ARBO-40

431 64 27
                                    

HALLO PEMBACA KU ❤ makasih ya sudah memenuhi Rulenya ☺ Maaf semalem mau update malah ada sesuatu haha.

Malam ini aku pulangkan Haneul ke Jimin ya wkwk 😁 Jangan lupa tinggalkan jejak ❤

25+ vote dan 10+ komentar aku tunggu di chapter ini ya sayang. Yuk semangat mendekati Ending 🤪🌷

Sebuah map berisikan beberapa bandel dokumen Jimin lempar ke atas meja, tepat di hadapan Tahyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah map berisikan beberapa bandel dokumen Jimin lempar ke atas meja, tepat di hadapan Tahyun. "Itu berkas pemutusan kontrak kerja antara kau dan Joonie," lalu Jimin sedikit menjinjing celananya sebelum menjatuhkan bokong di sebuah sofa berwarna abu tua yang memiliki kualitas premium. Beberapa detik kemudian Soyaa menyusul. Duduknya dekat dengan Jimin, dan itu membuat Tahyun sedikit tidak suka.

"Berapa kerugian yang aku dapatkan?"

Jimin menmbuka kancing jasnya satu-persatu, lalu mencondongkan badan sembari melempar satu lagi amplop berwarna coklat yang belum lama ia ambil dari saku jasnya. "Sepeserpun tidak ada. Aku punya pengacara yang ,--ya bisa di bilang sedikit licik." Kemudian Jimin kembali menyandarkan punggungnya.

Jika pertemuannya dengan Tahyun beberapa hari yang lalu suasananya mencekam, tapi untuk kali ini berbeda. Jimin memberikan bantuan yang memang Tahyun butuhkan saat ini. Bisa di bilang Tahyun memuntus kontrak sebelum waktu yang sudah ditentukan, jelas saja Tahyun harus mengambil banyak kerugian. Namun rupanya Jimin pintar dalam membaca keadaan, sekalipun posisinya juga di ambang kehancuran, pria itu datang di watku yang tepat.

"Ya, aku hanya ingin memastikan jika Perusahaanku tidak mengalami kerugian," Tahyun mengambil dokumen itu lalu membacanya sekilas satu-persatu.

"Kalau begitu aku akan menjemput Haneul setelah ini. Aku akan membawanya pulang."

Mendengar itu Tahyun langsung menatap Jimin datar. Kini giliran Tahyun yang melepar berkas itu, lalu mengintrupsi Jimin dengan tatapan yang masih cukup tajam. "Tidak!" intonasi Tahyun terdengar begitu tegas. "Kau hanya akan membahayakan nyawanya."

"Tapi aku sudah memberikan hal yang kau butuhkan. Sekarang aku membutuhkan Haneul."

"Membutuhkan untuk kau pertaruhkan' begitu?"

Mereka justru adu mulut dengan kedua badan yang sama-sama tegak. Jelas keduanya sama-sama tidak terima. Namun Tahyun salah mengartikan maksud lawan bicaranya. Tentu Jimin membutuhkan Haneul. Bukan menjadi taruhan tapi untuk membuatnya bertahan hidup. Seharusnya Tahyun bisa melihat betapa buruknya hidup Jimin setelah adiknya ia bawa pulang. Ada bulu kasar yang tumbuh di dagu dan di bawah hidung Jimin. Wajah Jimin bisa langsung terlihat kusam hanya karena kumis tipis yang tumbuh. Sudah seperti pria yang tidak terawat.

Jimin tidak mau kambuh lagi. Dia memejamkan mata beberapa detik sembari mengatur napas. "Biarkan Haneul pulang." Dia membuka kelopak matannya, "Aku harus menjelaskan kepada Haneul. Aku juga harus tau bagaimana keadaan anakku."

ARBORETUM !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang