42. Kamu Dan Dia

243 66 24
                                    

Jangan lupa voment
🤗🙏

.
.

------------- Happy Reading -------------

Allesa melangkahkan kaki menuju kelasnya. Koridor kian sepi seiring jarum jam yang memutar tak berhenti. Hari ini ia terlambat. Ia memasuki pagar---yang entah kenapa belum ditutup---saat bel telah berbunyi 2 menit yang lalu.

Ini semua karena tadi pagi. Kala ia kesusahan mencepol rambutnya. Mau saja sebenarnya ia menggunakan kapsul itu, tapi ia lupa menaruh botol nya dimana. Tapi sudahlah, itu masalah sebelum Ia berangkat tadi, sekarang 'kan ia sudah ada di sekolah.

Berpapasan dengan guru-guru yang akan memasuki kelas tempat mereka mengajar, Allesa kian mempercepat langkahnya menuju kelas, jantung nya berdegup lebih cepat seiring dengan perasaannya yang kian cemas.

"Sa...!"

Oh tidak, siapa yang memanggil? Apa dia tak tahu kalau ia sedang tergesa-gesa. Namun walau bagaimana pun, Allesa tetaplah Allesa. Dengan senang hati ia membalikan badan 'tuk dapatkan wujud orang yang memanggil. Didapati nya 5 lelaki yang berjalan begitu santai kearah nya. Bukan. Bukan kearah nya. Tapi tujuan mereka sama. Lantai 3 sekolah.

"Telat juga, Sa?" tanya Ken yang berada di barisan paling depan bersama Lantana di sampingnya.

"Iya nih ...," jawab Allesa cemberut rada panik.

Mendapat anggukan beberapa kali dari pria yang masih berjalan itu, Allesa tersenyum lantas akan melangkahkan kaki 'tuk pergi. "Allesa duluan ya ...,"

Baru saja berbalik badan hendak melangkah, lengannya di cekal 'tuk tak pergi.

"Bareng kita aja," ajak Ken menghentikan langkah Allesa karena cekalan tangannya.

Allesa tak menjawab, ada keraguan di wajah dan tatapannya. Berjalan beriringan dengan mereka? Bisa-bisa ia baru akan memasuki kelas 10 menit lagi.

"Aelahhh, santai aja. Kan emang udah telat." bagai tahu apa yang dipikirkan Allesa, Ken merangkul gadis itu lalu membawanya berjalan bersama.

Merasa ketahuan apa yang ia pikirkan, Allesa tersenyum kikuk karena malu.

"Gini, Sa. Telat itu ya telat aja. Paling di hukum. Hukuman nya paling bersihin WC, ato bersihin gudang. Sebenarnya kalo ga dibersihin juga gapapa, karena guru-guru ga bakalan nge-chek juga. Jadi santai aja. Istilahnya, cuman di geretak lah, ya." layaknya teman dekat, Ken menjelaskan dengan begitu santai---sesantai ia berjalan---supaya temannya tak khawatir.

"Jangan dirangkul dong ... Nanti berantem lagi ...." sambil melepaskan rangkulan Ken di depannya, Leon memperingati dengan suara yang di imut-imutkan.

Bagai angin lalu, Ken sama sekali tak menghiraukan ucapan Leon. Ya walaupun ia tak merangkul Allesa lagi. Berbeda dengan respon Allesa, Senyum kikuknya pudar kala Leon menyinggung Jovan secara halus. Sekarang ia jadi sensitif jika mendengar atau merasa nama Jovan disinggung.

"Nah, hayoloh telat lagi ...." tegur salah satu perempuan berjas yang berada di meja piket bersama teman-temannya.

"Sini-sini, namanya dicatat dulu," tambah perempuan berjas sama dengan yang lainnya, bedanya ia menggunakan kerudung berwarna putih.

Seperti ucapan yang tak berbobot, Ken, Petra dan Leon hanya memberikan kedipan maut mereka. Terlebih Ken, ia bahkan menambah kiss bye sebagai pelengkap untuk kk PPL itu.

Allesa yang gugup malah menghentikan langkah 'tuk berhenti di meja piket hendak mencatat namanya sebagai siswi yang terlambat. Bodoh memang tindakan nya. Namun untung saja, sebelum kebodohan nya berlanjut, tangan Ken kembali mencekal lengannya menyuruh 'tuk tetap berjalan.

Thank You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang