ARBO-39

446 64 22
                                    

🤠reupload karena belum memenuhi target 🔫

Selamat malam jagat perhaluan. Pa kabar hari ini? Aku update lagi ya Arbo. Masih sama 25+ vote dan 10 komen ☺ sumpah komennya susah sekali, kalian kalo baca apa biasa aja to 🙂 sedih bngt 🙂

Aku tau kalian hebat dan baik hati ❤

Hari demi hari kekacauan terus melanda hidup Jimin. Semenjak Tahyun membawa istrinya pergi, Jimin seperti seorang duda yang tidak terurus. Tidak ada yang menyiapan pakaiannya setiap pagi, tidak ada yang membangunkannya, tidak ada yang memeluknya saat tidur, dan yang lebih parah adalah, Jimin merasa seperti tidak ada yang mencintainya.

Kemarin Jimin sempat menjenguk Haneul di rumah sakit. Namun baru saja melihatnya dari kejauhan, belum sempat menemui, Tahyun sudah membawa wanitanya pulang. Tahyun juga tidak mengijinkan Jimin untuk datang ke rumah mereka, pria itu benar-benar membatasi pertemuannya dengan Haneul. Sebenarnya Jimin sudah mencoba untuk menghubungi Haneul, tapi bagaikan semuanya telah berakhir, wanita itu seakan tidak mengenali suaminya.

"Arrggghhhh," Jimin frustasi. Pria itu menarik dasinya lalu melempar benda panjang itu kesemabarng arah. Sudah lebih dari dua puluh menit pria itu berusaha membuat simpul di pangkal leher, tapi tidak berhasil.

Jimin berjalan menuju lemari untuk mencari dasi yang lain, tapi baru saja ia melewati meja rias Haneul , pria itu berhenti. Menatap dirinya yang kian kacau, kemejanya tidak di masukan secara rapi, ada satu kancing yang terlepas, entah kapan itu terjadi. "Haneul-ah, aku merindukanmu sungguh," monolog Jimin dengan pantulan bayangannya sendiri. Sungguh menyedihkan.

Jimin menyadari, ini bukan hal terberat melainkan hal berat yang baru saja di mulai. Dia harus berjuang menyelamatkan nyawa Haneul, dia harus berusaha memenangkan misi ketiga bagaimanapun caranya. Mustahil ingin berhenti. Tidak ada gunanya Jimin mengalah dan membiarkan tanah itu jatuh ke tangan orang lain, jikalau bisa Jimin akan merelakannya. Namun pria itu sudah terlambat, perjanjian sudah di buat dan permainan harus diselesaikan.

Lamunan Jimin pecah kala dering ponselnya mengudara. Saat membaca penelepon itu Jimin segera menganggat panggilannya. "Ya. Soyaa."

___


"Kau bekerja lagi hari ini? Istirahat lah wajahmu pucat sekali." .

Haneul mengabaikan nasihat ibunya. Wanita itu menarik kursi lalu menjatuhkan bokong di atas sana. Ada segelas susu dan bubur yang sudah tersaji di depannya. Selama di rumah, makanan yang dia konsumsi terjamin. Namun seleranya hilang, sebab hatinya masih belum pulih.

"Tahyun bilang kau tidak meminum susu mu semalam?"

Haneul baru sadar akan satu hal. Hari ini Tahyun berangkat lebih awal dari biasanya. "Oppa sudah pergi?"

Ayahnya mengangguk, "Belum lama. Ada rapat penting katanya."

Kedua orang tua Haneul belum paham apa yang menyebabkan anak gadisnya sampai pulang ke rumah. Saat Jimin datang, Nyonya Kim hanya mengijinkan pria itu menunggu di ruang tamu sebab hari itu kondisi Haneul sangat lemah. Tahyun bahkan sampai bolos bekerja saking tidak tega meninggalkan adiknya. Tuan Kim juga sempat mengobrol dengan Jimin, tapi rupanya Jimin masih enggan untuk berkata jujur kepada ayah mertuanya.

"Kau itu jangan susah-susah minum susu. Ini penting untuk anak mu," seru nyonya Kim menyodorkan segelas susu hangat kepada anak perempuannya. Haneul menerima gelas itu kemudian memikat hidungnya dengan telunjuk dan ibu jari. Dengan satu tarikan napas, wanita itu menenggaknya langsung tanpa jeda.

ARBORETUM !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang