Minalaizin walfaizin ya pembacaku. Aku minta maaf kalo selama ini banyak salah sama kalian. Maaf juga kalo kadi slow update karena lebaran lagi rada sibuk hehe. 💜Sebenernya secara garis besar Arbo udah selesai ya naskahnya. Cuma aku mau up kada komennya masih belum tembus. Suka sedih aja kalian gak mau KOMEN 🙂 padahal aku cuma minta minimal 10 tiap Chapternya ☺
Komen ya kali ini, 25 vote 10 komen . bisa kan?
Chevrolet Camaro melaju dengan kecepatan tinggi tanpa rasa ragu ataupun takut hancur jika menabrak mobil lain ataupun pembatas jalan. Pribadi yang dibalut setelan Dormeuil warna silver menatap jalanan dengan sorot setajam mata pisau. Terlihat percaya diri jika memiliki tujuh cadangan nyawa seolah-olah tidak akan mati meski kecelakaan meremukan tubuhnya. Selembar kertas yang ia terima sebelumnya cukup untuk membuat darahnya mendidih, Tahyun tidak pernah semarah ini sebelumnya.
Lima belas menit cukup untuk sampai pada tujuannya. Biasanya Tahyun melaju kencang bila pembatas salakangannya sudah tidak bisa di tahan, tapi kali ini berbeda. Bila semalam Soyaa dikukung karena hasrat ingin mendominasi.Kali ini wanita itu kembali terpojokan tapi dalam konteks yang berbeda.
"Apa yang kau lakukan dengan Jimin?" Tahyun meletakan kedua tangannya di sisi kiri dan kanan tubuh Soyaa. Setelah menerobos dan mendorong wanita itu sampai punggungnya membentur tembok.
"Kau ini bicara apa?"
"Berhenti menyembunyikan sesuatu yoon Soyaa!" Tahyun megnintrupsi saat Soyaa hendak pergi setelah mendorong tubuh Tahyun. Pria itu kembali membenturkan punggung wanita itu ke tembok.
"Kau ini? Penghianat atau apa?" pria itu berdecak kemudian kembali menatap tajam wanitanya. "Ku pikir hanya masalah bos mu dengan Joonie. Ayah mereka?"
"Lalu maksudmu apa lagi?" Soyaa justru menatap Tahyun penuh tanda tanya.
"Minggir..... Aku tidak bisa bernapa jika terus kau kurung seperti ini," sekali lagi Soyaa mendorong tubuh Tahyun.
Padahal baru semalam dia bercinta dan menginginkan wanita itu untuk menjadi istrinya, namun pagi ini suasana sudah berbeda. Cara Tahyun menatap Soyaa juga berbeda. Terlihat benci, kecewa, tidak percaya juga takut yang dia pikirkan benar adanya.
Hubungan mereka hanyalah sebatas partner kebutuhan biologis dia atas ranjang. Tidak boleh melibatkan perasaan pribadi namun Tahyun melanggarnya begitu saja. Jika berbicara mengenai perasaan, logika tidak berkuasa mengatur perasaan orang lain. Namun semudah itu hatinya di patahkan. Tahyun merasa kecewa betul dengan Soyaa, dengan Jimin juga adiknya.
"Ini?" Soyaa memungut selembar kertas yang dua detik yang lalu Tahyun lempar ke depan wajahnya. Tiba-tiba sorot mata Soyaa bergetar. Keseimbangannya pun mendadak hilang.
Bertumpu nakas dengan salah satu telapak tangan Soyaa memberanikan diri menatap pria di hadapannya. "Tahyun-ah," Soyaa berusaha mendekat namun pria itu menggeleng tegas dan memilih untuk merajut jarak. Kini mereka berdua sama-sama kacau.
"Bagaimana bisa kau?" Soyaa membaca sekali lagi kertas yang sudah lusuh di genggaman tangannya. Sebuah surat pernyataan bahwa Jimin juga mengorbankan Haneul dalam misi ketiganya.
Tahyun mengacak-acak rambutnya frustasi, "Berbuat apa dia kepada adikku?" Pria itu berjalan mendekat lalu merebut kembali selembar kertas pemicu keributan di pagi hari. Dia menatap Soyaa dalam penuh kekecewaan. Tangannya mencengkram kuat lengan wanita itu sampai pemilik sedikit meringis kesakitan.
"Jimin. Dia...."
"Cukup!!!!!!" intrupsi yang tak terduga seketika membuat Soyaa terpenjat dan memejamkan matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARBORETUM !
Fiksi PenggemarJimin berfikir di hidupnya tidak akan pernah ada kata BAHAGIA. Namun ketika Kim Haneul datang, wanita itu membawa bahagia tapi sekaligus membuat Jimin harus merasakan luka yang lebih menyakitkan. Perebutan sengketa Arboretum membuat Jimin harus bany...