46. Without you, I whit Her

223 62 81
                                    

Jangan lupa voment yaa
🤣🤣

.
.

------------ Happy Reading ------------

Dibantu Ken untuk berjalan disepanjang koridor rumah sakit, Allesa telah memutuskan untuk pulang hari ini juga setelah infus dilepas oleh dokter Vanya.

Jika kalian pikir Ken tengah menggendong Allesa seperti Jovan menggendong nya waktu itu, kalian salah! Salah besar.

Ken masih punya sopan santun pada Allesa, ia hanya menggenggam erat tangan gadis itu, berjaga-jaga bila terjadi sesuatu.

Tak ada perbincangan diantara keduanya, sebab atensi Ken kini berada pada layar handphone di tangan kirinya.

Shit, kepala Allesa pusing lagi. Dan beberapa saat kemudian, darah keluar dari hidungnya. Jika seperti ini, Allesa ingin tenggelam barang sebentar hanya untuk membersihkan mimisan dihidungnya agar tak ketahuan orang lain.

Syukur saja, ia tak pernah lupa untuk meletakkan sekotak tisu kecil di semua kantung tas miliknya. Melepaskan sebentar genggaman tangan Ken, Allesa cepat-cepat mengambil satu tisu lalu mengelap darah di hidungnya dengan hitungan detik.

"Kenapa, Sa?" tanya Ken setelah sadar ia menggunakan tangan kanannya untuk mengetik pesan.

"Engga, ngga papa." Allesa tersenyum kikuk, ia langsung memutuskan kontak matanya lalu mengacak rambut yang tak terkena cepolan agar setengah wajahnya tertutup.

Tangan kiri Allesa kembali digenggam tangan kanan Ken, membuat Allesa sedikit kesusahan karena beberapa hal. Tapi tak apa. Sambil terus menyapu darah dibawah hidung, Allesa mengamati pria yang berjalan di depannya. Tak lama pria itu berbelok ke kanan sambil melonggarkan ikat pinggang yang ia pakai.

Kamar mandi/WC👬

Pria tadi memasuki toilet, itu artinya sebentar lagi ia akan melihat tulisan kamar mandi perempuan. Dan benar saja, setelah berjalan beberapa langkah, ia lihat tulisan kamar mandi perempuan di depan sana, jaraknya sekitar 5 meter dari langkahnya sekarang.

Ini kesempatan untuknya, agar ia bisa membersihkan mimisannya dengan baik.

"Ken, Allesa mau ke kamar mandi bentar," ucapnya pada Ken tanpa menatap pria itu.

"Oh, okey."

Begitu tangannya dilepas, Allesa berlari kecil semampunya ke kamar mandi. Lalu memasuki sebuah bilik kamar mandi yang lengkap dengan wastaple dan cermin di dalamnya.

Allesa menggumpal tisu yang berdarah kedalam tisu bersih agar tak menjijikan, lalu membuang tisu itu kedalam bak sampah. Dibukanya keran wastaple, membasuh wajahnya seraya membasuh setiap darah yang keluar dari hidungnya, beberapa saat menunggu, hingga akhirnya darah itu benar-benar tak keluar lagi, Allesa bernafas lega.

Kembali ia mencuci wajahnya lalu menatap pantulan diri di cermin. Ia terlihat kacau, bahkan dengan rambutnya yang ia cepol tinggi.

Tok tok tok.

"Allesa, lo gapapa?" tanya Ken dari luar.

Allesa menatap pintu yang diketuk, akh sudah berapa lama ia menghabiskan waktu di kamar mandi hingga Ken mengetuk pintu untuk memastikan dirinya baik-baik saja?

"Bentar, Ken," jawabnya lalu bergegas membasuh tangan dan segera membuka pintu.

"Lo gapapa kan, Sa?" tanya Ken begitu ia keluar kamar mandi.

"Ngga, Allesa gapapa." Allesa tersenyum, menyakinkan kalau ia baik-baik saja. "Berapa lama Allesa di dalem?" sambung Allesa.

"Ga lama, paling sekitar ... 7 menit," ucap Ken sambil menatap arlogi silver keluaran rolex ditangan nya. "Tapi, karena lo baru aja siuman tadi, jadi gua pikir lu kenapa-napa di dalam." sambungnya tertawa.

Thank You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang