ARBO - 47

356 55 27
                                    

Welcome back Bestie 🤣😂
Yaampun ternyata udah 4 bulan aku ga update? Gila lama banget ya ga kerasa loh 😁

Tapi aku seneng lihat  masih ada yang mau komen dan nanya kapan update.

Terimakasih ya. Semangat baca dan komen karena aku semangat juga dari kalean... Met membacaaa 🌷💜


Hari ini Haneul mengizinkan Jimin untuk menyentuh laptopnya setelah lima hari penuh istirahat dan dalam pengawasan ketat. Jimin tumbang setelah 72 Jam berkutat di depan komputer untuk menyelesaikan masalah perusahaanya. Ya--benar-benar 72 jam, jangankan untuk istirahat, makan pun harus dipaksa oleh Haneul. Wanita itu selalu datang saat jam makan Jimin tiba dan menjadi tangan kanan Jimin untuk melahap sebab pria itu benar-benar tidak memiliki niat untuk mengkonsumsi apapun.

Mungkin perilaku Haneul mengurus Jimin dalam keadaan darurat adalah caranya agar pria itu tetap hidup. Namun perjuangan Jimin bergelut dengan bahasa pemrograman untuk mendapatkan kode deskripsi sistemnya adalah satu-satunya cara untuk mempertahankan hidup mereka. Ah ralat, hidup Istrin dan anakya.

"Satu jam Jim, aku akan kembali setelah satu jam dan letakan laptop kamu kembali." Wanita itu berdiri di depan pintu, kalimatnya tak dihiraukan sebab iris mata lawan bicaranya terlalu fokus pada pekerjaan yang sangat terbengkalai. Bahkan jika Tahyun tidak datang semalam karena perusahan mereka sedang diambang kehancuran, Haneul masih kekeh melarang Jimin untuk bekerja meski di atas brankar rumah sakit.

"Kau mau kemana?"

Setelah selesai membaca Surel dari Oh Kyung Yo akhirnya Jimin menatap Haneul yang hampir saja menutup pintu untuk pergi. Maka wanita itu berhenti dan kembali menampakan presentasinya. "Temani aku saja kalau tidak ingin aku bekerja seperti mafia," Jimin menepuk sisi ranjangnya yang beberapa hari belakangan menjadi tempat bersinggah mereka berdua. "Kalau kau keluar aku akan mengunci pintunya agar kau tidak bisa masuk, kemudian aku akan bekerja sampai pagi lagi."

Haneul tau Jimin sedang bercanda. Nampak jelas dari raut waja yang begitu konyol dan kekehan singkat di akhir kalimatnya.

"Kurasa seluruh orang di rumah sakit ini lebih takut denganku Jim, daripada dirimu." Haneul menaikan salah satu alisnya, memegang knop pintu kemudian kembali berujar, "Aku bisa menendangmu dari rumah sakit besar ini dengan sekali perintah."

Keduanya sama-sama terkekeh, dengan Jimin yang menyatukan kedua tangan di depan wajah seolah memohon jangan di buang dan Haneul yang tiga detik kemudian menutup pintu untuk pergi.

Sepasang sneakers warna cream yang ia dapat dari Jungkuk menjadi teman membelah bangsal rawat inap dengan senyum ramah menyapa semua orang. Tak jarang bertemu beberapa pasiennya yang mengucapkan kata rindu karena lama tak berjumpa. Namun sebenarnya bukan pasien yang merindukannya, Haneul pun merasakan hal yang sama. Hasrat wanita itu untuk menangani bahkan membedah pasien meninggat saat menghirup aroma bahan kimia yang khas di rumah sakit.

ARBORETUM !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang