🤡Hayo aku gak bakal up kalo rule blm terpenuhi lo Ya !!!!!🤡🤡🤡
RULE 25+ VOTE DAN 10KOMEN.
Kenapa Komennya susah ya. Hayo aku udah berusaha update terus lo ya. Komen yuk. Apapun yang kalian pikirkan pas baca ketik aja haha.
Aku sekarang coba update setiap hari senin ya. 🤗
Ini hampir 3000 kata lo ya. Panjang banget 😎 jadi tolong ya buat aku semangat. ☺
"A mother's courage beat a pack of male tigers"
Haneul memejamkan mata kala langkah kaki Jimin muncul setelah bunyi ceklikan pintu mengudara. Tiupan angin malam mampu membawa aroma pria itu lebih cepat dari pemiliknya, Haneul menghirup wangi itu dalam-dalam tatkala beberapa detik kemudian sebuah tangan besar melingkar begitu erat di perutnya. Sebuah dagu runcing bersandar di atas bahu Haneul, bersamaan embusan napas sensual yang sedikit mengusik telinganya membuat sekujur tubuh meremang.
Pria itu membawa tubuh mereka berayun kekanan dan kekiri dengan irama yang pasti. Menikmati dinginya udara di puncak gedung tanpa atap sembari mengingat masa lalu yang memiliki banya memori indah. Mereka berdua kembali ke sini. Rooftop rumah sakit bagaikan latar tempat sebuah film yang menunjukan betapa kuatnya arti tempat ini. Jimin dan Haneul masih tidak mempercayai satu hal. Sebuah kebetulan.
"Jim. Tidak kah kau berpikir pertemuan kita adalah sebuah takdir?" tanganya menimpa milik Jimin. Pelukan pria itu kian erat, sebagai tanda kasih sayang sekaligus memberi kehangatan yang lebih untuk istri dan anaknya.
"Kau berfikir demikian?" Bibir tebal itu terkatup tak sengaja sedikit menyerempet telinga Haneul memberikan kesan sensual. Seperti itulah Jimin.
Wanita itu mengganguk, sedikit memutar wajah untuk mendapati presentasi suaminya. Keudanya tersenyum saat dua pasang iris mata bertatapan dan memiliki arti begitu dalam. Jimin mengecup bibir Haneul sekilas, lalu membenamkan wajah tampan itu di ceruk leher istrinya.
"Kita bertemu di sini, berpisah di sini, di dekatkan di sini," Haneul menarik napas panjang. "Lalu aku menyelamatkan hidupmu di sini dan sekarang, kita kembali. Kau memeluku, kau memeluk anak kita." Haneul merasa sedikit emosional setelah mengatakan hal tersebut. Tiba-tiba dadanya nyeri, mengigat Misi ketiga Jimin yang mengancam nyawa.
"Jim. Boleh ku mengatakan sesuatu? Aku sangat takut jika kau pergi. Aku tidak ingin. Membayangkan saja membuatku merinding."
Aku lebih takut kehilanga mu Haneul. Batin Jimin di dalam sana. Pria itu melepaskan pelukanya, melangkah beberapa kali sampai berdiri di hadapan Haneul. Kedua tanganya mebelai halus lengan Haneul yang masih terbalut Jas identitasnya sebagai seorang dokter. "Aku tidak akan pergi sayang. Tidak akan." Jarinya beralih mengusap pipi dingin itu dengan penuh cinta. Tatapan mata Jimin yang begitu dalam tidak pernah berbohong. Dia teramat mencintai wanita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARBORETUM !
Fiksi PenggemarJimin berfikir di hidupnya tidak akan pernah ada kata BAHAGIA. Namun ketika Kim Haneul datang, wanita itu membawa bahagia tapi sekaligus membuat Jimin harus merasakan luka yang lebih menyakitkan. Perebutan sengketa Arboretum membuat Jimin harus bany...