[]
"Aku menginginkan tubuhmu"Haneul masih mencoba mencerna apa yang Jimin katakan. Menginginkan tubuhnya? Kalimat itu tidak memiliki kata sukar, hanya saja sulit untuk dipahami.
Jimin belum berhenti memangut bibir Haneul, dengan tempo awal lembut tapi kian detik ciuman itu semakin dalam. Awalnya didasari rasa terimakasih sekarang nafsulah yang mendasari keinginan Jimin.
Punggung Haneul sampai membentur bathtube saking Jimin terus mendesaknya. Suara gemercik air dari kran yang Jimin nyalakan tadi bahkan kalah dengan kecapan yang mereka ciptakan. Jimin selalu berhasil membawa Haneul larut dalam lumatan panas itu.
Rasanya sedikit menakutkan, Jimin tidak seperti biasanya. Ia nampak lebih kalut dengan nafsunya, diperburuk dengan trauma yang dia miliki. Terlihat seperti melecehkan istrinya sendiri, kedua tangan Haneul mencengkram pundak Jimin agar sedikit memberi jarak diantara mereka. Haneul mengumpulkan sisa tenaga yang dia miliki, sekuat tenaga mendorong Jimin agar mau melepaskan bibirnya.
Kini Haneul sudah berhasil melepaskan tautan bibir mereka kemudian bersama-sama memburu udara segar. Dada mereka naik turun berebut menghirup oksigen, namun hal itu memicu pikiran lain untuk Jimin.
Baju tipis yang dikenakan Haneul sudah basah sisa kehujanan tadi ditambah menyelamatkan Jimin dari bathtube beberapa saat yang lalu. Jimin terus memandangnya, dua cup berwarna hitam yang menutupi buah Haneul, sampai terlihat karena ulah air yang membasahi tubuh istrinya. Sesekali pira itu mengedipkan mata mencoba membuang pikiran kotor itu, tapi nyatanya tidak bisa. Perpaduan antara baju tipis basah juga Haneul yang terus mencoba mencari udara membuat pemandangan didepan Jimin terasa sangat indah.
"Jim ayo kita keluar dari sini, aku mulai kedinginan" rengekan Haenul barusan membuyarkan lamunan Jimin. Ia menatap wajah istrinya yang memang sudah sedikit pucat, bahkan tangan Haneul sudah bergetar. Jimin menempelkan kepala Haneul pada dadanya, mencoba memberikan kehangatan sekaligus ketenangan.
"Aku akan menghangatkamu sayang" ucapnya dengan nada senduktif sambil mengusap halus punggung Haneul.
Hal itu berhasil.
Suhu tubuh Jimin sedikit menghangatkan Haneul, tapi ini belum cukup. Bukan seperti ini yang dibutuhkan sekarang, lebih tepat jika segera berganti pakaian dan meminum secangkir kopi panas.
Jimin semakin membawa Haneul kedalam dekapannya. Benturan antara gigi Haneul menandakan jika dia sudah mulai menggigil. Jimin mampu mendengar itu. Lantas dia menempelkan pipinya di ceruk wajah Haneul, menghirup aroma tubuh Haneul dalam-dalam yang sudah bercampur dengan bau air hujan.
"Jimmhh" Haneul memekik saat merasakan lehernya di sengat sesuatu.
Benda kenyal yang menyapu leher itu membuatnya merinding hebat. Jimin tidak perlu memebasahi bibrnya terlebih dahulu karena masih ada sisa bulir-bulir air di permukaan leher Haneul. Hembusan nafas Jimin menusuk membuat gemuruh kala ia melahap telinga Haneul dengn bibrnya. Mengulum daun telinga itu secara perlahan, ditambah jemari Jimin yang terus menahan kepala Haneul agar tetap pada posisi miringnya.
"Jim cukup, ahh" pekikan itu kembali muncul kala Jimin sudah memberikan gigitan kecil yang terus menyengat. Pikiran Haneul rasanya terbang. Geli, risih, dan juga nikmat bercampur menjadi satu, bahkan kaki Haneul sampai menendang-nendang kecil saking tidak tahan merasakan perbuatan Jimin.
Pun Haneul mendorong jimin juga tidak ada gunanya. Jimin semakin mendesak Haneul, tanganya berpindah ke area belakang. Menarik tali pita yang di pakai Haneul agar rambutnya terurai. Agar tambah seksi.
Tangan Jimin mulai masuk kedalam baju tipis itu, sayangnya bukan kemeja, jika kemeja Jimin pasti sudah melepas kancingnya satu persatu. Jimin menairk jarinya dari pinggang Haneul sampai punggung bagian atas. Merasakan bentuk tubuh Haneul yang ternyata memang lebih indah daripada milik Soya. Hanya menyentuh kulitnya saja Jimin sudah mabuk. Ralat. Mereka sama-sama mabuk karena bibir Jimin belum juga berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARBORETUM !
FanfictionJimin berfikir di hidupnya tidak akan pernah ada kata BAHAGIA. Namun ketika Kim Haneul datang, wanita itu membawa bahagia tapi sekaligus membuat Jimin harus merasakan luka yang lebih menyakitkan. Perebutan sengketa Arboretum membuat Jimin harus bany...