ARBO-17

631 79 19
                                    

Chimmin, aku mau mengingatkan.

Jangan salah paham terus ya sama Haneul, dia juga wanita yang bisa cinta sama Jimin wkwkwkwk 🤣

Happy Reading :) 💜

Haneul baru saja turun dari taxi yang telah mengantarnya kembali ke apartemen. Baru saja memasuki lobby ia sudah di sapa beberapa body guard yang selalu mengantarnya sampai ke depan pintu rumah. Saking tidak moodnya hari ini, ia mengabaikan semua pertanyaan yang di lontarkan oleh salah satu body guard yang ada di belakangnya. Biasanya Haneul selalu menangapi mereka karena para body guard itu tau Nyonya besarnya itu sangat baik hati dan ceria. Namun hari ini terlihat berbeda.

"Buka pintu" saking malasnya Haneul enggan untuk meletakan sidik jarinya di atas sensor.

"Welcome Beauty" tiga detik kemudian suara dari intercome itu muncul seiring terbukanya pintu yang ada di depan Haneul.

Ia melangkahkan kaki memasuki rumah yang sepi itu. Biasanya jika pulang siang seperti ini, Jimin dan Haneul akan menonton film bersama. Jimin akan membeli eskrim kesukaan Haneul dan Haneul yang memesan pop cron. Menonton film romance komedi sampai matahari terbenam, sambil menggunakan dada Jimin sebagai sandaran. Semua itu membuat Haneul merasa kesal sendiri jika mengingatnya.

Jika Jimin ada saja ia pasti mendengkus kesal saat tangan mungil itu selalu menjailinya, tapi semua kebiasaan nakal Jimin itu terlanjur menjadi hal yang harus ada setiap hari. Jika tidak Haneul akan merindukannya. Apa wanita itu sudah mulai mencintai suaminya? Mungkin hampir.

Disaat kita merasa kehilangan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan saat itu kita merasa rindu, bisa jadi bibit-bibit Sarangheo mulai muncul.

Mata Haneul tertuju pada blezer warna putih dan tas kantor wanita berada di atas meja makannya. Tangannya terulur untuk memeriksa barang-barang tersebut, satu-satunya nama yang ada di dalam kepala Haneul adalah Yoon Soyaa.

"Jika benar ini milik Soyaa lalu kenapa ada di?"

Rumah ini terlihat sepi, bahkan Haneul sudah mengelilingi seluruh lantai bawah namun tidak ada satu orangpun. Haneul mengambil ponselnya yang ada di dalam tas lalu mencoba menghubungi Jimin, tapi sudah berkali-kali ia mencoba, panggilan itu tidak mendapat jawaban.

Dorongan dalam hati Haneul membawanya ke arah kamar. Sebenarnya ia juga ingin segera tidur saja daripada harus terus-terusan kesal akibat Jimin yang tak kunjung menerima panggilanya. Untuk masalah barang milik Soyaa ia tidak memperdulikannya lagi.

Namun, baru saja ia akan meletakan ibu jarinya di sensor, pintu kamarnya terbuka dan Soyaa lah orang yang pertama kali ia lihat. Ekspresi terkejut juga kebingungan muncul pada wajah Haneul, namun tidak dengan Soyaa, ia telihat tenang seolah-olah tau Haneul akan segera datang.

"Yoon Soyaa apa yang kau lakukan di sini?" Haneul bertanya dengan nada memburu seperti tidak suka, tapi itu hanyalah efek dari keterkejutannya barusan.

"Nyonya, tuan Gwan..." ia menarik Haneul masuk kedalam kamar.

Mata Haneul memebelalak saat mendapati Jimin tengah terbaring tidak sadarkan diri di atas ranjang. Tanpa basa-basi lagi Haneul segera mendekati tubuh suaminya yang sudah diselimuti kain tebal. "Apa yang terjadi?" Ia menuntut jawaban segera.

"Tuan Gwan kelelahan, dia jatuh pingsan sebelum jam makan siang."

"Bekerja seperti apa dia sampai bisa seperti ini? Membangun gedung? Mengepel seluruh lantai perusahaanya?" Haneul justru marah-marah.

Entah mengapa medengar Jimin kelelahan membuatnya tidak terima. Haneul juga seketika berubah menjadi seseorang yang posesif terhadap suaminya. Berkali-kali ia mengusap wajah tenang Jimin dan terus meatapnya dengan tatapan nanar.

ARBORETUM !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang