"Belum ke butik!"
Aku sampai tersentak kaget mendengarnya. Dia terkekeh, menarikku lagi agar berbaring.
"Mama marah kalau tau kita belum ke butik. Besok saya pulang langsung berangkat saja."
"Salah siapa lupa."
"Sampai sini kamu sakit. Kemarin nggak di rumah. Salah kamu juga nggak ingat."
Aku cuma berdesis, menerima suapan kacang mede darinya. Sudah pukul sembilan malam. Setelah makan malam, kami belum beranjak dari sofa ini. Ada untungnya juga Pak Bara memilih sofa dengan matras di depan televisi.
"Main tebak-tebakan," katanya tiba-tiba.
Aku berdesis lagi, please dong, yang teka-teki sembilan belas dua puluhan saja aku masih tidak tahu. Yang pernyataan cinta saja aku dibantu Gia dan Naomi. Masa iya mau diulangi?
Namun agaknya Pak Bara sedang senang-senangnya bermain itu. Setelah mengetikkan di ponsel, dia memberikan padaku.
>J <B <N >>S <> <<E <B >M >S <J >J
Kuusap telinga bingung. Ini sedang menulis dengan gaya? Oh, mungkin kalau orang teknik memang suka tantangan yang membuat pusing begini? Pak Bara sepertinya harus tahu kalau otakku tidak sampai.
"Apa jawabannya?" tanyaku langsung.
"Coba kerjain dulu, masa iya langsung tanya."
"Kata pertama saya?"
Dia menggeleng keras.
"Kata pertama 4 huruf."
Empat kata, apa? Ish, kenapa pula aku harus memikirkan hal setidak penting ini?
"Kata pertama itu kamu," katanya terlihat gemas. "Lihat tandanya. Lebih dan kurang. Pasti ingat pelajaran matematika, kan?"
Keningku berkerut. Oh ... sepertinya kali ini lebih mudah. Setelah aku hitung pelan, di atas J adalah K. Kutuliskan K di ponsel. Di bawah B adalah A, di bawah N adalah M, dua di atas S adalah U. Benar, KAMU. Bibirku menipis, cuma mau bilang kamu saja harus sesusah ini.
<<E = C; <B = A; >M = N; >S = T; <J = I; >J = K
C A N T I KAku menyerahkan ponsel padanya dengan bibir menipis sempurna. "Cuma bilang gini aja sampai buat pusing orang lain."
Aku yang harusnya tersipu-sipu malu karena dibilang cantik, kini malah sebal karena harus berpikir keras.
"Three three nine."
"Apa?"
"You are beautiful."
Kupejamkan mata sesaat. Oke, baiklah, sekarang lebih mudah.
"Three three seven," balas ku setelah menghitung jumlah kata dalam hati.
"Apa?"
"You are pedofil."
Dia malah tertawa keras sampai tubuhku terguncang. Padahal itu hinaan lho, karena dia mesum padaku yang notabene berusia hampir sepuluh tahun di bawahnya.
"Definisi pedofil itu orang yang sukanya sama anak kecil. Usia sepuluh tahun, begitu bisa dibilang pedofil. Kamu sudah mau lulus kuliah masa iya saya masih disebut pedofil?"
Hm, oke. Memang benar begitu. Otakku berpikir keras lagi, mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk membalasnya.
"Five," ucapku lagi kepepet.
"Apa?"
"Mesum."
Suara tawanya kembali, tetapi lebih pelan bersamaan dengan dekapan tangannya di pinggangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Flash Sale [END-PART LENGKAP]
Romance❝Dicari! Wanita yang bersedia menjadi pengantin pengganti untuk Bara Budiman, yang akan menikah pada 12 April 2021❞ Kisah ini dimulai saat Ayna Larasati membaca kalimat tersebut dan dengan kewarasan yang tersisa satu sendok, dia mendaftarkan diri me...