ARBO-41

376 62 25
                                    

Kenapa ni Arbo belum Tembus juga? Hayo hayoooo

Hai Hello.
Maaf ya aku baru update. Kemarin Debut-in kak pacar season 2 dulu di wattpad. Hayo kalian udah baca belom?

Loh kak season satu dimana?
Season satu ada di Sorotan Ig Writers.moody ya. Aku sekarang aktif nulis di sana. Ada banyak Ff pendek juga, namanya HLS (HighlightS story) itu series dari kita. Datang ya, follow dan jangan lupa baca. Seru deh 🤗😀🤣

Buat kalian yang nungguin Aeboretum makasih ya udah mau baca 😍🌷🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buat kalian yang nungguin Aeboretum makasih ya udah mau baca 😍🌷🤗

Seperti biasa rule 25+ vote dan 10 komentar 🙏🌷

Jarang sekali Haneul menghabiskan paginya untuk berkeliling di taman sebelum berangkat bekerja. Belakangan ini kakinya sering bengkak karena Jimin tidak membiarkannya banyak bergerak ketika dirumah. Sebenarnya bukan melarang seperti hari-hari sebeulmnya. Semenjak makan malam itu, saat Haneul mengetahui kebenaran bawha dirinya benar-benar terancam, wanita itu tidak bisa tenang barang sehari. Dia juga sedikit lebih dingin terhadap Jimin.

Haneul selalu tidur sebelum Jimin pulang. Sekalipun hanya memejam, wanita itu hanya menghindari momen bersama pria itu. Jarang sekali mereka mengobrol, atau mendiskusikan masalah kehamilan Haneul. Jimin sebenarnya ingin sekali bertanya bagaimana keadaan istrinya, meskipun mereka satu rumah, tapi rasanya begitu jauh.

Pagi ini pun Jimin tidak berani mendekati istrinya yang tengah berjalan memutari kolam renang bersamaan tangan wanita itu yang terus mengusap perutnya. Jika di perhatikan, mungkin sudah enam kali wanita itu berputar di sana. Jimin hanya mengawasinya dibalik jendela sembari menyesap secangkir kopi yang belum lama ia seduh. Jimin tidak ingin egois, dia berusaha memahami bagaimana menjadi Haneul. Setidaknya wanita itu masih ada disini, dia tidak pergi. Setidaknya Jimin masih bisa mengawasi Haneul dengan matanya sendiri.

Jimin diam-diam mengambil gambar Haneul saat wanita itu berhenti sejenak. Semakin hari perut Haneul kian membucit. Rasanya Jimin setiap hari jatuh cinta saat melihat istrinya menggemuk. Menggemaskan sekali, apalagi saat melihat Haneul makan dengan lahap, itu adalah kebahagiaan tersendiri untuk Haneul.

"Kau lelah?" ujar Jimin mengambil alih atensi Haneul yang semula fokus pada perutnya.

Wanita itu tidak menjawab, dia hanya memutar bola mata jengah lalu mendaratkan bokong di bangku dekat kolam renang. Dia meminum segelas jus jambu yang sudah ia siapkan sebelumnya.

Langkah kaki Jimin kian mendekat. Pria itu hanya berdiri di samping Haneul tanpa mengatakan sepatah kata pun. Terlalu canggung, padahal Jimin memiliki mulut yang begitu licin. Ia bisa dengan mudah mengatakan ribuan kalimat pujian dengan daya tarik yang berkarisma. Namun kini suasananya berbeda. Rasanya sulit walaupun hanya ingin menyapa istri sendiri.

ARBORETUM !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang