ARBO-29

366 59 12
                                    

Arboretum Back(^.^)

Keep vote dan Komen ya, untuk kalian para kaum diam-diam. Jangan lupa Follow 😍

Mari kita mendukung satu sama lain 💜

Setiap hari Jimin harus menghabiskan paginya dengan kekhawatiran. Meski dokter sudah mengatakan itu adalah hal biasa, nyatanya Jimin tidak pernah tidak kacau saat Haneul merasa mual atau bahkan muntah setiap bangun tidur.

Morningsickness nya sedikit parah belakangan ini. Haneul bahkan bisa sampai lemas dan terlihat begitu pucat setelah mengelurakan cairan pahit dari mulutnya. Haneul bilang kepada Jimin untuk tidak khawatir dan jangan bangun ketika dia sudah mulai berlari ke arah wastafel. Namun bukan Jimin namanya apa bila tidak peka. Pria itu selalu tau pa yang akan terjadi.

''Kau pusing lagi? Apa tidak meminum obat pereda mual mu semalam?" tanya Jimin khawatir sembari memijit tengkuk leher Haneul. Tangannya yang lain sibuk memegangi tambut Haneul yang terurai.

"Aku memiumnya Jim, tidak ku lewatkan satu pun." 

Haneul segera menghidupkan kran wastafel kemudian membasuh mulut beserta seluruh wajahnya. Entah sampai kapan dia harus merasakan seperti ini, tapi yang membuat Haneul semakin terganggu adalah respon Jimin yang terlalu berlebihan.

"Tidak usah bekerja. Dirumah saja dulu, aku akan bekerja di rumah," itu yang Jimin katakan. Lagi.

Kemarin Jimin terpaksa mengerjakan pekerjaan di rumah karena asisten rumah tanggan menemukan Haneul pingsan di dalam kamar. Sejak pagi Jimin juga sudah memiliki firasat buruk. Dia enggan untuk pergi ke kantor, tapi Haneul memaksa, dna terjadilah.

"Jim, aku punya tanggung jawab. Aku dokter," protes Haneul. Tentu saja.

"Sayangg, tubuhmu masih sangat lemah. Tidak ingat kemarin kau pingsan? Aku tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk kepad kalian."

Jimin meraih kedua tangan Haneu, "Ku mohon. Jangan membuatku Khawatir, itu hanya akan membuatku tidak fokus bekerja."

"Jim, tidak papa. Percayalah kepadaku."

Jimin memejamkan matan selama lima detik, dan setelahnya tatapan Jimin berubah menjadi lebih tajam. "Haneul. Tolong!" tukasnya membuat Haneul sedikit terpenjat. Haneul tidak tau itu sebuah pemohonan atau cenderung terdengar seperti perintah. Dia sangat hafal dengan sifat suaminya.

***

Pada akhirnya Jimin yang menang. Hanel hari ini belum kembali bekerja. Tadi pagi hampir saja terjadi perdebatan yang membuat Jimin marah. Namun untungnya pria itu bisa mengontrol diri. Jimin tau Haneul adalah wanita yang menjaga loyalitasnya, tapi jauh dari itu. Jimin hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada orang yang sangat ia jaga.

Jimin juga merahasiakan kehamilan Haneul dari publik. Seharusnya ada tayangan hangat yang memberitakan bahwa Presdir MmySoft akan segera menjadi seorang ayah. Atau cucu dari direktur ASAN sedang mengandung. Hanya beberapa orang saja yang mengetahui perihal kehamilan Haneul. Kakaknya, kedua orang tuanya dan Profesor Ryu. Hanya itu.

Kehamilan Haneul memanglah kabar membahagiakan. Tapi mengingat Jimin saat ini sedang mempertaruhkan istrinya, kehamilan Haneul juga bisa menjadi ancaman untuknya. Nyawa Haneul bisa terancam kapan saja, bahkan resikonya semakin tinggi.

Namun setidaknya Jimin bisa sedikit lega. Misi keduanya berahasil dan dia berhasil mendapatkan keuntungan besar dari perusahaan rintisan yang menjadi taruhan lawanya. Tinggal selangkah lagi, Jimin kan menang dan mengakhri semuanya.

"Jim aku sudah tidak pusing. Berikan laptopku," ujar Haneul mendekati meja kerja suaminya.

Haneul membuktikan jika dia tidak akan pingsan maka dia ikut Jimin bekerja di kantornya.  Tentu Jimin setuju. Selain dia bisa dengan mudah menjangkau Haneul, di sini Haneul juga tidak akan banyak bergerak. Beberda dengak situasinya jika berada d rumah sakit.

ARBORETUM !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang