HALLOOOO CHIMMIN...........
Ketemu lagi dengan Arboretum. Wkwkwk lama banget ya karena harus ngurusin Ebook. Siapa yang belum reservasi Ebook? Yang belum linknya ada di bio ya, atau kalau ada yang udah isi form tapi belum aku kirim silahkan Dm aja nanti aku segera kirim. Jangan ketinggalan karena banya yang uda jadi korbannya Yoonki dan Sukjin. wkwkwk ada juga yang baper kek mbak Naya.
Oke jadi gimana kabar kalian? Siapa yang kaget aku malem-malem update gini wkwkwk
Di judul huruf M nya di kurung, yang tadinya ngantuk pasti auto melek nih. wkwkkw
sehat-sehat terus ya kalian, yang baja jangan lupa vote dan komen. Aku doai semoga dapet rejeki yang melimpah cuma karena vote sama komen, hehehe AMIN. Doa terbaik untuk kita semua.
HAPPY READING YA.
Seduan macha late menjadi teman Haneul malam ini, sudah hampir tengah malam tapi Jimin belum juga pulang. Berkali-kali Haneul menghubungi suaminya tapi belum juga mendapat jawaban. Ponselnya tidak aktif. Biasanya jika Jimin ada kerjaan yang harus di selesaikan hari itu juga pasti akan menghubungi sebelumnya agar Haneul tidak menunggu, atau Soyaa yang akan memberi kabar.
Berkali-kali Haneul mengecek ponselnya, hari semakin larut kekhawatiranya semakin membuncah. Apa lagi pagi tadi Jimin terlihat buru-buru pergi ke kantor. Tapi bukan menjadi masalah besar juga, karena Haneul suka menunggu Jimin pulang kerja. Macha yang ada di dalam cangkir itu hanya tersisa beberapa mili di pangkal cangkir, hingga pada sesapan terakhir bunyi bip membuat pintu apartemenya terbuka.
Haneul buru-buru meletakan cangkirnya lalu segera berlari menghampiri Jimin seperti anak kecil yang senang melihat ayahnya pulang. Tapi di depan Jimin kegembiraan Haneul berubah, tatapanya tidak sebinar saat ia berlari menghampiri. Penampilan Jimin tidak seperti biasanya pulang kerja, kemeja yang di dulung setengah lengan, jas yang ia seret di lantai juga tas kantor yang tersampir di pundak kanannya.
"Kau sudah pulang? Kenapa malam sekali, tidak memberi kabar juga," Haneul menghampiri tubuh kekar Jimin, melingkarkan tangan indah di pinggang ramping milik suaminya itu.
Jimin membalas pelukan itu dengan dekap hangat, "Maaf, aku tidak sempat mengabarimu."
"Kau habis dari makam ibu mu? Kenapa bau dupa Jim?"
Jimin tersenyum seraya memberikan kecupan yang cukup lama di pucuk kepala Haneul. Tidak mungkin kan Jimin mengatakan sejujurnya, bahwa baru saja ia selesai menghadiri pemakaman orang suruhanya. Tidak mungkin juga Jimin mengatakan pada Haneul jika dirinya sedang terancam sekarang. Setidaknya ia masih bisa merasakan pelukan hangat Haneul saat tiba di rumah. Entah berapa banyak waktu yang tersisa, Jimin ingin menikmatinya.
"Hemmm, aku mau mandi. Bisa siapkan air untuk ku?"
Dorongan halus berasal dari tangan Haneul membuat tubuh mereka berhenti menyatu, ia mendongakkan kepala menatap Jimin dalam. "Tentu, aku juga akan menyiapkan kopi untukmu."
Barus saja tiga langkah Haneul meinggalkan Jimin, pria itu menarik pergelangan tangan Haneul sampai membuatnya sedikit terpenjat. Hampir saja Haneul terjatuh tapi dengan sigap Jimin menahanya, "Kurasa ada yang lebih baik kau lakukan untuk ku."
"Bisa layani aku malam ini?"
Detik itu juga jantung Haneul ingin meledak.
ɷ
Haneul pikir ia masih memiliki waktu sekitar tiga puluh menit untuk mempersiapka diri saat Jimin mandi, tapi pada kenyataanya tidak. Jimin belum mandi, atau Haneul yang akan mandi lagi kali ini. Sungguh ini tempat yang tidak pernah Haneul bayangkan saat melakukan hubungan, tidak menyangkan Jimin memilih tempat ini untuk mencoba hal baru.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARBORETUM !
FanfictionJimin berfikir di hidupnya tidak akan pernah ada kata BAHAGIA. Namun ketika Kim Haneul datang, wanita itu membawa bahagia tapi sekaligus membuat Jimin harus merasakan luka yang lebih menyakitkan. Perebutan sengketa Arboretum membuat Jimin harus bany...