ARBO-09 (M)

1.3K 77 26
                                    

Happy reading Chimmin💜
Sebelumnya aku mau memperingatkan kalo part ini ada NC nya 😚 jadi yang merasa belum mampu membaca silahkan dilewati saja 😙

Bukan salah author menyajikan seperti ini, karena aku mengharapkan kebijakan kalian dalam membaca tulisan aku 😚❤


[]
Haneul rasanya muak mendengar semua omong kosong yang keluar dari mulut Eunha dan Sukjin. Tidak disangka, jika menikah dengan Gwan Jimin akan serumit ini jadinya. Padahal baru mereka yang mengetahui jika dia adalah calon istri Jimin, itu saja karena Jungkuk yang bercerita. Namun semua pertanyaan dan pernyataan dari mulut kedua seniornya itu justru membuat pusing.

"Menikah? Yang benar saja? Cih, maksudku kau bahkan tidak pernah menulis itu dalam target mu tahun ini" Eunha tau betul bagaimana sosok Haneul, wanita yang super perfeksionis dalam karir. Membuat plan yang harus dia capai, itu jelas Haneul lakukan. Dan Eunha adalah saksi jika Haneul adalah wanita yang gigih, namun siapa sangka? Menikah? Bukan mereka saja yang tidak percaya, bahkan Haneul juga belum yakin.

"Sunbae, sudah ku bilang semua terjadi begitu saja"

"Kau hamil?" pertanyaan itu spontan keluar dari mulut Sukjin dan membuat Haneul melonggo mendengarnya.

"Hah? Ap-apa? Haha bagaimana mungkin kau berfikir seperti itu Sunbae ada-ada saja"

Sukjin melipat kedua tangannya, sesekali memandang Haneul dan Eunha bergantian, "Tapi dulu Eunha bilang kau tidur di kamar Presdir itu sampai Oppamu mencari kesini."

Sialan. Sekarang Haneul jadi gelagapan, seperti tertangkap basah padahal dia menyadari jika tidak melakukan hal itu. Hanya saja itu terasa aneh bagi Haneul, Hamil? Yang benar saja? Melakukannya dengan Jimin saja dia tidak berani membayangkannya.

"Yakk, aku itu ketiduran dan aku tidur di sofa bukan di atas kasur bersamanya. Lagian kenapa Sunbae bercerita setengah-setengah sih?" cerocos Haneul sedikit memarahi sahabatnya itu.

"Sudah abaikan itu, apa ini karena kau dipaksa oleh orang tauamu?" Eunha bertanya seolah-olah sudah sangat paham dengan keadaan keluarga Haneul. Tapi memang benar kan? Haneul memang dipaksa.

Haneul menganggukkan kepalanya, meminum kembali es americano yang tadi dia pesan "Benar, aku dipaksa."

"Dengan Gwan Jimin?" Sukjin menyela.

"Tidak.... Ahhh ceritanya sangat panjang, Sunbae tidak mungkin mengerti"

Eunha menghela nafas, mencoba menjelaskan berharap Sukjin biaa memahaminya. "Intinya Gwan Jimin adalah teman kecil Haneul. Daripada menerima perjodohan ayahnya mending dia menerima ajakan Jimin menikah."

Saat itu juga, salah satu sudut bibir Sukjin terangkat, tersenyum remeh bahkan Haneul mampu mendengar ekehan Sukjin itu karena posisi duduk mereka berdekatan. "Lalu apa bedanya dengan kau menerima pria yang dijodohkan ayahmu? Dia teman kecil mu tapi kamu tidak tau seperti apa hidupnya sekarang. Belum tentu Jimin yang sekarang adalah Jimin yang kau kenal dulu? Benar kan?"

Mendengar ucapan Sukjin barusan bagaikan tamparan untuk Haneul. Benar saja, kenapa dia tidak memikirkan sampai sejauh itu? Apakah dia akan bisa menjalani hidup dengan Jimin? Apakah Jimin benar-benar mencintai Haneul? Apakah semua yang Jimin katakan itu benar?

"Menikah itu bukan suatu hal yang remeh, bisa kau putuskan begitu saja. Setidaknya pria pilihan ayah mu itu sudah jelas. Paling tidak orang tua mu sudah menimbang bagaimana pasangan yang terbaik untuk anaknya. Belum tentu teman kecil mu itu sama, apalagi kehidupannya sebagai seorang Presdir ternama. Kau yakin hatinya hanya untukmu?" timpa Sukjin lagi.

ARBORETUM !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang