Jan lupa voment yaa
.
.--------------- Happy Reading --------------
Seperti biasa, Jovan berjalan melewati teman-temannya tanpa mendengarkan ocehan mereka. Berjalan dengan sekujur tubuh yang penuh luka dan lebam, tatapan jijik juga ocehan yang tak mengenakkan 'tuk didengar seolah-olah bukan masalah besar lagi untuknya.
Jovan memasuki kelas, lalu duduk di kursinya. Rasa pusing mulai memenuhi kepala, perutnya mulai sakit karena belum makan, ditambah luka di lengannya yang begitu perih membuat ia semakin merasa tersiksa.
Dilipatnya kedua tangan di atas meja, lalu ia membenamkan wajahnya di sana. Matanya ia tutup agar ia lebih tenang, tentu saja ia tidak akan meminum obat itu saat di kelas.
Beberapa menit berlalu hingga bel dan lonceng sekolah berbunyi menandakan kelas akan segera dimulai. Siswa-siswi sekolah mulai memasuki kelas mereka, seperti halnya dengan kelas Jovan. Perlahan mereka mulai duduk di bangku masing-masing. Sesekali mereka bertukar pikiran mengenai murid baru yang katanya akan datang hari ini.
Berbeda dengan Jovan, ia terlihat masih menangkup wajahnya di lipatan tangan. Pusing, lapar dan perih masih bertengger dengan apik di tubuhnya. Satu hal lagi, ia tak mau tahu atau semacamnya mengenai murid baru tersebut.
6 menit 18 detik berlalu, bu Dahlia masuk dengan murid cantik di belakangnya yang memakai seragam berbeda, mungkin itu adalah seragam sekolah dulunya. Murid pindahan itu sangat cantik, ditambah senyuman yang memperlihatkan deretan gigi putih nya menambah kadar kecantikan gadis itu.
Dia tersenyum memandang mereka semua, hingga akhirnya tatapan nya jatuh pada lelaki yang sedang melukupkan wajah di kedua lipatan tangannya. Ia merasa tak asing dengan lelaki itu, hingga ia menatapnya lama. Walau ia tak melihat wajah laki-laki itu, namun cara ia melukupkan wajah terlihat seperti Soojin(?)
Siswa di kelas heboh saat siswi pindahan itu berdiri di depan papan tulis, bu Dahlia yang berbeda di samping berkali-kali menyuruh siswanya untuk diam, tapi tak ada yang menggubris sesampai bu Dahlia mengeluarkan jurus andalan nya.
"Diam semua diam!" ucap bu Dahlia menenangkan tapi tidak di gubris. "Kalau ga ada yang diem, hari ini kita ulangan!"
Seketika kelas menjadi hening, pandangan mereka terfokus pada bu Dahlia yang tersenyum.
Murid baru itu sepertinya sedang dalam pikirannya sendiri sesampai ia tak menjawab bu Dahlia. Ia terlihat menatap lamat lelaki yang ada di pojok belakang sana.
"Sa." Murid baru itu tersentak kala bu Dahlia menepuk bahu nya.
"Kamu ngga papa?" tanya bu Dahlia yang merasa aneh.
"Eh-Eh, ngga papa ko. Allesa nggak papa," jawab murid itu gelagapan.
"Oh, gitu ... Oke deh, sekarang kenalkan nama kamu," Intruksi bu Dahlia yang dibalas anggukan.
"Annyeonghaseyo, Allesa Avanka imnida. Saya siswi pindahan dari Yongho Middle School di Korea," ucap Allesa memperkenalkan dirinya.
"Allesa!" panggil Ken mengacungkan tangan nya. "kenapa ga sekolah di SOPA?" lanjutnya bertanya.
"Karena Allesa nggak mau," jawab Allesa tersenyum.
Pernyataan Allesa membuat yang lain tertawa. Sebelum ini, tak ada perempuan yang menjawab singkat pada Ken. Secara, Ken 'kan most wanted nya sekolah, jadi kebanyakan perempuan akan memperpanjang kalimatnya hanya untuk menambah lama obrolan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You
Fanfiction[Սptսժet ժi malam kamis ataս malam jսm'at] Cօverոყa jan ժicօlօոց ყa, itս akս ხikiո seոժiri გგ __________________________________________________ Apapun bisa terjadi karena adanya kasih sayang dan cinta. Allesa, siswi baru yang mengubah segalanya dar...