"Jadi lo malah muntah?"
Aku mengangguk dengan pandangan mengerat. Naomi menepuk keningnya sendiri, sementara Gia sudah kehilangan kekhawatiran. Maksudku, kini dia tengah memakiku sebagai gadis bodoh dan tolol, sekaligus memalukan.
"Aduh, Ay, segitunya?"
Bibirku mengerut rapat, masih enggak mengangkat suara. Bagaimana tidak, aku ingat betul caranya bicara, caranya tersenyum licik, dan caranya mengirim uang.
"Baru ngebayangin bakal dimutilasi, udah separno itu."
Kakiku menekan lantai sekuat mungkin. Mutilasi bukan persoalan gampang. Ini soal nyawa, kenapa sekarang Gia jadi terlihat sangat santai? Sementara aku semakin panik karena tidak mampu menolak.
"Si ibunya Bara Budiman nuduh lo hamil?" tanya Naomi, sia-sia, sebab dia sendiri menjadi saksi bagaimana Bu Arsha tadi repot memaksa Bara Budiman ke apotek untuk membeli test pack.
Hasilnya tentu saja negatif. Aku bukan hamil. Namun, ini panik, takut dimutilasi oleh Bara Budiman. Tampangnya memang menggemaskan, seksi, dan menggoda sekali, tetapi juga sekaligus mengerikan.
"Tapi jadi nikah, kan?"
Mataku langsung menyorot penuh kengerian pada Naomi, sebelum meredup dan berganti dengan tatapan putus asa.
"Menurut lo dia orang baik bukan, Mi?"
"Kayanya sih ...." Naomi bergumam panjang dengan tangan di dagu. "Kayanya bukan deh. Pasti ada masalah sama dia gitu, Ay, sampai calon istrinya milih selingkuh. Coba deh, lo bayangin."
Aku mengerjapkan mata terkejut. Kenapa Naomi bicara semenakutkan itu, sih?
"Orang udah kaya, ganteng, mapan juga, tapi masih diselingkuhin. Pasti ada masalah dalam diri si laki-laki ini. Betul enggak?"
Aku menggeleng-gelengkan kepala semakin frustasi, dan lantas mengingat dengan jelas bagaimana Bara Budiman itu membuatku tak bisa berkutik. Naomi benar, pasti ada masalah dalam dirinya.
"Ih, Mimi, jangan gitu lho. Kasihan Ayna."
"Eh, bocil gak percayaan."
"Tapi kasihan. Kalau dia kabur beneran gimana coba."
"Ya udah punya duit kabur tinggal kabur."
Sialan banget. Aku meremas ponsel di atas paha. Bercandaan yang mengerikan ya, Naomi. Rumahku akan kembali, tetapi entah dengan nasibku. Mungkin selepas ini, aku jadi budak Bara Budiman itu. Jangan-jangan dia pelaku pelecehan seksual, atau KDRT? Ough, tidak-tidak!
Naomi menepuk punggungku beberapa kali dengan wajah meringis.
"Sorry, enggak kok Ay. Sumpah deh, kayanya Bara Budiman punya sifat sebudiman namanya. Ya nggak, Gi?"
"Iya, benar. Zayn Malik aja kalah sama Bara."
Ih! Mana ada! Zayn Malik dibandingkan dengan Bara Budiman. Di tengah rasa cemas, aku ingin menangis sekaligus tertawa.
"Cie, bentar lagi nikah," Naomi malah menoel bahuku dengan jarinya. Ini aku lagi deg-degan banget lhooo. "Awas dimutilasi lho, Ay."
"Miii!" Aku dan Gia merengek bersamaan. Rasanya itu ya, mengerikan. Namun Naomi masih sempat bercanda.
***
Sepagi kemarin, Naomi dan Gia betul-betul menyusulku untuk dibawa ke kediaman Bara Budiman. Aku tahu ini tanggung jawab, karena bagaimana pun, sebelumnya aku langsung berangkat ke bank untuk menebus sertifikat rumah. Pikiran untuk kabur bergelayut di kepala, tetapi aku tak kuasa. Selalu saja ada bisikan agar aku bertanggung jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Flash Sale [END-PART LENGKAP]
Romance❝Dicari! Wanita yang bersedia menjadi pengantin pengganti untuk Bara Budiman, yang akan menikah pada 12 April 2021❞ Kisah ini dimulai saat Ayna Larasati membaca kalimat tersebut dan dengan kewarasan yang tersisa satu sendok, dia mendaftarkan diri me...