Sale 49. Kasihan banget lingerienya jamuran di lemari

95.7K 11.6K 394
                                    

Aku pengin makan.

Masalahnya, memikirkan berat badan membuat keinginan makanku terhalang. Naomi dan Gia pamer pizza di grup. Mereka makan berdua di jam istirahat kerjanya. Gia yang makan sebanyak apa pun badannya tetap kurus mungil, dan Naomi yang bisa menjaga badan lebih baik dariku.

Aku iri. Iri dengan makanan mereka dan fisik mereka. Kuangkat ponsel dan memperhatikan wajahku sendiri. Hem, pipi yang agak besar.

"Pak."

Dia mendongak mendengar panggilan tiba-tiba dariku. Pekerjaannya sangat banyak di sini. Sejak pagi begitu sampai di sini, dia langsung punya pekerjaan.

"Aku gendut banget?"

"Enggak," sahutnya dan kembali menekuni kertas, laptop, dan barang lain di mejanya.

"Aku pengin makan." Tubuhku merebah di sofa. "Tapi kayanya gendut banget. Nanti susah turun."

"Tinggal makan."

Ya, tinggal makan. Namun di usia semuda ini aku masih terobsesi menjaga berat badan, tampil cantik dan langsing serta seksi di depannya.

"Pengin makan pizza."

"Beli, Ayna. Jangan ribut."

Lirikanku terarah padanya dengan bibir maju dan wajah kesal.

"Memang belum kenyang?"

Suaranya kembali muncul tak kalah menyebalkan. Kami memang sudah makan siang tepat waktu. Sekarang masih pukul setengah dua siang dan aku sudah pengin banget makan pizza. Ya Tuhan, bagaimana aku tidak akan gemuk kalau makannya sebanyak ini?

Akan tetapi betul-betul pengin makan pizza. Aku berdecak kesal, mengetuk kepala dengan jari. Ish, serasa ingin ngiler.

"Bapak ...."

"Hem?" balasnya tanpa menatapku.

"Pengin beli, yuk."

"GoFood aja."

Bibirku mencebik tak suka, tetapi tetap meraih ponsel, membuka aplikasi itu dan mencari pizza. Padahal aku kira ingin memakan di tempat, aromanya pasti enak. Namun melihat dia yang sibuk tanpa jeda membuatku enggan juga.

Beberapa menit menunggu dan memantau perkembangan pemesanan, senyumku melebar saat melihat status bahwa pesananku sedang diantar ke lokasi.

"Pak Bara."

"Apa?"

"Nanti ambilin, ya? Aku malu ke bawah sendirian."

Dia bergumam kecil. Karyawannya cukup banyak. Ini usaha yang tidak kecil, cukup besar. Katanya dia punya berapa cabang? Ck, aku lupa. Berapa pendapatan per bulannya, ya? Apakah sebanyak yang aku bayangkan atau tidak? Ugh, penasaran banget. Namun keinginanku bertanya tertunda saat mendapat panggilan dari driver, mengabarkan dia sudah tiba di depan.

"Belum bayar," ucapku cepat saat Pak Bara siap pergi.

Dia mengambil uang di dompet dan melanjutkan pergi. Dalam beberapa menit sudah kembali dengan plastik berisi sekotak pizza. Aromanya menggunggah selera makanku.

"Bapak mau?" Kuangsurkan sepotong pizza padanya. Dia duduk di sebelahku, meninggalkan pekerjaannya untuk beberapa saat.

"Coba kamu makan dulu."

Kugigit ujung potongan pizza, ada rasa kejunya, pedas sedikit. Selama hidup aku paling suka varian ini, tetapi kok rasanya perutku menolak, bahkan baru sampai mulut seperti sudah eneg.

Aku mengernyit kesal.

"Enggak enak."

"Biasa suka yang apa?"

Pengantin Flash Sale [END-PART LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang