cuek sambil memalingkan wajah.
"Hah??!! Cuma dengan alasan sepele seperti itu saja!, Bukannya kita sudah berdamai ya, saat malam itu" nada suara nya kesal dan tidak sabaran.
"Malam apa maksud anda Duke?, Aku tidak ingat kita punya malam khusus"
Aku mencoba memancing dia mengatakan ciuman diam diam nya saat malam itu.
Tapi dia tetap membisu tidak mengakui bahwa dirinya yang mencium ku, bahkan mukanya sedikit panik.
"Kalau tidak ada yang ingin kau bicara kan lagi, cepat pergi dari kereta ini Duke!" Ucap ku tegas dan memaksa menutup pintu kereta.
"Brakk!!!"
Pintu tertutup rapat, aku melihat keadaan Duke di jendela kereta dengan sembunyi-sembunyi, dia terlihat ragu ragu ingin berbicara lagi atau tidak.
Tapi pada akhirnya dia menyerah dan pergi ke kereta yang ada di depan, dan masuk ke sana, aku menghembus kan nafas lega, lalu menarik gorden jendela dengan rapat.
"Maaf ya sayang, ini demi kebaikan mu sendiri dan Albert......"
.....................
Tak lama kemudian kereta berjalan, awalnya perjalanan lancar lancar saja tapi mulai ada yang aneh sejak memasuki daerah hutan.
Aku mengintip sedikit ke jendela untuk melihat langit, awan mendung menutupi matahari yang membuat hutan semakin gelap menambah suasana menyeramkan.
Jantung ku berdegup kencang, meskipun aku pernah berurusan dengan preman pemalak atau gangster.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became The Wife In The Place Of All My Family's Reincarnation
Fantasy"Brak!!!" Suara alat berat jatuh dari gedung di tempat ku bekerja dan tanpa ku sadari membuat diriku mati saat itu juga. Aku berusaha untuk tetap tersadar tapi karena darah yang bercucuran dari kepala ku sangat banyak aku tidak tahan untuk menutup m...