ARBO-24

503 65 28
                                    

ARBORETUM is back :)

Plis vote dan komen ya sayang....

Kalian baik-baik saja kan? Pada sehat-sehat aja kan? Kuharap dimanapun Chimmin berada kalian tetep dalam lindungan Allah.

Support terus ya Chimmin. Semangatin seperti MY BUDDY, hehe ini juga karnya aku loh. Jadi ku harap kalian juga bisa merasakan Euforianya di sini :)


salam

Syawul_

Pengakuan cinta Jungkuk satu minggu yang lalu rupanya masih menggangu pikiran Haneul. Akhir-akhir ini ia terlihat menghindari pertemuannya bersama Jungkuk, Haneul juga beberapa kali ingkar janji yang sebelumnya telah mereka buat. Rasanya benar-benar aneh, meski Jungkuk hanya sekedar mengatakan bahwa perasaan lampau tapi tetap saja hal itu sedikit menggoreskan jarak diantara mereka.

Memang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Dari dulu Haneul suka sekali menggoda Jungkuk, ia justru sudah menganggap pria Ryu itu sebagai adiknya sendiri. Jungkuk menjadi Residen sejak tahun lalu dan Haneul tidak pernah merasa ada sikap yang aneh darinya. Ah atau memang Haneul yang tidak peka saja? Iya kan? Memang seperti itu Haneul, tidak menghiraukan sesuatu yang tidak penting. Jadi bisa di bilang dulu saat Jungkuk mengungkapkan jika ia menyukai Haneul adalah sebuah cinta, sedangkan Haneul menafsirkannya berbeda.

Ya sudah terbuki.

Sebuah kesalahpahaman.

Namun ada satu sisi sikap Jungkuk yang mengalah untuk Jimin membuatnya tersentuh. Serius sejak kedekatan Haneul dan Jimin tidak pernah Jungkuk membuat masalah, bahkan ia terlihat senang karena melihat Jimin telah menemukan kebahagiaannya. Mungkin Jungkuk tidak tega jika harus melukai hati Jimin atau juga Jungkuk tidak mau mengusik kebagagiaan kakaknya jadi ia lebih memilih untuk diam.

Seharusnya Haneul tidak memperpanjang masalah ini, hanya saja menyembunyikan sesuatu dari Jimin rasanya begitu berat. Belakangan ini Jimin sering memergoi Haneul mengelamun, sekali Jimin juga pernah bilang jika suatu malam Haneul mengigau sambil menyebut nama Jungkuk. Tentu Jimin bertanya apa ada masalah atau sesuatu yang menggangu pikirannya tapi tetap saja Haneul enggan untuk memberi tau. ia paham betul bagaiman watak suaminya, terlalu over proktetif, pencemburu berat dan kekanak-kanakkan. Sungguh Haneul tidak ingin semuanya menjadi lebih runyam.

Jimin pagi ini tidak menyetir saat mengantarkan Haneul pergi ke rumah sakit, ia memanggil sopir. Jimin mengeluh jika badannya sedang kurang sehat, ia sedikit merasa pusing setelah selesai mandi maka dari itu Jimin memanggil supir dari pada nanti terjadi sesuatu.

Mereka duduk di kursi penumpang bagian belakang, Haneul terus memainkan jari pria yang sedang ia rangkul. Pria yang masih terus memperhatikan ponselnya sejak tadi. Alasannya adalah tubuh Jimin sedikit dingin, jadi ia mengisi sela-sela jari Jimin menggunakan miliknya. Sesekali Haneul juga menyandingkan cincin perkawinan mereka, yang satu ada di jari manis Haneul dan yang satunya ada di jari manis Jimin. Haneul baru menyadari ternyata sanggat indah jika di lihat sedekat ini, tapi tetap lebih indah pria yang ada di sampingnya.

"Jim...."

"Apa sayangg?" Jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Kau tidak buru-buru kan? Antar aku sampai kedalam ruangan yaa?"

Jimin mengangkat sebelah alisnya tertarik. Tidak biasanya Haneul menjadi manja seperti ini, "Kenapa uh? Kamu tidak akan memberiku suntikan IV lagi kan?" Sedikit antisipasi untuk hal yang benar-benar ia hindari.

"Sayangg aku hanya meriang saja sungguh, tidak perlu suntikan."

Haneul hanya terkekeh dalam sandarannya, ia masih sibuk memainkan jari mungil milik Jimin. Tidak tau apa yang membuatnya tertawa, kepercayaan diri Jimin yang akan di suntik atau justru jari-jari pendek itu? Yang jelas keduanya selalu membuat Haneul tertawa.

ARBORETUM !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang