ARBO-06

691 80 9
                                    

Halo CHIMMIN dan para reader's ku. Tahap revisi ARBORETUM sudah selesai ya. Mari kita mulai dengan alur baru :)

Jangan lupa komen yang banyak-banyak :)

Tahyun menginjak setiap inch lantai rumah sakit ini dengan segala emosi yang membara. Bagaimana perasaan seorang kakak jika adik perempuan tidak pulang semalam tanpa memberi kabar?

Kini tangan seseorang tengah sibuk memberi guncangan pada lengan Haneul. Membuatnya terbangun dari alam bawah sadar yang memberikan kehidupan lebih indah daripada dunia nyata. Lekuhan Haneul memberi isyarat bahwa tidurnya semalam sangatlah nyenyak.

Ketika retina Haneul sudah mulai bisa menangkap cahaya dari luar, orang pertama yang dia lihat adalah Eunha. "Sunbae....ada apa?" Tanyanya sambil mengucek kedua mata agar kedua lensa itu bisa fokus pada objek yang sedang dia pandang sekarang.

"Dasar bodoh!!! Tahyun sekarang sedang ada diruanganmu!" Jawabnya yang terlihat sedikit panik. Namun Haneul menanggapi perkataan Eunha tadi dengan santai kemudian memejamkan mata lagi. Lima detik kemudian Haneul baru bisa mencerna apa yang Eunha maksud. Sontak Gadis yang masih memakai pakaian kerja itu segera bangkit berdiri dan merapikan rambut yang berantaka. Cirikhas wanita bangun tidur memang.

"Apa kamu bilang???" Haneul meraih tangan Eunha dan mengguncangkannya beberapa kali. Meminta kejelasan tantang apa yang telah rekan kerjanya itu katakan. Gawat.

Haneul menatap pria yang masih tertidur pulas diatas brankarnya. Ketika melihatnya Haneul ingat betul bagaimana Jimin merengek agar ditemani untuk tidur.

"Jangan pulang aku mohon....."

"Jimin, jam kerjaku sudah habis. Nanti Tahyun mencariku"

"Temani aku tidur malam ini.....Aku mohon Haneul-ah.... Ya...."

"Baik tapi sampai kamu tidur saja ya. Nanti aku langsung pulang"

"Araseo"

Karena kemarin lebih dari 2 pasien yang harus Haneul bedah jantungnya otomatis semalam tubuh gadis itu merasakan lelah yang begitu dasyat. Mencoba menemani Jimin sampai tidur jangan anggap mudah dan cepat berlalu. Haneul harus mendengarkanya bercerita tentang apa yang telah terjadi selama mereka berpisah. Ada rasa senang di lubuk hati Haneul karena bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaannya yang sudah menggunung. Tapi Haneul juga seorang manusia, tiga jam berada diruang operasi dengan keadaan berdiri terus-menerus membuat alat gerak bagian bawah Haneul rasanya ingin terlepas.

Setelah Jimin tertidur tidak segera bergegas pulang tetapi Haneul justru kehilangan kesadaran setelah bersandar di sofa selama kurang dari satu menit. Untung saja Eunha menemukan Haneul tertidur di sofa, coba saja jika di sebelah Jimin di atas brankar yang sama pasti akan menimbulkan kesalahpahaman. "Sudah ayo pergi dari sini....." Tak menunggu jawaban, Eunha langsung menarik Haneul keluar dari ruang VIP itu. Sudah bisa Haneul bayangkan wajah marah kakak semata wayangnya itu, Tahyun benci pada hal yang tidak sesuai dengan semestinya.

Ya—sekarang Haneul dapat melihatnya. Pria bermantel hitam, sepatu Gucci yang mahal tidak lupa menjadi hiasan kakinya dan jam tangan Rolex yang sendari tadi berdetak menjadi musik pengiring selama menunggu sang adik datang. Memang laki-laki kaya raya akan memiliki aura yang berbeda, bahkan fotonya pun sudah menjelaskan pada siapapun yang melihat jika dia adalah seorang kolongmerat.

"Oppa....." Apa lagi yang bisa Haneul ucapkan selain memanggilnya? Melihat rahangnya yang sudah mengeras dan mata yang terlihat mengintimidasi membuat pusat kerja syaraf Haneul tidak mampu menyusun alasan yang akan dia jelaskan. Seolah-olah otak Haneul kehilangan semua suku kata yang sudah dia pelajari selama 23 tahun hidup. Seorang CEO sukses apakah menggunakan hati yang lembut untuk mengatasi ketidak disiplinan? Itu jelas tidak mungkin.

ARBORETUM !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang