Hay Hello Chimmin 😋
Im back 💜 siapa nih yang kaget 😂 tumben seminggu up 2x. 🤣 makanya kalian rajin2 vote dan komen ya.Di instagram juga, jangan lupa komen dan like (●´∀`●)
Happy reading 💜
Ini sudah hari ke tiga semenjak Jimin meninggalkan rumah setelah membentak Haneul pagi itu. Bukan masalah besar sebenarnya, hnya saja semakin hari kondisi Mood Jimin semakin memburuk. Beban pikiranya semakin menumpuk, menggunung dan bersiap untuk runtuh kapan saja. Tidak pernah ada kejelasan yang Haneul dapatkan, hanya ada Jimin yang diam juga Jimin yang selalu meninggikan suaranya.
Tidak pernah terbayang sebelumnya jika Jimin akan melukai orang yang paling ia cintai di dunia ini. Benar apa yang di katakan Kyung Yo beberapa hari yang lalu, Jimin sudah teralu dalam tenggelam dalam perjanjian ini. Sekalipun dirinya akan gagal—ya memang itu resikonya. SEGAC tidak menjanjikan 100% keberhasial dalam sebuah misi yang mereka terima. Tapi setidaknya Jimin sedikit tenang, karena mereka sudah berjanji akan mempertaruhkan nyawa demi kemenangan. Mungkin bagi SEGAC itu di lakukan untuk sebuah kehormatan, tapi bagi Jimin, ketekatan mereka untuk berhasil dalam misi ini adalah sebuah harapan.
Misi kedua telah di mulai, Jimin sudah menandatangani surat perjanjian dengan melampirkan pernyataan jika 30% sahamnya akan hangus apabila kali ini ia gagal lagi. Bersamaan itu juga Jimin menulis siapa nyawa yang akan ia minta.
Satu bulan yang lalu, tepatnya seminggu sejak kepindahan Haneul dan Jimin ke ruamh baru mereka salah satu anggota SEGAC Jimin memberi tau jika ada dua orang yang masuk dalam kandidat tumbal misi ke-tiga. Ah rasanya menyeramkan jika di sebut sebagai tumbal. Mari kita ganti, kandidat korban dalam misi ke-tiga. Meski belum resmi, tapi hal itu cukup membuat Jimin kacau. Bukan hanya pikiran tapi berimbas dengan pekerjaanya juga.
J dan I, dua huruf itu berada di dala kolom ketiga setelah paragraf pernyataan. Siapa J dan i, mungkin J itu adalah Jims. Hal itu sudah pasti. Namun untuk I?
Ternyata keinginan Jimin untuk berbagi di hari bahagaianya dengan Haneul kala itu menjadi sebuah petaka untuk sekarang. Foto pernikahan mereka di salah satu media sosial Jimin membawa jalan mulus untuk lawanya. Ya—I yang di maksud di sini adalah Istri. Istri Jimin.
Bagiamana mereka bisa tau jika Jimin telah memiliki istri? Rasanya Jimin ingin turun saja menjadi salah satu Gengster yang mengurusi kasusnya agar bisa mengetahui siapa yang menjadi lawannya. Perjanjian dengan pihak lawan kuat, tapi perjanjian dengan anak buah sendiri juga kuat. Jimin atau lawannya sama-sama tidak boleh mengetahui terlalu dalam mengenai satu sama lain. Seperti yang sudah di jelaskan dulu, mereka hanya boleh mengetahui nama samaran juga jumlah kekayaan yang di milikinya.
Maka dari itu di surat pernyataan yang di buat pihak Jimin, ia memasukan dua inisial. Sama, J dan I. Lawanya berinisial John dan I di sini adalah Ibu. Jika perdiksi Jimin benar, mengenai siapa yang menjadi lawanya maka Ia ingin, setidaknya jika bukan orang itu yang mati Jimin ingin ibu orang itu yang mati. Rasanya setimpal bagi Jimin, dan Jimin tentu tidak akan membiarkan Haneul terpilih menjadi korban selanjutnya. Jangan lupakan otak cerdas Jimin yang kelewat apik.
"Jim, kau sudah tidak batuk lagi hari ini. Bagaimana keadaanmu? Sudah membaik?" tanya Soya menghampiri Jimin yang masih sibuk menandatangani berkas yang menumpuk. Wanita itu menarik sebuah kursi untuk mendaratkan bokongnya di dekat Jimin, tangan yang memiliki kuku warna pastel itu merebut halus pulpen yang Jimin apit dengan ibu jari dan telunjuknya.
Jimin menoleh, "Tinggal dua berkas lagi maka akan selesai Soyaa."
"Baik. Kalau begitu setelah ini kau harus pulang kerumah. Kau sudah tinggal di kantor selama tiga hari Jim, tidak kah kau memikirkan istrimu di rumah."

KAMU SEDANG MEMBACA
ARBORETUM !
FanficJimin berfikir di hidupnya tidak akan pernah ada kata BAHAGIA. Namun ketika Kim Haneul datang, wanita itu membawa bahagia tapi sekaligus membuat Jimin harus merasakan luka yang lebih menyakitkan. Perebutan sengketa Arboretum membuat Jimin harus bany...